Menyebalkan, gerutu Naya dalam hatinya.
Langkah Naya sedikit dihentakkan. Rasa kesal terus saja mengitari pikirannya. Ia benar-benar tidak menyangka sahabatnya itu akan berkata demikian padanya. Sebenarnya Veno tidak salah sepunuhnya, karena pasti Veno berkata demikian karena ia tidak tahu berapa berharganya topi itu bagi Naya.
Bruk!
Naya terjatuh, lagi dan lagi tubuhnya menghantam orang. Sejak tadi ia hanya sibuk melihat ke bawah sehingga tidak melihat ke depannya.
"Sial," umpat Naya lantas langsung bangkit. Namun tubuhnya tiba-tiba membeku saat mata nya tidak sengaja terfokus pada sebuah benda yang tidak jauh darinya itu.
"Itu kan to-"
"Pakailah matamu saat berjalan."
"Ha?" Naya menoleh pada pemilik suara tersebut.
"Apa?"
Naya memejamkan matanya. Berusaha mengumpulkan kesabarannya. "Aku malas mencari masalah saat ini," ujar Naya.
"Siapa juga yang mau mencari masalah denganmu?"
Naya hanya membuang wajahnya, tangannya langsung meraih benda yang sejak tadi membuat matanya tidak henti-henti terfokus pada benda tersebut.
"Aku baru saja ak-"
Naya berdiri dan menatap tajam kedepannya. "Kau mencurinya?"
Bagaimana topi ini bisa ada bersamanya?
"Ha? A-apa? Apa aku tidak salah dengar?" Erick menatap tidak percaya. Bisa-bisanya ia dituduh mencuri saat niat awal ia adalah ingin mengembalikan topi tersebut.
Naya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Lalu kenapa topi ini bisa bersamamu jika bukan karena kau mencurinya?"
"Hei, dengarkan aku, Nay." Erick menghembuskan pelan napasnya. "Aku tidak pernah mencurinya, aku baru saja ingin mengembalikan padamu, tapi tiba-tiba kita bertemu di sini. Tidakkah kau ingat? Kau sudah meninggalkan topi itu?"
Naya terdiam. Ia berusaha mengingat kembali kejadian berapa hari lalu.
Pasti saat itu aku meninggalkan nya. Agh! Sial! Naya menggerutu dalam hatinya.
"Kau sudah ingat kan? Kau meninggalkannya saat kita berpelu-"
"Iya, iya aku sudah mengingatnya. Tidak usah dilanjutkan."
"Baguslah."
"Tapi, kau tetap saja mencurinya."
"Kenapa?"
Naya menaikkan satu alisnya. "Kenapa kau baru mengembalikannya sekarang?"
Erick melangkah mendekati Naya. Naya spontan berjalan mundur. Namun Erick semakin memperbesar langkahnya. Naya terdiam dengan menahan napasnya saat ternyata wajah Erick tepat berada di sampingnya.
"Karena ... Aku sibuk."
Erick langsung menjauhi Naya. Ia langsung tertawa saat melihat Naya yang membeku.
"Apa aku menakutimu?"
"Menyingkirklah." Naya langsung pergi meninggalkan Erick.
Erick membalikkan tubuhnya. Menatap punggung Naya yang semakin menjauh. Ia tersenyum tipis.
Aku pasti menakutimu, Nay. Maafkan aku, tapi aku hanya ingin bercanda lagi denganmu, batin Erick.
***
Semua tersenyum saat melihat kedatangan Naya. Terutama Veno, ia langsung berlari memeluk Naya.
"Naya! Maafkan aku! Jangan bunuh aku!" rengek Veno semakin mengeeratkan pelukannya. Naya berusaha keras melepaskan pelukan Veno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, Time And Sorry
Teen Fiction"Masa lalu itu seperti kertas yang telah ditulis, saat kau mencoba untuk menghapusnya maka masih akan terlihat samar bekasnya." Me,time and sorry . . . Hingga tiba waktunya perlahan-lahan membuat semua kisah masa lalu terbuka kembali...