Bagian 6

4 0 0
                                    

*Poss Ifa*

Hari ini entah mengapa perasaanku tidak tenang aku selalu saja kepikiran Shita apalagi dia sudah 2 hari tidak masuk sekolah. Sebenarnya rasanya aku ingin datang ke rumahnya untuk menanyakan kondisinya. Shita sedang mengalami musibah ayahnya memang sudah sakit sejak lama mungkin 1 tahun lalu tapi beberapa hari ini kondisi ayahnya semakin buruk. Sebenarnya seburuk apa kondisi ayahnya hingga Shita harus tidak masuk sekolah? Bahkan dia juga susah dihubungi,apa lagi Dhany dia selalu datang ke sekolah mencarinya.

Membuatku tak nyaman,dia cowok tapi bawelnya ngalahin cewek. Aku berulang kali bilang padanya bahwa aku tak tau kondisinya tapi dia terus bertanya. Kemarin saja dia datang membuatku kesal.
# flasback on
Aku baru saja keluar dari pakiran depan sekolah.
Tiba-tiba aku dikejutkan dengan seorang cowok menghadang motorku dengan motornya. Ku melihat ke depan sedikit naik ke atas. Dia menatapku diam penuh dengan raut wajah melas yang sungguh buatku kesal.
"Kamu..!"
"Iya,kenapa?" katanya
"Ngapain kesini? terus maksud kamu apa menghadangku?" celetusku
"heii gak usah sewot dulu,aku kesini cuma mau tanya dimana Shita? kenapa dihubungi susah banget?"
"Aku udah bilang dari kemarin,dia dirumah."
"Huhh..aku tau itu. Tapi kenapa dia dihubungi susah banget. Aku bilang aku mau kesana,dia balas gak boleh karna bukan waktu yang tepat. Aku kan kekasihnya,kenapa aku tidak boleh kesana?" curhatnya.
"Kamu ini ya? Aku kan bilang dia lagi kena musibah gak bisa diganggu. Aku aja sahabatnya susah hubungi dia apalagi kamu pacarnya. Ngertiin aja dia"
"Huft,aku gak bisa jauh darinya. Baiklah aku kan sabar" katanya pergi meninggalkanku.
"Dasar anak alay,cowok apa cewek sih?" gerutuku
Dia menghentikan motornya,menoleh ke belakang dan berkata "Ngomong apa kamu?"
Dengan cepat aku menjawab "Gpp,salah dengar kali" dia pergi berlalu begitu saja.
"Shita ternyata kau tak tau,bagaimana kekasihmu ini. Kenapa kau mau dengan cowok yang alay seperti dia?" batinku.

*flashback off

Aku harap,dia tidak kesini lagi bukannya dia kelas 9 harus kan dia lagi ujian itu sebabnya aku masuk siang. Sekitar pukul 09.30 aku sudah sampai disekolah ku lihat Firman,Putri dan Salma sudah datang. Ku masuk ke dalam kelas menuju bangku ku,ku lepas tasku dan ku letakan dikursi kemudian ku duduk. Tak lama kemudian Shita datang,aku langsung tersenyum dan menyambutnya.
"Shita,udah mulai masuk lagi nih?" mulaiku
"Hemm..iya Fa."
"Btw,gimana kondisi ayahmu?"tanyaku,Shita lebih suka memanggil kedua orang tuanya dengan sebutan ayah dan ibu daripada papa mama,karna dia tidak mau dibilang orang kaya oleh semua orang meski pun itu kenyataannya.
"Pagi ini dia terlihat lebih segar dan sejak kemarin ayah sudah mau makan lagi. Jadi kondisinya membaik makanya aku masuk" jelasnya
"Syukurlah,tapi kenapa susah banget kamu dihubungi?"
"Kau tau sendiri kan Fa,mana sempat aku kepikiran untuk pegang hp" katanya
"Iya juga sih,pantes aja Dhany kayak orang alay kebingungan nyariin kamu"
"Oh ya? sudahlah masalah itu sudah ku jelaskan padanya tadi malam"
Aku hanya mengangguk,padahal aku sudah melihat Shita dan mengetahui hal yang membuatku kepikiran. Tapi kenapa perasaanku tetap gak enak ya? hal itu tak bisa ku tutupi hingga Firman menyadari kegelisahanku.
"Fa,kamu kenapa terlihat gak tenang?"
"Gak tau Fir,perasaanku gak enak banget" keluhku
"Ada masalah dirumahmu?" spontan Shita bertanya
"Tidak,semua baik-baik saja" selang bebarapa saat

Drrrtt...drt...drrrrt...
Ponsel Shita bergetar,
"+6285433478787"
"Fa,ini nmer siapa? nomer asing" dia bertanya
"Gak tau,coba angkat aja siapa tau penting" saranku
Dia mendengarkanku dan mengangkatnya

"Halo..maaf siapa ya?" katanya
"............"
"Hem baiklah tante aku pulang sekarang"
Aku bertanya padanya "ada apa Shit?"
"Fa,aku baru dapat kabar ayahku meninggal. Aku harus pulang sekarang" katanya
"Innalilahi,ya udah cepat kita minta izin ke guru piket" aku lihat sorot matanya berkaca tapi dia mencoba terlihat tabah

