Bumi Tanpa Batas

149 4 0
                                    

Penggemar Star Trek yang dikenal sebagai 'trekkies' pasti paham ideologi satu bumi yang dikemukakan Gene Roddenberry, pencipta 'sejarah semesta beberapa abad ke depan'. Dalam kisah utopia Roddenberry ini, umat manusia bersatu, bahkan bumi menjadi ibukota Federasi Planet-Planet. Sebenarnya, keinginan manusia untuk bersatu demi perdamaian telah dimulai setelah Perang Dunia I dengan berdirinya Liga Bangsa-Bangsa (LBB) yang didirikan pada tanggal 10 Januari 1920. Meski gagal mencegah terjadinya Perang Dunia II, namun keberadaan LBB menjadi pondasi berdiri penggantinya yang lebih kokoh, yaitu Persatuan Bangsa-Bangsa, 24 Oktober 1945 setelah Perang Dunia II berakhir.

Meski belum berhasil sepenuhnya menjadikan perdamaian hadir abadi di muka bumi, setidaknya PBB telah berperan banyak memediasi berbagai pertikaian antar negara.

Perang Dingin yang memicu pertumbuhan peluru kendali nuklir antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet membuat masyarakat dunia khawatir. Percobaan demi percobaan yang diyakini dapat membawa bumi kepada kehancuran membuat sekelompok aktivis membuat gerakan Don't Make a Wave Committee untuk menghentikan percobaan nuklir yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat di Amchitka, Alaska. Mereka mengirimkan sebuah kapal sewaan yang namanya diubah menjadi Greenpeace ke lokasi pengujian nuklir.

Nama kapal tersebut kemudian dijadikan nama organisasi yang dikenal menggunakan aksi langsung tanpa kekerasan dan konfrontasi damai dalam melakukan aksi untuk menghentikan berbagai perusakan lingkungan seperti pengujian nuklir, penangkapan ikan paus besar-besaran, deforestasi, dan sebagainya. Menolak menerima bantuan dari organisasi pemerintah manapun, Greenpeace merupakan organisasi tanpa batas pertama di dunia.

Tahun 1999, organisasi nirlaba Médecins Sans Frontières (MSF) menerima hadiah Nobel untuk bidang perdamaian. MSF merupakan organisasi pertama yang secara resmi menggunakan terminologi Tanpa Batas, karena setelah itu bermunculan organisasi-organisasi senada dari berbagai profesi, bahkan para badut tak mau kalah dengan mendirikan Payasos Sin Fronteras (Clowns Withour Borders).

Dalam tataran negara, kita menyaksikan bubarnya Uni Sovyet, dua Jerman bersatu, Ceko berpisah dengan Slovakia, Yugoslavia terpecah, lahirnya Uni Eropa, drama Brexit, dan berbagai konflik yang terus berlangsung di seluruh dunia. Perpisahan atau penyatuan bisa berlangsung dengan paksaan atau melalui referendum, dengan nasionalisme mengambil peran besar dalam setiap peristiwa.

Hizbut Tahrir (HT) mencoba membangun sistem kekhalifahan yang menjadi simbol pemersatu Islam yang kosong sejak jatuhnya Turki Ottoman dan Ibnu Saud tak berambisi untuk mengambil alih peran tersebut. Bagaimana cara HT melakukannya masih tanda tanya, karena selama ini tidak ada tanda-tanda mereka punya kekuatan untuk melakukan itu. Yang mereka lakukan hanya berdakwah menjual gagasan. Gagasan yang belum tentu diterima banyak orang.

Seharusnya pemerintah lebih waspada terhadap gerakan separatis akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pusat, ujaran kebencian yang melecehkan SARA, atau aksi organisasi teroris seperti ISIS, tanpa asal tuduh atau asal tangkap. Pemerintah harus mencontohkan bahwa hukum ditegakkan, bukan digunakan secara semena-mena untuk menekan kelompok tertentu dan membiarkan kelompok sendiri.

Kembali kepada topik Bumi Tanpa Batas, mungkin banyak yang menganggap ini hanya mimpi para utopian semata. Atau bahkan bisa menjadi distopia, jika yang menyatukan bumi adalah tangan besi penguasa despot.

Dalam kisah Star Trek 2-3 abad di masa depan, Chekov tidak kehilangan identitas Rusianya, atau kampung halaman tempat kapten Jean-Luc Picard mudik tetap di La Barre, Prancis.

Atau, haruskan alien menyerang bumi terlebih dahulu agar kita manusia bersatu?


Bandung, 7 Desember 2017

Oposisi PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang