Saya Bukan Rakyat Kecil

294 17 2
                                    

Saya BUKAN rakyat kecil.

Motor butut yang saya kendarai paling banyak menenggak satu setengah liter bensin sehari. Nyaris tak pernah menggunakan transportasi umum. Makan di resto, cafe, warung atau kalau lagi malas tinggal nungguin penjaja makanan nyasar ke dalam komplek yang dikelilingi pagar tembok. Bukan karena punya banyak duit, tapi sebagai seorang duda, memasak sendiri berarti pemborosan. Internet 7x24 jam. Rokok mau naik 100% kalau saya tidak bisa berhenti total (keep trying) maka saya kurangi. My choice. Toh pabrik rokok sudah mulai mengurangi buruh dus mengurangi produksi. (Semoga para mantan buruh mendapat pekerjaan yang lebih baik).

Jadi, ngapain sih, saya ribut harga bbm naik?

Karena saya punya AKAL. Karena saya punya NURANI.

Jokower yang mendukung kenaikan BBM adalah manusia yang tidak menggunakan AKAL karena otaknya kosong, tidak punya NURANI karena hatinya kelam.

Logika mana yang membenarkan harga BBM naik pada saat harga dunia turun? Apakah hanya mitos rakyat miskin bertambah jumlahnya karena kenaikan harga-harga?

Hati nurani saya tidak mengijinkan masyarakat yang termiskinkan karena pemerintah memilih jalan pintas, akhirnya melakukan kejahatan terpaksa. Kalau ini terjadi (dan selalu terjadi) sementara saya memilih diam hanya karena kebohongan penguasa dampaknya tidak berpengaruh terhadap saya, maka saya ikut bersalah.

Jadi kalau kalian bilang saya manusia lebay karena membela rakyat kecil, saya memilih jadi manusia super lebay. Tapi saya masih manusia. 

Kalian kodok.


Bandung, 27 November 2014

Oposisi PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang