"Itachi, kerjakan ini." Seorang pria berkacamata melempar sebuah berkas kearah Itachi yang sedang duduk tenang memeriksa nilai test muridnya.
"Apa maksudmu?" Tanya Itachi yang masih berkutat dengan kertas-kertas berisikan angka itu.
"Aku tak mengerti, kau kan genius, tidak seperti aku yang bodoh ini, jadi kau saja yang kerjakan... Nanti kalau sudah kembalikan padaku," pria itu berucap dengan sedikit sarkasme pada Itachi.
Merasa tak suka, Itachi mendelik, "Berani sekali kau menyuruhku," katanya masih dengan intonasi tenang.
"Huh, sinis sekali kau, aku kan seniormu disini," jawabnya.
"Tutup mulutmu dan silakan pergi dari sini, aku sibuk." Itachi masih berusaha memendam emosinya yang hampir meluap, Temperamen memang cocok menjadi ciri khas guru tampan ini. Selain itu, pria dihadapannya yang berlagak angkuh ini mencari masalah dengan Itachi untuk yang kedua kalinya.
"Kau-"
"Aoba-san, sebaiknya anda pergi, aku sedang sibuk dan tidak bisa membantumu," Itachi masih berusaha menjaga etikanya, meskipun dibawah meja, Ia mengepalkan kedua tangannya.
Akhirnya, Aoba berjalan menjauh, meninggalkan Itachi sambil mengumpat pelan.
"Dia tidak tahu, siapa yang baru saja diajaknya berbicara," ucap Itachi. Setelahnya ia menarik napas berat dan kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.
.
.
"Baiklah, pelajaran hari ini telah selesai, Ah... Hinata, jangan lupa sebagai seksi kebersihan kau tidak boleh pulang sebelum petugas piket hari ini selesai bekerja, kau harus awasi mereka," jelas Itachi sambil menghapus papan tulis.
Hinata mengangguk dan sama seperti murid lainnya, I membereskan buku-bukunya yang berserakan dimeja dan bersiap untuk berdo'a sebelum pulang,sebuah rutinitas baru yang sang wali kelas ajarkan.
Suasana kelas menjadi khidmat ketika ketua kelas mengarahkan semua murid untuk berdo'a didalam hati sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.
"Usahakan agar pulang tidak terlalu petang, saat ini sedang marak sekali kejahatan," ucap Itachi setelah selesai.
"Baiklah sensei," semua siswa menjawab dengan kompak, selanjutnya satu persatu dari mereka pergi meninggalkan kelas.
Itachi membereskan buku-bukunya lalu berjalan santai mengikuti langkah murid-muridnya keluar kelas,
"I-Itachi-sensei,"
Panggil suara lembut dari ujung ruangan, Itachi menoleh dan mendapati muridnya yang imut-imut itu berdiri tertunduk sambil memegang gagang sapu.
"Ada apa Hinata?" tanyanya.
"Ha-Hati-hati dijalan..." ucap Hinata sambil berusaha tersenyum manis, melawan rona merah yang ingin sekali muncul dikedua pipi Hinata.
"Y-ya, Terimakasih," Jawab Itachi sebelum akhirnya menghilang dibalik pintu.
.
Pria Uchiha itu berjalan santai dengan seringai tipis di wajah tampannya, jam pelajaran sudah usai, sekarang saatnya berpesta. Berpesta...
Digesernya sebuah pintu kaca, lalu dimasukinya ruangan dengan tulisan 'Ruang Guru' diatas pintu tersebut. Ruangannya sudah sepi karena sebagian besar guru sudah pulang.
"Ini untukmu," ucap Itachi seraya menaruh secangkir kopi dimeja Aoba.
"Baik sekali? bukankah kau tadi marah padaku?" tanya Aoba.
YOU ARE READING
Psychopath
Fiksi PenggemarItaHina, AU Dalam dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin. Benarkan Hinata?