Part 5
"Bagaimana kondisimu?" tanyaku.
"Siapa yang sakit? Aku hanya kurang istirahat saja," jawab Lumna enteng.
"Apa hanya kurang istirahat seseorang bisa tiba-tiba masuk rumah sakit?" ujar Max mengelakan jawaban Lumna.
"Kalian tau kan kakek ku seorang dokter senior di sini, dia hanya berlebihan saja kepada kondisi ku," jelas Lumna diakhiri senyuman.
"Baiklah, semoga kali ini kau tidak mencoba menutupi sesuatu dari kami," tukas Max cuek karna masih merasa ada yang disembunyikan oleh Lumna.
"Semoga kali ini kau tak berbohong," ulang Maya
Lumna memang selalu begitu, tak pernah ingin memberitahu kami kesedihan yang dialaminya, ia hanya ingin membagi keceriaan kepada kami berlima. Lumna adalah sosok sahabat yang tegar di mata kami.
"Sudah..sudah.. Lumna lihat apa yang kami bawa untukmu!" ujarku meredakan ketegangan di ruangan ini sambil menganggkat dua buah kantong belanjaan.
"Jessy Bakrey? "
Lumna melontarkan senyuman kebahagiaannya pada kami.
Lumna memang pencinta roti, namun toko roti yang paling disukainya Jessy Bakrey.
"Baiklah ayo kita makan, disini aku juga membawa beberapa minuman dingin," kataku seraya mengeluarkan satu persatu isi kantong plastik belanjaanku.
"Biar aku naikkan tempat tidurmu," tawar Drean yang dari tadi hanya diam.
Lumna mengangguk kecil, mengiyakan tawaran Drean.
"Apa menu utama mereka hari ini?" tanya Lumna penasaran.
"Sepertinya rasa rumput laut."
"Benarkah? Ah, bagaimana ini? Hari ini bukan keberuntunganku," keluh Lumna karna ia tak menyukai rasa rumput laut.
Kami semua tak dapat menahan tawa saat melihat ekspresi Lumna saat mengetahui menu utama nya rumput laut.
"Ayolah tuan putri, hari ini hari keberuntungan mu. Menu utama mereka coklat keju," hibur Maya.
Wajah Lumna langsung memerah, karna telah di bohongi oleh sahabat-sahabatnya.
"Bwwahahahaha ...." tawa kami akhirnya lepas saat melihat ekspresi Lumna yang seperti anak-anak.
"Menyebalkan," gerutu Lumna.
"Aku hanya bercanda, ini roti dan minuman mu," bujukku dengan senyuman.
"Seharusnya aku yang memastikannya sendiri," sesal Lumna.
Kami semua mulai menikmati makanan yang terhidang di depan kami, sesekali diselingi tawa karna beberapa gurauan.
***
Matahari telah condong ke arah barat memantulkan cahaya orange ke langit-sungguh indah dan itu bertanda kami harus segara pamit untuk pulang.
"Lumna kami pamit pulang dulu, cepat sembuh ya," kataku setelah meng-kode yang lainnya utuk pulang.
"Hmm, terima kasih telah datang, aku merasa lebih baikan, maaf merepotkan kalian."
"Kau ini bicara apa? kita ini kan sahabat," ujar Maya lalu memeluk Lumna.
Bibirnya masih tampak pucat, aku yakin pasti ada suatu hal sedang disembunyikan Lumna dari kami.
"Mungkin lusa aku akan masuk sekolah," ucap Lumna.
"Tak usah dipaksakan jika kamu tak bisa masuk, minggu ini tidak ada ulangan," ingat Maya.
Aku dan yang lainya mengangguk mengiyakan ucapan Maya.
"Cepat sembuh Lumna," ujarku saat menutup pintu .
Lumna tersenyum mengiyakan.
"Hmm kalian merasa ada sesuatu tidak? Sepertinya ada yang disembunyikan oleh Lumna?" ujar Maya membuka topik saat kami menuju tangga .
"Yah.. kurasa begitu." jawabku singkat
Sedangkan Drean,Veno, dan Max hanya memasang tampang serius bak orang yang sedang sibuk memikirkan kondisi politik.
"Semoga dia baik-baik saja," kata Maya penuh harap.
"Bagaimanpun juga kita harus terus memberinya semangat, mungkin suatu saat ia akan bercerita pada kita," ujarku meyakinkan yang lainnya.
"Oh tidak, aku lapar," keluh Veno mengalihkan topik.
"Kau ini masih saja lapar walaupun sudah memakan setengah jatahku." ledek Max
"Porsi itu belum cukup untuk cacing di perutku,"
Kami semua tertawa mendengar ucapan Veno yang seperti anak-anak. Veno memang suka sekali makan, namun badannya tetap saja hanya seperti lidi berjalan.
"Baiklah, bagaimana kalau kita mencari makan dulu?" tawarku.
"Tentunya aku yang paling setuju untuk hal ini," ujar Veno dengan rasa penuh kebahagiaan.
Sedangkan yang lain hanya mengangguk setuju, Drean menepuk bahu Veno.
"Ayo berangkat."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, Time And Sorry
Teen Fiction"Masa lalu itu seperti kertas yang telah ditulis, saat kau mencoba untuk menghapusnya maka masih akan terlihat samar bekasnya." Me,time and sorry . . . Hingga tiba waktunya perlahan-lahan membuat semua kisah masa lalu terbuka kembali...