Awal Kebohongan [01]

331 43 3
                                    

"Gue gak mau tahu ya, pokoknya besok elo harus kasih tahu ke gue! Kalau nggak, awas aja!" ancam Vallen yang membuatku mendengus kesal dan malas karena dia selalu mengancamku dengan inilah itulah. Batinku terus berteriak,

Bagus sekali kau Vallen! Kau memaksaku untuk memberitahukannya esok hari dengan disertai ancaman. Jikalau beneran ada sih no problem! But, masalahnya aku gak tahu siapa yang besok aku kasih tahu.

Gimana ngga batin kalau seorang temen yang selalu mengancam agar aku memperkenalkan kekasih yang baru saja kuaku-akui.

Memang salahku karena terpaksa berbohong kalau aku memiliki kekasih. Jikalau aku bilang bahwa tidak memiliki kekasih, tamatlah riwayatku karena Vallen akan mencoblangkanku dengan teman-temannya, lagi.

Grisella Keyra Valentino, anak kedua dari dua bersaudara.

Kakakku bernama Arka Kezzy Valentino. Kak Arka hanya terpaut satu tahun diatasku.

Bokap dan Nyokap tinggal di Australia untuk mengurusi salah satu cabang perusahaan Valentinos', dengan Bunda yang menjadi sekretaris Ayah. Itu juga maksa karena Bunda takut Ayah ngelirik yang lain.

Aku memiliki dua sahabat.

Yang pertama, Vallen Distro Agatha.
Baik, asik, cantik, tukang kepo, gesit dan satu lagi PEMAKSA.

Yang kedua, Tara Aditya Ramadhan.
Woles, paling ganteng diantara kita berdua, perhatian, emm..walaupun perhatian, dia juga terkadang jutek.

"Iya-iya! Gandeng banget, bingar nih kuping gue! Lagian nggak percaya amat sama gue. Sahabat macam apa lo!" dengusku kesal karena tingkah Vallen yang sukses membuatku muak akan comblangannya.

"Lo... Nggak coba-coba lagi ngibulin gue kan?" selidik Vallen sambil memandang curiga ke arah aku.

Gue emang ngibulin lo Vallen. Lo juga sih, pake acara comblang-comblangin gue! Gue kan nggak mau!

Aku menatap datar Vallen sebentar lalu mengambil nafas panjang.

Finally, gue udah bilang kalau punya kekasih. So, jadi mau apalagi. Ini harus dilanjutkan.

"Besok gue kasih tahu lo deh" ujarku sedikit ragu namun tak kubiarkan Vallen mendapatkan keraguan di mata ini.

Kini, aku dan kedua sahabatku lagi ngumpul di Starb*ck. Biasalah anak zaman now, pulang sekolah bukannya pulang eh malah nongkrong dulu. Namun kami anti pencari free wifi.

Aku memutar-mutarkan sedotan di gelas minumanku yang masih tersisa setengah seraya memutar otak untuk mencari siapa lelaki yang bisa kujadikan kekasih. Kekasih bayangan maksudnya.

"Tar, lo diem mulu dari tadi, takut habis ntuh suara. Atau mulut lo lagi kena kanker ringan?" sindir Vallen yang sangat ditujukan ke Tara.

Kanker ringan? Tuh mulut emang ga bisa kalau ga ngomong baik-baik.

Namun aku mengangguk menyetujui apa yang diucapkan Vallen melihat Tara yang dari awal duduk di Starb*ck tidak mengeluarkan sepatah dua kata. Dia hanya mengangguk atau menggeleng jika kita bertanya.

Tara yang tadinya sedang fokus ke gadgetnya kini tatapanya beralih kearah kita tanpa ekspresi.

"Udah?" tanya Tara datar sambil memasukkan gadgetnya kedalam saku celana sekolah.

Hah? Udah?

Aku sama Vallen bertukar pandang melihat satu sama lain, lalu mengangkat bahu secara berbarengan.

"Lo lagi nggak pms kan? Sensi amat sih!" sindirku sambil meminum.

Green tea latte, selalu green tea latte yang kupesan. Entah mengapa aku sangat suka sekali dengan minuman berperisa green tea. Aku juga selalu menyiapkan permen green tea di dalam tas.

Tara membelalakkan matanya ke arahku tak santai. Apa Tara terganggu dengan sindiranku? Apa aku salah berkata?

Vallen pun bereaksi dengan tertawa terpingkal-pingkal sambil memukul-mukulkan tangannya ke meja yang kita tempatin dan itu sukses membuat menyita perhatian disekitar.

Sekali lagi, apa ada yang salah dari sindiranku?

Dengan segala upaya kupikirkan kembali sindiran yang barusan keluar dari mulutku.

Lo lagi nggak pms kan? Sensi amat sih!

Ya Tuhan, aku baru sadar. Mana mungkin Tara pms, Tara kan laki-laki. Pinter banget sih aku!

Aku menatap kearah Tara sambil cengengesan dan memasang puppy eyes.

"Sadar lo ngomong apa barusan Key? Gue pms? Ada-ada aja lo!" Tara menyentil kening dengan seenak udelnya yang membuatku mendengus sakit

"Sakit tahu!" ringisku mengerucutkan bibir sambil mengusap kening yang sedikit kemerahan karena sentilan Tara.

Aku pun terkekeh sendiri membayangkan kalau ada seorang lelaki benar-benar bisa pms. Apa kata dunia?

"Tar fyi, Keyra udah punya pacar. Jadi kita ga perlu comblangin dia lagi.. yeaayy" ujar Vallen setelah berhenti tertawa sambil mendelik kearahku, sedangkan aku menatap malas kearahnya.

Bahas itu lagi? Oh no!!!

"Serius lo udah punya pacar?" tanya Tara nggak percaya.

Aku mengangguk ragu menatap Tara yang terkejut dari kedatarannya.

"Kapan? Ko gue nggak tau? Dimana ketemuannya? Tanggal? Bulan? Tahun? Wak-" pertanyaan yang seperti kereta dari Tara pun akhirnya aku memotongnya.

"Pokoknya besok deh." ucap aku melihatkan sisi bangga, didalam hati sih menciut.

Bismillah.

Ya walaupun aku tahu, sebuah kebohongan akan berakhir dengan penyesalan. Tapi, posisiku saat ini tak berani berterus terang dengan sikap Vallen.

------------------------------------------------

Hay!

Ini cerita pertama gue, semoga suka.

Maklumin kalau penulisan tidak sesuai dengan EYD karena gue masih pemula.

Gue masih kelas 8, so maklum yo.

Originated From The Fake Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang