[I]
Ku terpana diam,
mengabur angan-angan.
Ku tatap dirimu, di situLangkah Ganesh terhenti di depan pintu kaca raksasa mall. Ganesh sangat mengenal sosok tubuh gadis berambut lurus hitam berkilau panjang sebahu itu, meski hanya tampak belakang dan dari jarak seratus meter dalam teduhnya atrium mall. Apa lagi sandal Karrimor Barbuda abu-abu mesiu yang melekat di kaki gadis itu sangat dikenalnya, karena sebelumnya sandal itu selalu berada di kakinya sendiri! Ganjil, seorang cewek cantik dengan penampilan chick tapi sandalnya macho. Tapi Sitha memaksa.
Ke mana pun aku melangkah, kamu selalu bersama ku.
[II]
Berjalan berdua,
entah dengan siapa.
Terngiang ujarmu dahulu...Kepala Sitha bersandar pada bahu Radhyt. Radhyt memeluk pundaknya, dan membimbingnya ke cafe sisi timur atrium.
"Mau pesan apa?" tanya Radhyt. Sitha menggeleng lemah.
"'Lu harus maem, Sit. Dari kemarin belum ada asupan sama sekali," tegur Radhyt. Sitha bergeming.
Pramusaji datang membawa buku menu. Radhyt memesan croissant dan cappuccino untuk dua orang.
Radhyt menatap mata Sitha yang cekung karena kurang tidur
"Aku yakin dia baik-baik saja," katanya berusaha menentramkan jiwa Sitha yang resah.
Sitha hanya diam mematung.
Pesanan Radhyt datang. Ia mencomot croissant dan mencabik potongan besar yang langsung lenyap ke dalam mulutnya.
"Dimakan lho, Sit. Daripada gue jejelin ke mulut 'lu," ancamnya jenaka. Sitha meraih croissant satunya lagi. Satu gigitan kecil, dikunyah sangat perlahan. Ia tahu Radhyt bersungguh-sungguh dengan kata-katanya.
[Chorus]
Sebelum detik pertama bermula
cinta kita tlah tercipta dan membara.
Atas kehendak Yang Maha Kuasa,
ia 'kan menyala hingga akhir masa.Kini kau khianati daku.
Hingga ke sumsum tulangku,
benci ku pada mu.Ganesh masih tegak tak bergerak di depan pintu kaca raksasa mall. Andaikata saat itu langit runtuh, Ganesh tetap diam layaknya arca Dewa Gajah di Museum Nasional.
Itu adalah meja spesial kita, kata-katanya bergaung tanpa suara. Kamu duduk di kursi itu menguasai dunia dengan pesonamu, seperti saat ini. Dan aku duduk di depan mu. Tapi yang duduk di situ sekarang bukan aku.
Sentuhan dipundaknya membuat Ganesh tersadar. Wajah sangar satpam mall yang hitam legam seperti malaikat kematian memenuhi area pandangannya.
"Mas... mau masuk, tidak? Jangan mainan pintu gitu!"
Pintu kaca raksasa itu berkali-kali terbuka dan tertutup. Berat tubuh Ganesh di atas karpet yang menyembunyikan sensor buka-tutup otomatis membuat mesin itu bekerja tak kenal lelah. Ganesh berbalik lesu, tertunduk layu, melangkah menjauh....
Cappuccino Sitha dingin tak tersentuh. Croissantnya yang masih 2/3 dikembalikannya ke kotak kertas.
"Gue harus ke bandara sekarang kalau 'nggak mau ketinggalan pesawat," suara Radhyt membuat Sitha mendongakkan kepalanya.
"Salam buat encing dan bibi," kata Radhyt lagi sambil melambaikan tangan memanggil pramusaji. Sitha mengiyakan lemah.
"Salam juga buat encang dan aunty," parau suara Sitha akibat menangis semalaman
Terdengar alunan melodi. Dengan sigap ujung jari telunjuk Sitha menggeser layar telepon genggamnya dan kemudian menempelkannya ke telinga kanan. Suara yang terdengar di sisi sana terasa begitu jauh, dan wajah cantik Sitha yang pucat pasi karena kurang-makan-dan-tidur menjadi seputih kertas, tak menyisakan darah....
[Megatruh*]
Abadi dalam fana
Kebenaran nyata
dalam dusta-dustaJangan tinggalkan daku
seluruh nafasku
bagian dirimuSitha tertelungkup nyaris tak sadar diri. Isaknya hanya ditandai dengan naik turun bahu samar-samar dan rintihan lirih menyebut satu nama bercampur doa.
Di mana ini? Ganesh berdiri bengong di belakang Sitha yang duduk di kursi lipat setengah tertidur memeluk sosok berbalut perban yang terbaring di ranjang pasien. Selang dan kabel dari berbagai mesin yang berdetak dengan tampilan titik dan garis bergerak naik turun. Ada lampion yang kembang kempis, pompa oksigen? Cairan menetes dari selang tabung plastik infus.
"Ganesh sayang..., aku cinta padamu," Sitha menghimbau dari alam mimpi.
Gelombang ingatan membanjiri kesadaran Ganesh.
Herman tergelincir di tebing sempit saat pendakian menuju gunung. Tangannya menyambar lengan Herman yang menggapai-gapai panik. Tanah licin. Gravitasi bumi. Kabut awan putih yang lucu bergegas naik tegak lurus. Suara angin berdesing di gendang telinga. Nyeri sesaat, dan kemudian gelap..., hingga akhirnya ia berdiri terdiam di depan pintu kaca raksasa mall itu, untuk menemui Sitha. Rutinitas biasa.
"Ganesh....," kembali Sitha berbisik perlahan.
Lorong cahaya menembus plafon menuju ke langit tinggi menariknya. Namun Ganesh bertahan karena ingin menggugah Sitha, memeluknya lembut dan membisikkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tangannya menyentuh pundak Sitha, membuatnya nyaris terjerembab ke lantai. Jiwa yang lepas dari raga lewat menembus materi.
Ganesh tak ingin Sitha bersedih. Hanya itu yang ia inginkan.
seluruh hidupku
persembahkan untukmu
Bandung, 28 Oktober 2015
*Megatruh: bentuk komposisi tembang macapat, biasanya dipakai untuk melukiskan perasaan kecewa atau kesedihan yang mendalam. Sering diartikan sebagai 'lepas jiwa'. Dalam cerpen ini hanya diambil maknanya saja, bukan struktur tembang macapatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/67706211-288-k499481.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pada Sebuah Bangku Taman (Telah Terbit)
Cerita Pendek(Kumpulan Cerpen tentang Cinta Pastinya) Apakah cinta? Di mana adanya? Kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini tak bermaksud menjawab pertanyaan yang hadir sejak manusia mulai berpikir, hanya memberi cakrawala bebas tafsir. Semoga menghibur. Foto cove...