Dimulainya Sebuah Kebohongan [02]

193 41 2
                                    

Aiyaiya... #&@;;$+ Aiyaiya...

Terusik dari alam bawah sadar. Semua itu penyebabnya adalah bunyi alarm gila yang terus memekikkan suara nyaringnya.

Dengan langkah gontai dan malas, aku bangun dan melakukan kegiatan yang biasa kulakukan di pagi hari sebelum berangkat ke sekolah.

Setelah kurasa siap, aku menuruni tangga menuju meja makan.

Tak ada Ayah, tak ada Bunda, dan tak ada Kak Arka. Hanya ada Bi Surti dan Kang Arman tukang kebun keluargaku yang pertama kulihat dipagi hari ini.

Kuharap kami semua dapat berkumpul memakan sarapan bersama, berlibur bareng, menonton tv, memasak bersama Bunda, tapi itu hanyalah angan-anganku saja. Ayah dan Bunda sibuk dengan pekerjaannya.

"Bi Surti, Kak Arka mana?" tanya aku seraya mencomot roti yang sudah dibuatkan oleh Bi Surti.

"Apa Non?"

"Kak Arka"

"Den Arka non?" tanya Bi Surti lagi dengan wajah super polosnya. Aku melirik kearah Bibi sebal. Pagi-pagi udah ngajak ribut nih.

Sabar Key sabar, begitu-gitu dia orang yang lebih tua dari lo dan harus lo hormati.

"Iya Bibiku yang cantik, imuet, dan sexy punya Kang Arman seorang" puji aku dengan suara yang diimutkan layaknya tikus kejepit.

Sebenernya sih aku merinding sendiri dengar suaraku yang seperti tikus kejepit tadi, serasa geli-geli gimana gitu.

"Suutt.. Jangan keras-keras non, ntar ketahuan Mas Arman. Tapi ngomong-ngomong, Non tau aja deh" centil Bi Surti dengan wajah yang merah padam.

Aku menggeleng- gelengkan kepala melihat kecentilan Bi Surti.

Aku gak habis fikir nih sama Bibiku, umur udah lanjut usia masih aja kelakuannya kaya ABG padahal sudah punya anak dan suami di kampungnya. Gak apa-apa unik dan langka nih Bibi aku.

"Jadi Kak Arka dimana?" tanya aku lagi kali ini seraya meraih gelas yang berisi susu lalu meminumnya.

"Oh, Den Arka toh non, bilang kek dari tadi. Den Arka udah berangkat Non, katanya ada urusan penting gitu deh. Tadi Den Arka titip salam buat Non" ujar Bibi.

"Kan tadi aku udah bilang Bi, gimana sih Bibi nih. Ngomong-ngomong, emang Kak Arka nitip salam apa Bi?" tanyaku sambil memandang kearah Bibi yang lagi memakan rotinya dihadapanku.

Ya, kami (Aku, Kak Arka, Bibi, dan Kang Arman) selalu makan pagi bersama, tapi kalau siang dan malam, aku yang buat karena Bi Surti kerjanya cuma pagi doang, Kang Arman juga. Aku dan Kak Arka sudah menganggap Bibi dan Kang Arman tukang kebunku sebagai orang tua kedua bagi kami.

"Nitip salam, ekhm.. 'Bibi bilangin ke Keyra ya, aku minta maaf karena pagi ini gak bareng ke sekolah' gitu Non" ucap Bibi seolah-olah meniru suara Kak Arka membuatku terkekeh mendengar suaranya yang gak ada kemiripannya sama sekali. Ada-ada saja ini Bi Surti.

Aku mengangguk seraya melihat kearah luar jendela dari ruang makan, terlihat Kang Arman sedang menyirami taman dengan telaten. Aku tersenyum melihatnya.

"Bi, Kang Armannya diajak makan atuh" ujarku menggoda Bi Surti.

Bi Surti mencebikkan mulutnya, "Udah Bibi tawarin Non, tapi bilangnya udah makan lah, udah kenyang lah. Gak tau lah Non, biarkan saja perutnya kelaparan!"

Aku terkekeh, "Gak boleh gitu Bi"

"Yong wis aku omongi, ora diladeni"

Aku melihat kearah jam tanganku yang masih menunjukkan pukul 5.45, tuh si Kak Arka pagi-pagi banget sih jadi anak berangkatnya, terlalu rajin. Tapi ada apa sih sampai buru-buru banget?

Originated From The Fake Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang