*Author's POV*
Besoknya, ethan tidak mau menyia nyiakan kesempatannya untuk menjelaskan semuanya pada olive jadi dia pagi pagi telah bersiap dan menuju rumah olive.
Louis terlihat di halaman luar rumahnya seperti sedang menelpon seseorang.
Louis yang menyadari datangnya ethan darahnya langsung naik kembali ada rasa ingin menghajar pria itu. Tapi bagaimanapun louis kemarin telah berjanji pada olive tidak akan bertengkar dengan ethan.
"Mau apa lagi kau kemari? Tidak puas telah menyakiti adikku?" Louis ingin sekali mendaratkan pukulannya dimuka ethan tetapi dia masih bersabar.
"Aku ingin bertemu dengan olive." Jelas ethan.
"Tidak bisa. Jika kau hanya ingin membuat olivia menangis lebih baik kau pulang saja." Cegah louis.
"Aku bilang aku ingin bertemu dengannya. Sebentar saja." Ethan memohon.
"Pergilah sebelum kesabaranku ini habis dan akan segera menghajarmu." Louis sudah terlalu kesal pada ethan. Dan olive pun muncul dibalik pintu sudah rapi dengan membawa kopernya.*Olivia's POV*
Kurasa ini terlalu pagi untuk seseorang bertamu lalu ngotot ingin bertemu denganku. Tapi aku bisa apa?
"Olive tunggu sebentar." Ethan menghampiriku.
"Ayo aku antar sekarang, nanti telat." Kata louis sambil membawa koperku.
"Tidak lou, tadi aku sudah menelpon taxi." Ucapku sambil menahan louis.
"Biar bersamaku saja ayo." Ucap ethan sambil membawa koperku dan menarik tanganku.
"Tunggu." Aku berhenti dan kembali pada louis, aku memeluknya erat entah mengapa tapi aku takut jika tidak bisa bertemu dengannya lagi.
"Louis maafkan aku, aku telah banyak merepotkanmu aku telah banyak mengganggu waktu kerjamu. Maafkan aku lou." Aku menangis, entah mengapa tapi sulit sekali untuk tidak menangis.
"Shtt kau kan adikku. Aku tidak apa apa karna aku kakakmu. Bukankah begitu? Kau jangan menangis aku jadi sedih." Ucap louis sambil menghapus air mataku.
"Louis tolong bilang pada orang orang yang telah atau mungkin sakit hati karena aku, aku minta maaf. Aku hanya bisa bilang ini lou. Tolong ya sampaikan pesanku aku minta maaf pada siapapun."
"Kenapa kau bilang begitu? Kau kan hanya pergi ke doncaster. Tidak akan pergi jauh. Aku akan selalu ada untukmu. Aku menyanyangimu olive."
"Kau janji ya tidak akan mengeluh jika pekerjaanmu banyak. Aku juga menyanyangimu lou. Aku pergi dahhh." Aku memeluknya sebelum masuk ke mobil ethan.Di dalam mobil aku dan ethan sangatlah canggung. Sebenarnya aku ingin menyandarkan kepalaku dilegannya lalu dia mengecup puncak kepalaku, tapi itu tidak akan terjadi lagi.
Setelah setengah perjalanan ethan baru menjelaskan semuanya, dimulai dia bertemu dengan sophia sampai berakhir di prom night. Ternyata semuanya cukup rumit sampai sampai kami telah sampai di airport.
"Olive, jangan tinggalkan aku." Ucap ethan sebelum aku memasuki gate penerbanganku.
"Aku harus pulang ethan. Kita pasti betemu lagi." Ujarku. Aku ingin sekali tinggal disini lebih lama, tapi aku harus kembali.
"Tapi.. Kita masih bisa memperbaiki semuanya kan. I do love you olivia. I do love you." Kata ethan lalu memelukku sangat erat, aku membalas pelukannya. Pelukannya masih sama, hangat, wanginya yang khas, aku sangat merindukannya.
"Tapi aku harus pergi." Ucapku pelan seperti berbisik.
"Don't let me go. Aku aku tidak mau. Jangan tinggalkan aku."
Di microphone telah terdengar ladies and gentleman gate untuk penerbangan ke doncaster dengan nomer penerbangan 56799 telah dibuka. Mohon penumpang segera menaiki pesawat.
"Aku harus pergi ethan. Aku yakin kita bisa bertemu dimanapun misalnya dimimpi." Aku tidak tega melihat ethan.
"Aku, aku tidak mau kau pergi. Jangan tinggalkan aku. Don't just don't, stay here with me." Kata ethan.
"Aku harus." Aku sudah tidak tahan lagi melihat ethan, aku begitu menyanyanginya.
Ethan langsung menciumku untuk beberapa saat, aku membalasnya.
"I do love you ethan grant dolan. I do." Ucapku lalu pergi menuju gate dan menyerahkan tiketku untuk diperiksa.
"Promise me you will come back here." Teriak ethan. Aku hanya tersenyum melihatnya.