Sebagian murid telah berkumpul di sekitar api unggun membentuk sebuah lingkaran. Mereka semua asyik bencengkrama sambil sesekali tertawa.
Dilihat dari sisi manapun saat ini semua terlihat bahagia dan menikmati acara malam ini. Meskipun tidak ada yang tau bahwa ada segelintir dari mereka yang berharap acara ini segera berakhir termasuk Naya sendiri.
"Maya!"
Maya yang mendengar namanya terpanggil langsung mencari sang pemilik suara. Saat menemukannya ia langsung membalas panggilan tersebut sambil melambai dan tersenyum.
"Ayo kita ke sana!" ajak Maya sambil menarik tangan Naya dan Lumna bersamaan.
"Aku di sini saja." Naya berusaha melepaskan tangan Maya.
Maya menatap Naya tajam. "Jangan coba-coba melarikan diri jika ingin nyawamu selamat," ancam Maya seraya menujuk kedua mata Naya dengan jari tengah dan telunjuk membentuk huruf 'V'.
"Ayolah! Aku membenci acara yang membosankan."
"Ini tidak akan membosankan jika kau menikmatinya."
Naya akhirnya hanya mendengus pasrah. Ia berkali-kali berdo'a agar acara ini segera berakhir dan ia dapat kembali ke tenda dan betistirahat.
"Kalian lama sekali," kata Veno sambil menyodorkan kepada mereka bertiga kopi hangat.
"Terima kasih."
"Darimana saja kalian?" tanya Drean.
"Kalian tau kan? Ada seseorang yang sedikit sulit diajak," ujar Maya sambil melirik Naya.
Sebenaranya Naya sadar jika Mereka sedang melihat ke arahnya. Namun ia pura-pura tidak menyadarinya dan memilih menyesap kopi hangat miliknya.
"Ah! Kopi ini terlalu manis," gerutu Naya.
"Bukan kopi yang manis, Nay. Tapi, kau terlalu lama melihatku karena itu kopi milikmu terasa lebih manis," kata Maya.
Naya langsung terbatuk mendengarnya. "Huh, untung aku tidak menyiram mu dengan kopi ini." Naya menatap kesal ke Maya.
Saat ia mengalihkan pandangannya dari teman-temannya matanya langsung menangkap sosok Erick yang sedang termenung.
"Apa yang dia pikirkan? Hingga termenung seperti itu?"
Naya langsung mengelengkan kepalanya cepat. Kenapa aku harus memikirkannya? Naya langsung menyesap kembali kopinya yang mulai dingin.
"Naya!" Seseorang melambaikan tangannya dari kejuahan ke arah Naya.
Diyon? Kupikir dia tidak akan ikut acara camping ini karena black pointnya yang begitu banyak, batin Naya yang tidak membalas lambaian dan malah menatap heran ke arah Diyon.
"Naya?" Maya menyentuh bahu Naya yang langsung membuyarkan pandangannya ke arah Diyon.
"Ada apa?"
"Kau lihat, Max?"
"Max?"
Maya dan yang lainnya mengangguk mengiyakan.
"Aku tidak melihatnya, memangnya kenapa?" Naya bertanya balik pada yang lainnya.
"Ntahlah, aneh saja tadi dia pergi ke sini bersama aku dan Drean, tapi tiba-tiba saja ia pergi ntah kemana," jelas Veno sambil meneguk kopinya hingga habis.
Max? Dia selalu saja menghilang. Apa itu sejenis hobi? Pergi tanpa kabar dan membuat orang khawatir? Batin Naya heran.
Lumna kemudian berdiri dan berkata, "Apa sebaiknya kita mencarinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, Time And Sorry
Teen Fiction"Masa lalu itu seperti kertas yang telah ditulis, saat kau mencoba untuk menghapusnya maka masih akan terlihat samar bekasnya." Me,time and sorry . . . Hingga tiba waktunya perlahan-lahan membuat semua kisah masa lalu terbuka kembali...