hai!! apa kabar. :) author nggak tau, kalau cerita author makin lama makin ribet. tapi bentar lagi mau selesai. ^^ maaf kemarin ada sedikit masalah. hehehe. idenya udah keluar lagi.
hehehe. setelah ini kita juga akan tau masa lalunya andara juga adrian. setelah itu clear. enaknya happy end apa sad end. ^^
happy reading~~~
............................................................................................................
"Huweekkk...uukkhhh..."
Aku mencoba memuntahkan apa saja yang ada di dalam perutku. Dorongan rasa mual itu terus aku rasakan. Padahal sedari kemarin aku sama sekali tak memakan apapun. Hanya beberapa buah-buahan yang aku tak tau sejak kapan aku menyukainya. Tapi saat melihatnya aku jadi ingin memakannya. Sekarang, aku mencoba mengeluarkan semua isi perutku. Tapi nihil. Tidak ada yang keluar. Aku mencuci mukaku dan keluar dari toilet. Rasanya seminggu ini rasa mualku semakin menjadi. Mau makan juga tak ada rasa nafsunya. Emosiku juga semakin hari semakin tidak menentu. Aku melangkah keluar dari toilet.
Tapi cewek sialan ini menungguku dengann tersenyum. Dan menyodorkan air mineral. "Kamu gak apa? ini, ada air."
Aku mengabaikannya. Aku sudah berulang kali menolak keberadaannya. Sekasar apapun kata-kataku, dia seakan tuli akan semuanya. Aku yang merasakannya jadi capek sendiri. Aku berjalan menuju kantin. Dan Qilla hanya mengikutiku. Melihat tingkah lakunya membuatku menjadi jengkel.
"Lo bisa gak sih gak usah nempelin gue?! gue risih ngeliat elo. Lo tau itu gak sih?!" bentakku.
"Rian..aku kan hanya ingin dekat denganmu."
Aku menampis tangannya yang ingin sekali menyentuhku. "Gue udah berulang kali bilang ma lo. Lo ma gue udah gak ada hubungan lagi! Itu udah masa lalu. Jadi sekarang jauhi gue! gue muak ngeliat wajah lo."
"Terus lo mau apa? kalau gue ngejauh dari lo? Balik sama 'sahabat' elo itu? Bukannya elo udah di tuduh nyakitin dia?! lo ini bego atau gimana sih, Rian?!"
Aku menyerengit menatap wajah Qilla. Dengan cepat aku menyeretnya menuju taman belakang. "Rian?! Sakit! Pelan-pelan donk!"
"Lo tau dari mana gue di tuduh sama Andara? Perasaan lo nggak ada di tempat itu." Aku melihat dia kelagapan. Dia terlihat gelisah. "Jawab gue, Qilla! Lo tau dari mana?!"
"Gosipnya udah menyebar. Gue tau dari isu-isu anak-anak!" Qilla menjawab dengan ragu. Aku tau ada yang nggak beres di sini. Masalahnya yang tau hanyalah aku, Andara, sahabat-sahabat Andara, dan juga Yanuar-Yanuar itu. Sangat gek mungkin ada orang lain lewat. Pasalnya saat itu sangat sepi. Berbeda kalau ada seseorang dari salah satu dari kami yang menceritakannya. Tapi sepanjang ini aku nggak mendengar apapun. Aku memircingkan mataku menatap Qilla dengan curiga.
"apa yang lo tau dari 'isu' yang lo katakan tadi?" aku menekankan kata 'isu' agar dia paham maksud aku menyindirnya.
"Gu-A-aku...aku hanya dengar kalau elo di tuduh oleh sahabat-sahabat dari sahabat—"
"Sahabat?" aku menaikkan alisku. Tak ada yang bilang Andara adalah sahabatku. Yang tau hanyalah aku, Qilla dan juga Andara. "Asal lo tau, nggak ada di antara para murid di sini yang tau kalau gue sahabatan dengan Andara. Mereka hanya tau kalau hubungan gue ma Andara adalah 'seorang troublemaker dan juga ketua OSIS' mereka hanya tau itu. Nggak lebih."
Qilla terlihat pucat saat mendengar penjelasanku. Sebutir keringat dingin keluar dari pelipisnya, aku mencengkram lengan kanan Qilla. Dia hanya meringis. "Apa yang lo rencanakan Qilla?! Gue tau lo tau sesuatu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] I and You in Your Past (yaoi) (BxB)
Teen Fictionno descripsion! silahkan membaca.. {CERITA INI TELAH DI REUPLOAD. JIKA MASIH ADA KESALAHAN, SILAHKAN HUB AUTHORNYA} TERIMA KASIH.