Bagian 11

5 0 0
                                    

*Author Poss
Hari ini,penentuan kelulusan semua siswa SMP seluruh negeri. Suasana sorak,kecewa para siswa-siswi menggambar lingkungan sekolah.
Shita,Ifa,Putri,Salma,Firman mereka berlima berlarian menuju mading melihat pengumuman.
"Misi...misi...aku lewat teman...!" desak Shita
Dia mengamati namanya,serta teman-temannya apakah mereka lulus. Dapat lulus saja bagi mereka berlima itu sudah kebahagian.
"Hore....!" teriak Shita keluar dari kerumunan siswa
"Gimana Shit? Lulus?" tanya Ifa
"Iya,aku gimna?" sela Firman,Putri dan Salma.
"Sabar...sabar" ucap Shita memberi jeda
"Baiklah....aku lulus dong tapi...?" berjeda
"Kalian juga lulus pastinya dan nilai kita bagus" buat temannya yang sempat penasaran.
"Beneran?" sorat mereka serentak kecuali Shita.
Shita mengangguk,kemudian menarik keempat sahabatnya berlari kelapangan.

Mereka yang sudah merasa lega akan hasilnya penasaran dengan nilai yang dilihat oleh Shita.
"Shita,emang kita dapat peringkat ya? kog kamu bilang bagus?" tanya Ifa polos.
"Hmm iya"
"Emang aku dapat peringkat berapa?"
"Kau peringkat 3 say,Salma 4,Putri 5" Jawab Shita.
"Lalu aku sama kamu Shit?" tanya Firman
"Huhh,kepo ya kamu? Kamu peringkat 2 kog" Shita sambil cengesesan.
"Lah kamu?" Firman
"Kepo aja kamu Fir,tauk ah yang jelas aku lulus"
Firman yang kepo langsung pergi menuju mading, Firman memang slalu kepo tentang sahabatnya yg satu ini.
"Huhhhh...! Ah kamu,dapat peringkat 1 diam aja?"
"Maaf,ntar dikira sombong lagi"
"Ya enggaklah Shit. Kamu berhasil masuk SMK Kemiliteran Saint itu dengan tes tanpa danem iti udah buktikan kalau kamu cerdas say" kata Ifa.
"Iya nih kak,enak ya? Sedangkan kita kan masih bingung mau masuk SMA mana?" lanjut Salma.
"Hay kalian ini,tenanglah aku akan bantuin kalian daftar SMA impian kalian kog. Lagian nilai kita kan beda tipis. Coba tuh tanya Firman,benarkan?"
Shita memandang Firman,sedangkan Firman hanya mengangguk.

*Poss Firman*
Aku bingung,aku harus daftar kemana? Pilihan yang sulit aku gak mungkin daftar ke 3 tempat sekaligus. Huhhh gumanku.
Aku harus minta bantuan siapa ya? untuk sarannya.Sepertinya Shita bisa bantu,aku coba deh.
"Shita...!" panggilku
"Iya,ada apa Fir?" dia menoleh
Aku menatapnya memberi isyarat untuk menghampiriku. Dan dia mengerti,dikuti dengan Ifa,Putri,Salma.
"Ada apa?" tanyanya mereka berempat menatapku serius.
"Kau tau kan SMA impianku,dari ke tiga pilihan itu aku harus pilih yang mana?" Shita terdiam sejenak lalu menjawab
"Bagaimana kalau pilihan yang pertama,itu tidak terlalu jauh dari rumahmu. Menurutku kau akan suka disana karna aku tau kau sulit bergaul dengan orang tidak dikenal jadi jika disana kau lebih mudah beradaptasi" katanya sambil tersenyum.

Manis sekali senyumnya...! Agggjhhhh...! Kenapa aku ini? Aku memang beruntung memiliki sahabat seperti dia. Dia sahabat yang paling mengertiku walau kadang aku sering jahil dan membuatnya jengkel tapi aku menyukainya. Dia selalu bisa membuatku menentukan jawaban dari kebingunganku. Sikapnya yang dewasa jika menghadapi masalah tapi terkadang aku terawa melihat kemanjaannya saat menjalani kisah persahatan kami. Seakan dia yang paling terkecil padahl dia yang paling tua diantara dia.
"Baiklah aku akan SMA Anak Bangsa saja Shita" ucapku padanya
"Kau ini selalu menurut dengan Shita Fir" ledek Ifa
Ku hanya tersenyum mendengarnya.
"Lalu kamu mau ke SMA kemana Fa?" tanya Shita
"Sepertinya di SMA Smart Jakarta. Kamu?" menatap Putri
"Aku...? Hmm SMK 01 Jakarta ambil jurusan PPn (Pewiraan Pelayaran). Dan kamu?" menoleh pada Salma
"Ahhh aku?....setelah aku pikir lebih baik aku memilih mondhok gimana? Di Pesantren Al-Huda Yogyakarta"
"Ku rasa itu keputusan yang bagus,untuk dirimu yang begitu tomboy dan bandel kayak cowok" ledek Shita namun Salma membalas senyuman,dia menganggap ledekan Shita yang dia anggap kakak adalah suatu nasihat untuknya.
Aku pun hanya bahagia melihat sahabatku ini, memalingkan kepalaku pada layar ponselku.

*Poss Ifa*
Aku melihat Firman sedari tadi melirik Shita dengan senyuman. Mereka berdua memang sudah bersahabat sejak kecil tidak ada lagi rasa canggung dari sikap mereka. Walau mereka berdua setiap hari selalu berantem hal yang sepele tapi mereka saling menyayangi. Entah aku merasa diantara mereka memiliki rasa lebih dari seorang sahabat namun mereka sepertinya menolak. Padahal sering kali aku memperkogi mereka saat saling cemburu. Mungkin saja itu terlihat karena masih labil sama labil. Seperti halnya aku.

The Black Street Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang