"It is wisest to be skeptical about any economic assertions until their authors provide convincing evidence."
22 November 2014
Status di atas berhubungan dengan heboh 'pengalihan' subsidi BBM untuk pembiayaan infrastruktur.
Pada hari Senin, 17 November 2014, harga premium ditetapkan dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 dan harga solar ditetapkan dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500. Sesuatu yang wajar saja, seandainya saat itu harga minyak dunia stabil.
Pada kenyataan, saat itu harga minyak dunia terjun bebas di bawah USD 70, sementara asumsi anggaran yang menghitung subsidi ada pada harga USD 105. Bahkan harga minyak mentah dunia saat ini di bawah USD 40.
Yang terjadi adalah perang rundung antar kubu dengan mengutip analisis pakar ekonomi, yang justru bias oleh kepentingan ataupun pesanan. Bahkan, ada yang membandingkan dengan jalan-jalan ke mall dan membeli rokok segala.
Seorang Rhenald Kasali menulis tentang 'mitos' seputar kenaikan harga BBM. Yang ia 'lupa' bahwa tidak ada yang namanya 'mitos' karena memang setiap kenaikan harga BBM berdampak pada roda ekonomi secara keseluruhan. Yang lebih penting lagi, faktanya adalah negara-negara lain seperti Malaysia menghapuskan subsidi BBM namun menurunkan harga dalam negeri mengikuti pasar.
Salah satu yang dianggap 'mitos' oleh Rhenald Kasali sehingga harus ditolak adalah 'rakyat semakin miskin' dengan kenaikan harga BBM.
Kutipan data BPS untuk Maret 2015:
· Pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen).
· Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2014 sebesar 8,16 persen, naik menjadi 8,29 persen pada Maret 2015. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 13,76 persen pada September 2014 menjadi 14,21 persen pada Maret 2015.
Data tersebut belum terbarui sampai saat ini dan masih dipakai sebagai sumber data. Padahal secara faktual, dengan banyaknya PHK ataupun bangkrutnya beberapa perusahaan, maka jumlah tersebut tentu meningkat. Gampangnya, aku ketemu orang-orang yang sebelumnya tidak miskin sekarang miskin. Titik.
Dan tentu saja kita tak boleh lupa bagaimana tajuk berita pada masa kampanye pilpres bahwa jika Jokowi terpilih maka kurs dolar akan menjadi 10 ribu rupiah, sebaliknya jika Prabowo yang menang maka dollar akan melambung sampai 13 ribu rupiah per dollarnya. Mungkin kalau ahli ekonomi tersebut mempunyai tradisi bushido sudah melakukan seppuku karena ramalannya salah besar.
Aku memang skeptis, sebagaimana tradisi pelajar eksakta. Optimisme semu bahwa 'semua akan membaik' karena hitung-hitungan ersatz science tak kena denganku. Apalagi ketika roket diluncurkan dan paket berjilid-jilid bak komik silat diterbitkan, kondisi membaik tak kunjung datang.
Rakyat perlu bukti, bukan omong kosong.
Bandung, 5 April 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Oposisi Putih
Non-ficțiune(Catatan Politik Seorang Golput) Jika seorang Golput menulis tentang politik, apa alasannya?