Setiap orang memiliki alasan untuk tetap bertahan meskipun itu akan menyulitkannya.
______________________________
Apakah aku harus mengatakannya? Naya masih menatap semua sahabatnya dengan ragu. Bukan karena ia tidak mempercayai sahabatnya, hanya saja ia sedikit khawatir apa yang akan terjadi nantinya.
Semua masih terdiam menunggu Naya membuka suara.
"Dia ...."
"Kau baik-baik saja?" Seseorang datang tiba-tiba, siapa lagi jika bukan Rio, yang selalu datang ntah dari mana.
Semua menatap tajam ke Rio. Bagaimana bisa ia datang disaat penting seperti ini.
"Agh! Kau merusaknya. Apa kau tidak bisa datang beberapa detik setelahnya saja? Ini benar-benar membuatku frustasi," gerutu Veno.
Drean langsung menginjak kaki Veno seolah memberi isyarat untuk diam.
"Aww, ada apa?" bisik Veno heran pada Drean.
"Bisakah kau diam? bagaimana jika dia curiga?" jelas Drean ikut berbisik.
Naya bangkit, ia memberi isyarat pada Rio untuk mengikutinya. Rio hanya mengangguk mengerti lalu berjalan menyusul Naya.
"Aku heran, sejak kapan pria itu peduli pada urusan Naya, tidakkah kalian merasa ada yang aneh?" tanya Maya pada yang lain setelah memastikan Rio dan Naya benar-benar pergi.
Max mengangguk. "Aku setuju padamu," ujar Max singkat.
"Apa mungkin Rio menyukai Naya?" tebak Lumna.
"APA??!" Semua serentak terkejut dan menatap Lumna.
Lumna mundur selangkah, seolah mencari posisi aman untuk dirinya karena saat ini semua menatap tajam ke arahnya.
"A ... ada apa dengan kalian? Tidak usah menatapku begitu, Itu kan hanya dugaanku saja, tidak usah seterkejut itu," ujar Lumna membela diri.
"Tapi, bagaimana jika itu benar? Tidak mungkin kan seorang pria tiba-tiba peduli pada seorang wanita tanpa ada alasan dan maksud tersembunyi, iya kan?" tanya Maya.
Semua hanya terdiam. Apa yang dikatakan Maya ada benarnya.
"Bagaimana jika itu bukan karena rasa suka, melainkan ada alasan lain?" tanya Drean.
"Jika bukan, maka Naya sedang dalam bahaya," ujar Max.
Semua hanya terdiam.
***
"Sekarang bicaralah," kata Naya setelah merasa sampai di tempat yang aman.
"Kenapa kita harus berbicara di tempat yang sepi?"
Naya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Itu karena aku tidak suka menjadi pusat perhatian. Sudahlah cepat saja bicara, waktuku tidak banyak mengobrol denganmu," jawab Naya ketus.
"Apa kau akan menjawab jujur?"
"Jujur? Soal apa?"
"Aku bertanya apakah nanti kau akan menjawab jujur?"
Naya memutar kesal bola matanya, ia terlalu malas berdebat dengan laki-laki di hadapannya ini. "Baiklah akan aku jawab jujur," jawab Naya.
"Sebenarnya apa hubunganmu dengan Erick? Bagaimana bisa kau mengenalnya?" tanya Rio serius.
Naya menelan salivanya, dia berusaha untuk tidak melakukakan kontak mata dengan Rio.
"Kenapa kau tidak menjawabnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, Time And Sorry
Teen Fiction"Masa lalu itu seperti kertas yang telah ditulis, saat kau mencoba untuk menghapusnya maka masih akan terlihat samar bekasnya." Me,time and sorry . . . Hingga tiba waktunya perlahan-lahan membuat semua kisah masa lalu terbuka kembali...