Aku mengantarnya ke guru piket,aku bilang pada guru piket bahwa Shita harus segera pulang. Guru pun bertanya,"Siapa wali kelasmu?"
"Bu Nuraini,bu..!"
"Bu Zura,apakah bu Nauraini ada disini? Ini ada anaknya yang minta izin pulang"
"Siapa? yang minta....." beliau berdiri melihat padaku dan Shita dan perkataannya terpotong kemudian menatap Shita bertanya.
"Oh,keponakanku ternyata. Ada apa memangnya kog harus pulang"
Shita hanya diam,dia menatapku memberi isyarat untuk aku yang menjawab.
"Maaf Bu,tapi Shita harus pulang karena dia mendapat kabar bahwa ayahnya baru saja meninggal"
Bu Zura langsung berkaca dan memeluk Shita yang merupakan keponakannya. Seketika air mata Shita pecah dalam pelukan bibinya,air mata yang berusaha dia tahan akhirnya keluar.
"Ifa,biar saya saja yang mengantarian Shita pulang. Dan kamu datanglah kesana bawa pulang motornya"
"Baik Bu,Permisi" aku pun keluar dari kantor kembali ke kelas.
Mungkin ini tanda dari ketidak enakan perasaanku hari ini. Entah mengapa aku seperti memiliki ikatan batin pada Shita,jika terjadi sesuatu pada Shita aku pasti selalu gelisah tanpa sebab.

*Poss Shita*

Aku diantar pulang oleh bibi Zura saudara jauh dari ayahku. Sampai dirumah aku melihat bendera kuning berkibar di gerbang rumahku.
Ku dapat melihat semua keluarga besarku berkumpul di sini kecuali kedua kakakku.
Saat ini kedua kakakku sedang berada di Inggris. Kakak pertamaku Shesa bekerja disana sedangkan kakak keduaku Shaci study banding disana, sehingga mereka tidak bisa terbang pulang sekarang.

Ku masuk ke dalam kamar,ku dapati ibuku menangis diam terpaku diujung kasur size sedang.
Ku dapat mengerti betapa sedihnya ibuku menerima kenyataan bahwa ayah telah tiada.
Ku dipanggil nenekku,saatnya jenazah ayahku dimandikan. Harusnya istri dan anak-anaknya yang berkewajiban tapi melihat ibuku yang tak lagi berdaya berdiri melihat keadaan akhirnya nenekku menggantikan ibuku dan aku mewakili kedua kakakku untuk menjalankan kewajiban itu.

Setelah itu,aku bergegas berganti pakaian bersiap memberankat jenazah ayahku. Ku melangkah keluar rumah terdengar mobil dan motor berhenti di depan rumah. Iya,semua guruku sekolah dan teman sekelas berserta sahabat-sahabatku datang tak terkecuali Dhany bersama teman-temannya juga datang. Aku menemui mereka,ku peluk sahabat-sahabatku. Mereka mencoba membuatku tabah karna mereka tau meskipun beliau bukan ayah kandungku tapi aku sangat menyayanginya.
Ku melepas pelukanku dan pergi menuju pemakaman ayahku.

Ku duduk disamping batu nisan ayahku,semua orang sudah meninggalkan pemakaman kecuali aku beserta sahabatku bahkan Dhany juga ikut ke pemakaman ini. Ibuku memang tidak ikut karna sebelum ibuku tidak sadarkan diri,sebenarnya aku tak ingin pergi tapi siapa yang akan pergi jika bukan aku. Sedangkan keponakanku masih kecil untuk mendampingi jadi harus aku. Aku berusaha tidak menangis agar ayah bahagia disana.
Dhany menepuk bahuku dan berkata
"Tabahlah sayang,iklaskan ayahmu. Ia sudah bahagia di sisiNya"
"Benar Shita,lihat sahabat-sahabatmu ini pasti akan ikut sedih jika kau bersedih. Meskipun kita itu berat untukmu Say..kuatkanlah hatimu" ucap Ifa.
"Shita,apa perlu aku harus menggodamu?"
Aku tersenyum sinis mendengar ucapan Firman,aku mengerti arti perkataan itu. Firman pasti akan menggoda mengledekiku hingga pipiku merona agar aku tersenyum kembali. Ya,Firman adalah sahabat lelakiku yang sangat jahil tapi dia begitu mengerti semua keluhanku.
"Kau selalu berhasil membuat dia kesal Firman" ucap Ifa menatap tajam Firman seakan sedang marah.
"Aku hanya mencoba menghibur Shita,teman. Tapi itu berhasil bukan?" Firman tersenyum licik.

*Poss Firman*
Aku tersenyum licik merasa tak ingin disalahkan atas perlakuanku.
"Apa kau ingin dimakan singa pelindung Shita, Fir...!" kata Salma menatapku tajam,ku melirik Dhany karna aku tau dialah yang dimaksud Salma.
Dhany menatap tajam mataku seakan tak terima akan perlakuanku.
Aku semakin tersenyum licik menatap Dhany yang sedari tadi memeluk bahu Shita,dia terlihat semakin mengancamku. Ku balas saja dengan tatapan menantang memberi arti bahwa aku tak takut padanya meskipun dia akan berubah menjadi singa sang raja hutan yang kelaparan. Hahahhaha.

Seketika suasana hening,ketika Shita mengajak kita semua untuk pulang kembali ke rumahnya. Jadi mereka yang sedang marah padaku menjadi lupa akan kemarahannya.

The Black Street Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang