part 8

1.1K 330 60
                                    

****
Naya POV

Aku yang diselimuti rasa penasaran berjalan ke arah pintu.

Tap!

Saat hampir beberapa langkah lagi ke pintu Max malah menutup pintu tersebut.

Aku memandangi Max dengan penuh tanda tanya.

"Petugas air apartemen ini," ujar Max yang seolah sudah mengerti tatapanku.

Aku hanya ber'oh' ria kemudian duduk di atas sofa yang tepat di samping ku.

"Apa kau tidak punya sesuatu yang bisa dimakan?" tanya ku sambil mengarahkan tombol on remote ke telivisi yang tepat di depanku.

"Kau lapar?"

"Sepertinya ...." kataku tanpa menoleh pada Max dan lebih sibuk mengonta-ganti chanel tv.

"Tapi, bukanya kita baru saja makan? Ayolah Nay! Kau seharusnya melaksanakan program diet seperti wanita yang lain," ujar Max mengambil posisi yang tak jauh di samping ku.

"Aku tidak tertarik."

Aku kemudian melangkah menuju dapur, dan melihat isi lemari makanan Max, aku bertingkah seolah ini rumahku sendiri.

Max memang biasanya menyimpan makan didalam lemari dapur.

"Aku beruntung hari ini!" ujarku meraih sebuah toples camilan.

Max hanya menggeleng kepala saat melihatku kembali membawa toples camilan.

"Bukankah tadi Rio ada disana? Lalu dimana dia?" tanyaku mulai mengunyah camilan ringan tersebut.

"Sudah aku suruh pulang."
Aku spontan menoleh ke arah Max-ntah kenapa-.

"Kenapa?" tanya Max bingung melihat tatapan ku.

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya? Kenapa kau menyuruhnya pulang?? " Tanya ku bingung.

Max menghembus nafas panjang.

"Aku tidak suka melihatnya," jawab Max singkat yang membuatku langsung kebingungan, pasalnya Max sangat jarang tidak menyukai orang.

"Kenapa? Dan sejak kapan?"

"Ntahlah," jawab Max singkat kemudian mengandah menatap langit-langit ruangan sambil menutup mata.

Kalau Max sudah seperti itu berarti dia tak ingin ditanyai apapun lagi, aku yang sudah mengerti sikap Max hanya melanjutkan memakan camilan.

"Kau pulang?" tanya Max tiba-tiba setelah beberapa menit hening.

Aku melirik jam dinding, sudah jam setengah sebelas.

"Aku ingin bertanya pada mama dulu," ujarku sambil meraih handphone ku yang tegeletak -ntah kenapa ada disana- .

"Halo sayang? Ada dimana kamu sekarang?" Sebuah suara lembut yang sudah tak asing lagi terdengar disebrang.

"Aku di apart Max, Ma. Tadi kami baru saja pulang mengunjungi Lumna, lalu aku mampir ke sini," jelas ku menghilangkan kejadian di jembatan.

"Kalo begitu, Mama akan meminta tolong Pak Amto menjemput kamu di sana."

"Thanks Ma, yaudah kalo gitu aku tutup telfon nya. See you."

"See you too."

Aku melirik kearah Max yang seperti nya sudah mengetahui jawaban yang akan kuberikan.

"Aku ke kamar dulu. Mandi," ujar Max melangkah ke kamar nya.

"Ya sudah, mandi saja sana! Tidak heran jika sejak tadi aku mencium sesuatu yang tidak sedap," gurau ku dengan tawa kecil sambil menutup hidung.

Me, Time And Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang