Bruuk...
Aku menabrak seseorang hingga tubuhku terjatuh, lantas orang yang bertabrakan denganku itu mengulurkan tangannya, tanpa ragu aku meraih tangan itu.
Setelah bangkit, aku membersihkan bajuku yang kotor, lututku terasa perih, saat melihat siapa yang telah bertabrakan denganku itu, betapa terkejutnya aku melihat siapa orang itu. Dengan segera aku meninggalkan orang tersbut tanpa sepatah kata pun.
"Nay tunggu!" ujarnya menahan tangan kiriku.
"Singkirkan tanganmu itu, aku tak memiliki urusan denganmu."
Aku kemudian menepis tanganya, tanpa menolehkan badan dan melanjutkan jalanku meski lututku masih terasa perih.
***
Seseorang yang kucari kini berdiri membelakangiku, ia sedang melihat lapangan sekolah ini dari atas.
"Apa kau yang melakukannya?" tanyaku tanpa berbasa basi terlebih dahulu.
Ia kemudian membalikkan badannya menghadapku, jarak kami sekarang sekitar 3 meter. Tak ada siapapun disini.
Kemudian ia berjalan kearahku dengan langkah sombong seperti biasanya, hanya dia yang memiliki langkah seperti itu di sekolah ini.
"Apa kau berlari menyusulku? Hingga napasmu tak teratur seperti itu? Kau memang yang berotak anak-anak."
"Jawab saja pertanyaanku, apa kau yang melakukan semua itu?" tanyaku dengan irama kesal.
Dia lantas menyunggingkan senyum. Tindakannya itu membuatku semakim kesal saja.
"Sudahlah otak anak-anak, nikmati saja liburan mu," celotehnya yang menyebalkan itu membuat emosiku melonjat di buatnya.
Refleks tanganku hendak menampar pipinya namun respon tangannya sangat cepat hingga bisa menahan tanganku.
"Huh," Aku mendengus kesal.
Tanpa sepatah katapun dia tiba-tiba jongkok di depanku.
"Berhenti! Apa yang hendak kau lakukan?" teriakku sambil memukulnya.
Namun ia tak mengacuhkan teriakkan ku itu.
Dia lalu berdiri dan menarik tanganku, namun ntah kenapa kaki ku seolah sangat patuh saat itu, tanpa ada pemberontakkan aku mengikutinya.
'Ada apa denganku? Bahkan aku tak bisa menepis tanganya,' batinku heran. 'Dan hendak kemana lagi dia membawaku?'
Dari belakang aku dapat melihat tubuhnya yang tegap, ia adalah cowok yang paling digilai di sekolahku.
***
Dia menghentikan langkahnya. Dari tempat aku berdiri tampak jelas tulisan yang terpampang di atas ruangan itu 'UKS'. Ya! itulah ruangan dimana banyak aroma obat obatan, dan tempat dimana banyak cowok berpura pura sakit hanya karna ingin bertemu cewek cantik yang bertugas hari itu.-hal yang membuang waktu saja-
"Ayo masuk," ajaknya.
Aku kemudian mengangguk kecil dan masuk ke ruangan itu bersamanya.
Ruanganya sepi. Mungkin petugas hari ini sedang istirahat.
"Duduklah," ujarnya sambil menekan bahuku pelan.
Kembali hanya anggukan kecil yang aku berikan padanya, dia berjalan menuju tempat obat obatan.
'Apa yang akan di carinya?'
Tak berapa lama dia kembali dengan membawa segayung air dan obat merah serta pembalut luka.
"Aku tak menemukan disinfektan nya, jadi kita cuci saja lukamu itu dan beri obat merah ini, mungkin akan terasa sedikit perih," jelasnya lalu berlutut di depanku.
Aku mulai mengerti, dia hendak mengobati luka di lututku. Pertama ia mencuci lukaku, terasa perih. Saat aku lihat ternyata lukannya membuatku dapat melihat daging merah yang berdarah di lututku.
"Aww," rintihku saat obat merah itu mengenai lukaku.
Namun ntah mengapa tiba-tiba rasa perih itu hilang, ternyata saat ia memberi obat itu, ia memberi tiupan kecil dari mulutnya.Perasaanku mulai campur aduk, saat tiupan kecil itu mengenai lukaku darahku terasa mengalir dengan deras di tubuhku membuat jantungku terpompa lebih cepat dibuatnya, ini adalah perasaan yang tak pernah kurasakan sebelumnya.
'Apakah ia membaca beberapa mantra hingga dapat membuat perasaanku seperti ini?' batinku yang masih belum mengerti apa yang kurasakan ini.
'Ayolah Nay! Sadarlah!' Naya mengelengkan kepalanya dengan cepat.
"Sudah selesai," ujarnya lalu kembali berdiri.
Aku hanya berdehem dan tersenyum hambar.
Dia kemudian mengembalikan semua peralatan yang ia gunakan untuk membalut lukaku ke tempat semula.
"Kembali lah kelas mu," ingatnya dengan senyum sombongnya itu.
"Hmm itu ...."
"Kau mau mengucapkan terima kasih padaku?" tebaknya tanpa membalikkan badan ke arah ku.
"Hah?"
"Anggap saja ini bayaran karna telah menumpangiku ke sekolah," lanjutnya.
'Kepedean sekali dia ini,'
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, Time And Sorry
Teen Fiction"Masa lalu itu seperti kertas yang telah ditulis, saat kau mencoba untuk menghapusnya maka masih akan terlihat samar bekasnya." Me,time and sorry . . . Hingga tiba waktunya perlahan-lahan membuat semua kisah masa lalu terbuka kembali...