part 6

1.2K 396 48
                                    

Part 6

     Kami berempat akhirnya memutuskan untuk makan di sebuah kafe.

    "Ah, akhirnya tubuhku kembali terasa hangat," ujar Veno saat selesai meneguk kopi panasnya.

    "Hmm, bagaimana dengan rencana liburan kita?" tanyaku membuka topik.

     "Benar juga, kita harus menyusun rencana liburan kali ini, karna liburan kali ini akan berbeda dengan liburan sebelumnya," ingat Maya.

     "Aku tidak terlalu yakin liburan ini menyenangkan," ujar Max.

     Kami lantas menoleh heran pada Max yang tiba-tiba saja mengatakan hal seperti itu.

      "Apa yang kau katakan?" kata Veno yang menghentikan menikmati kopi panasnya.

      "Ayolah jangan berkata seperti itu, semoga liburan kali ini menyenangkan," hiburku.

       Teman-temanku mengangguk Setuju. Max hanya menghembuskan nafas pasrah.

    "Semoga saja," ujar Max singkat

      Ntah menggapa aku melihat seolah-olah yang berada di depanku bukanlah Max yang selalu memiliki pemikiran positive.

      Ada apa dengan Max sebenarnya? batinku yang masih saja penasaran dengan kelakuaan Max yang tidak seperti biasanya.

      Suasana kembali hening, kami sedang menikmati kopi hangat kami masing-masing.

     "Aish! Aku sampai lupa kalau bekerja part time hari ini," ujar Maya memecahkan keheningan.

      "Kau bekerja part time?" tanya Veno setengah tak percaya.

      Maya berdehem mengiyakan ucapan Veno.

     "Naya juga bekerja part time," ujar Maya sambil melirikku.

     Uhuk..uhuk..

     Drean, Max dan Veno sampai tersedak mendengarnya.

     "Jangan meledekku." ujarku sambil terus menikmati kopi milikku.

     "Tapi ia berbeda jadwal denganku, dan dia sangat jarang bekerja," lanjut Maya.

      "Kau tidak sedang bercandakan?" tanya Veno meyakinkan semua yang didengarnya.

     "Hufttt...." Aku mengembuskan napas kesal mendengarnya.

       "Hmm, lanjutkanlah, kalian memang seharusnya mengisi watu luang," sanggah Veno saat mendengar nafas kesalku, padahal nafas kesal itu cuman candaan.

     "Apakah sebaiknya aku juga bekerja part time untuk mengisi waktu luangku?" tanya Max polos.

      "Sebaiknya begitu," ujarku  singkat.

     "Lalu bagaimana denganmu?" tanya Max kepada Drean.

    Drean menyesap kopinya. "Aku akan memikirkannya nanti," jawab Drean singkat .

      "Veno bisakah kau mengantarkanku?" tanya Maya menatap Veno penuh harap.

     "Baiklah, tapi setelah aku menghabiskan kopiku ini."

      Maya mengangguk setuju mendengarnya, kami melanjutkan dengan beberapa obrolan ringan.

      5 menit berlalu.

      "Kalau begitu kami duluaan ya." Pamit Maya dan Veno.

        "Memang seharusnya begitu," ujar Max serius.

       "Huh? kenapa?" tanya Veno heran.

       "Jika kamu terlalu lama disini bisa-bisa jatah kopiku juga kau ambil," jelas Max diakhiri senyum candaan.

      Kami semua tertawa kecil mendengarnya.

      "Aish? Baiklah untuk kali ini aku tidak akan mengambil jatah siapapun karna aku ingin kalian menikmati milik kalian masing-masing," tutur Veno

      "Ayolah, aku hanya bercanda," ujar Max.

       "Apakah kau cemas aku marah padamu karna aku berkata seperti itu??" tanya Veno "Ah, ternyata aku punya bakat akting yang hebat," ujar Veno diakhiri tawa kecilnya.

     "Tidak lucu!" kata Max sedikit kesal.

      "Apakah kalian akan terus berdebat? Lalu bagaimana denganku?" tanya Maya yang merasa dicuekan.

        "Ah, benar juga, kalau begitu kami pergi dulu."

        Veno dan Maya pergi meninggalkan kafe pengunjung di kafe ini semakin ramai saja, kafe ini memang lebih banyak di minati pengunjung pada malam hari.

       Hari sudah semakin malam, ternyata kami sudah cukup lama di sini bahkan meja disamping kami telah diduduki oleh orang yang berbeda.

         Setiap menit nya pengunjung kafe ini silih berganti, ternyata selang waktu 5 menit setelah Maya dan Veno pergi hujan turun dengan lebatnya.

     "Ah sial, hujan," gerutuku sambil memandang keluar jendela

        "Sangat tidak mungkin pulang di saat seperti ini," lanjut Drean

       Aku dan Max mengangguk mengiyakan.

     "Kita habiskan saja dulu kopi ini, soal pulang kita pikirkan nanti siapa tau hujan telah reda," usul Max.

     Aku dan Drean menganguk setuju atas usulan Max, dilihat dari curah hujan nya  hujan malam ini akan berlangsung sebentar namun jika lama itupun dengan curah hujan ringan.

      Aku, Drean dan Max melanjutkan meminum kopi kami yang juga hampir habis, alunan tuts-tuts piano mengalun indah di kafe ini menciptakan suasana menenangkan dan romantis serta diselingi bunyi hujan yang seperti kontes musik.

***
    
      Sekarang jam sudah menunjukkan jam 9 malam, aku, Max dan Drean kini sedang di perjalanan pulang, kami baru saja meninggalkan kafe 10 menit yang lalu saat hujan mulai reda, aku pulang diantar oleh Max karna rumah ku dan Max terletak pada arah yang sama.

     Aspal jalan yang tergenang air memantulkan cahaya warna warni di aspal yang berwarna hitam legam, sungguh pemandangan yang indah, meskipun rasanya angin malam sudah mulai menusuk ke tulang, tapi pemandangan ini sangat sayang jika tak dinikmati.

        "Hati - hati Drean," ujarku saat kami akan berpisah arah.

     Drean mengangguk mengiyakan.

      "Max kau harus pastikan Naya masuk kedalam rumahnya." ingat Drean

      "Apa kau sekarang juga ikut khawatir kan aku?" godaku pada Drean.

     "Sudahlah," ujar Drean menutup obrolan.

    "Aku berangkat dulu."
Drean langsung menggas motornya dan melaju kencang meninggalkan kami.

   "Ayo Nay kita pulang, badanku sudah mulai menggigil." pinta Max yang sudah memeluk tubuhnya sendiri.

     Aku hanya tersenyum melihat tingkah Max yang seperti anak kecil kedinginan.

     "Tapi Max," ujarku sebelum max menjalankan motornya.

     "Ada apa lagi, Nay?" tanya Max dengan irama lemas karna kedinginan.

***

Me, Time And Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang