part 2

1.9K 537 86
                                    

Dengan langkah santai aku menyusulnya di belakang menuju pos satpam, itu adalah tempat langganan ku sebelum masuk kelas, namun yang menyebalkan untuk hari ini adalah aku akan di hukum bersama dengan cowok menyebalkan ini.

Belum sampai aku menginjakan kaki di teras pos satpam, cowok menyebalkan itu justru menarik tanganku masuk ke dalam gedung sekolah.

"Lepaskan tanganmu itu!" teriakku saat ingin menaiki
tangga.

Ia pun akhirnya melepaskan gengamannya, lalu memasukkan tangannya kedalam saku tanpa menoleh kepadaku.

"Bagaimana kau bisa melewati pos satpam dengan mudahnya? Apakah kau juga sering terlambat? Atau ...."

Tangannya lantas menutup mulutku dengan cepat.

"Hmmph!"

"Bisakah kau berhenti bertanya? Otak anak-anak seperti mu tidak mungkin dapat memikirkannya," jelasnya angkuh.

"Huh? Apa? Otak anak-anak?!" teriaku seraya menyingkirkan tangannya dengan sigap dari mulutku.

"Sudahlah, masuk saja ke kelas mu," ujarnya lantas melangkah meninggalakan ku.

"Hei!" teriakku penuh amarah karna merasa di permainkan.

'cowok yang menyebalkan.'

***

Aku melangkah memasuki kelas dengan langkah yang santai.

"Dimana gurunya?" tanyaku saat melihat meja guru kosong.

Tanpa banyak pikir aku lansung berjalan menuju tempat dudukku, aku duduk di sebelah maya.

"Pagi, May," sapaku sambil meletakkan tasku.

"Naya? Bagaimana bisa kali ini kau selamat dari hukuman?" tanya Maya heran karna sangat jarang sekali aku dapat masuk di pagi hari, biasanya waktuku di pagi hari dihabiskan untuk menjalani hukuman.

Maya memutar kursinya menghadapku, sudah dapat di tebak, Maya sangat ingin tahu jawaban dari pertanyaannya a.k.a kepo.

"Nasib baik sedang berpihak padaku," jawabku singkat sambil tersenyum tipis.

"Ah Nay, ayolah. Kali ini saja." pinta Maya penuh harap

"Sudahlah tak usah dipikirkan, May," jawabku. "Dimana gurunya?" tanyaku berusaha mengalihkan topik.

"Bu Mona sedang ada tugas di luar kota, tak ada tugas yang ditinggalkannya," jelas Maya .

Aku hanya mengangguk kecil dan lega mendengarnya.

Sepersekian detik kemudian, seseorang yang sudah tak asing lagi menghampiriku, dia melontarkan pertanyaan yang sama kepadaku dan tentu saja jawaban yang sama yang aku berikan, karena aku tak ingin ada satu orang pun yang tau bahwa yang menyelamatkanku dari hukuman adalah si cowok menyebalkan itu.

"Ngomong-ngomong kapan kita akan menyusun rencana liburan bersama kita yang tinggal sebentar lagi, hmm ... Bukankah itu dua minggu lagi?" tanyaku memecahkan keheningan.

"Bagaimana kalau kita bicarakan hari minggu di rumah Veno," saran Maya.

"Baiklah, aku setuju," ujar Drean sambil mengangguk kecil.

"Tapi liburan kita tergantung dari jumlah black point yang didapatkan Naya," keluh Maya.

Kami semua lansung termenung mendengarnya.

"Ayolah seharusnya tak usah dipikirkan, aku berharap semoga Sensei Mia tidak memberikanku banyak black point karna cabut saat jam pelajarannya," jelasku mencairkan suasana.

"Semoga saja." Mereka mengangguk bersamaan.

Kelas kami kini sudah menjadi tempat gosip dadakan, berbagai tawa terdengar dari penjuru kelas.

Tak berapa lama bel istrahat berbunyi memecahkan onggokan manusia di setiap kelas, mereka segera mencari sasaran utama -kantin sekolah-. Tidak terkecuali kami, namun sebelum itu aku, Drean, dan Maya berjalan ke kelas Lumna, Max, dan Veno.

"Hari ini Lumna tidak masuk sekolah," kata Max saat melihatku dan yang lainnya.

Kami semua terdiam, kemarin Lumna baik-baik saja, bagaimana bisa ia tiba-tiba sakit?

"Dia dirawat, hanya itu kabar yang aku terima," lanjut Max.

"Kita harus menjenguknya nanti," ujarku dengan nada sedih.

"Tapi aku tidak tau pasti di rumah sakit mana ia dirawat," lanjut Max mengingatkan

"Kita bisa menghubungi mamanya nanti." Usul ku

Semua mengangguk setuju.

Dari kejauhan kami melihat Veno berlari kearah kami.

"Hosh..hosh..."

Veno mulai mengatur nafasnya."aku baru saja melihat papan black point, dan Nay sama sekali tak memiliki black point minggu ini," jelas Veno

Kami semua spontan langsung membulatkan mata, bagaimana bisa aku tidak mendapatkan satupun black point.

"Dan yang lebih mengejutkan lagi, Rio lah pemilik black point terbanyak minggu ini," lanjut veno menyelesaikan ucapan nya.

Deg..

'Rio?' batinku, 'apa jangan-jangan dia ....'

Aku lantas berlari meninggalkan teman-temanku, sayup terdengar suara Drean memanggil dan bertanya aku akan pergi kemana.

Tujuanku satu.

'Aku harus menemuinya dan bertanya sesuatu padanya.'

***

Me, Time And Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang