"Aku tak menyangka Sasuke-san ternyata suka membaca buku," ucap Hinata sambil tersenyum. Pemuda yang berjalan disampingnya itu tersenyum, "Aku suka membaca sejak kecil," jawabnya.
"Hinata." Langkah mereka terhenti karena seseorang memanggil Hinata dari belakang, Hinata menoleh dan mendapati Itachi-sensei lah yang memanggilnya. Sasuke menatap pria itu tak suka.
"Ikut aku, aku butuh bantuanmu," ucap Itachi sambil melirik sinis kearah Sasuke."B-baiklah sensei. Maaf Sasuke-san lain kali kita pergi keperpustakaan bersama lagi ya," ucap Hinata membungkukkan badannya sebelum ia berjalan mengikuti Itachi.
"Nii-san.."
.
"Ada apa sensei?" tanya Hinata sambil menyamakan langkahnya dengan langkah pria itu.
"Kau kan pintar, bantu aku memeriksa nilai ulangan," ucap Itachi dengan intonasi tenang, namun membuat Hinata tak tenang, detak jantungnya tak beraturan dan rona merah dipipinya mulai nampak.
Hinata tak boleh seperti ini, bagaimanapun Itachi adalah gurunya, wali kelasnya.
"Kenapa pipimu? disini tak ada pemuda tampan," ucap Itachi menjurus.
"A-Aku, t-tidak, itu.. bukan.. a-aku.." Hinata sangat gugup, saking gugupnya dia tak bisa berkata-kata dengan benar.Itachi terkekeh mendengarnya.
"Kau lucu," ucapnya lalu membuka pintu kelas yang cukup kosong karena jam istirahat belum usai.
Hinata menerima beberapa kertas dari Itachi, lalu mulai memeriksa isinya.
"Banyak nilai yang dibawah 50 sensei," ucap Hinata mengerutkan dahinya.
"Ya, tak banyak murid yang pintar sepertimu, lihat aku sudah memeriksa nilai ulanganmu, dan kau mendapat 100," ucap Itachi memuji.
Hinata cukup tersanjung dengan pujian itu, Ia boleh berbangga diri karena berhasil membuat sebuah poin plus dimata sensei tampannya ini.
Sempat terbesit rasa bersalah dalam diri Hinata karena ia pernah mencurigai Itachi terlibat dalam pembunuhan itu, namun kecurigaan itu harus ia simpan, karena tampaknya Itachi tak ada sangkut pautnya dengan kasus itu, Itachi adalah guru yang baik.
Namun rasa curiga itu tak dapat ia bendung, pria tampan dihadapannya ini seperti mempunyai kepribadian ganda, dia dapat menjadi ramah dan pendiam dalam selang waktu yang singkat.
"Sensei sudah menikah?" tanya Hinata asal, setelahnya ia merutuki pertanyaan bodohnya itu.
"Menikah? belum ada yang cocok," jawab Itachi santai. Matanya masih terfokus kepada kertas-kertas berisikan angka itu.
Hinata benar-benar bersyukur karena ternyata Itachi memang belum menikah.
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" kini Itachi yang bertanya.
"A-Anoo, tidak aku hanya ingin tahu," jawab Hinata.
Tak terasa jam istirahat akhirnya berakhir, satu persatu siswa mulai memasuki kelasnya. Itachi memutuskan untuk menyudahi kegiatan 'menilai ulangannya' karena dia harus mengajar di kelas lain, dan sebentar lagi mata pelajaran selanjutnya akan dimulai di kelas Hinata.
"Terimakasih atas bantuanmu Hinata," ucap Itachi sambil tersenyum.
"Eh- I-iya sensei," jawab Hinata lalu membalas senyuman Itachi dengan segores senyuman manis..
.
.
Sepanjang pelajaran Hinata hanya melamun, mengingat saat-saat dimana dia berdua saja dengan Itachi-sensei.
YOU ARE READING
Psychopath
FanfictionItaHina, AU Dalam dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin. Benarkan Hinata?