Just a Little Patience

1.2K 100 56
                                    


Hinata berjalan gontai disepanjang lorong sekolah menuju kelasnya, merasa sepi didalam keramaian sepertinya pas untuk menggambarkan keadaan Hinata saat ini.

Ia jadi tak bersemangat sekolah. Ah, jangankan sekolah, melakukan hal kecilpun rasanya ia tak mau.  Semua jadi berubah sejak Itachi hilang entah kemana.

"Sensei..."lirihnya. Ia melihat kearah kelas-kelas dimana pelajaran sedang berlangsung.

Hari ini dia terlambat lagi kesekolah. Anak pintar.

.

.

"Hinata kenapa kau terlambat lagi?" tegur Kurenai. Ya, wanita itu menggantikan posisi Itachi sebagai walikelas di kelasnya. Hinata hanya menggeleng dan berjalan kearah bangkunya.

"Ada apa dengan anak itu," Kurenai bergumam heran.

Ino menyambutnya, gadis bersurai blonde itu melihat Hinata yang tampak tidak bersemangat.

"Hey, kau kenapa?" tanyanya.

Lagi-lagi Hinata hanya menggeleng lemah.

"Semenjak Sasuke-kun tidak masuk sekolah, kau jadi seperti ini,kau pasti rindu padanya ya??" goda Ino.

Hinata menatap tak setuju kearah teman blondenya itu.

"Aku tak merindukan Sasuke-kun," bantah Hinata.

Ino tersenyum,"Ah aku tahu kalau begitu pasti kau mencemaskan sensei kita ?" ucapnya.

Hinata terdiam, Ino benar. 

"Tidak tahu." hanya itu yang dapat Hinata katakan.

"Sensei pasti akan segera mengajar lagi, kita hanya harus bersabar, mungkin sedang banyak urusan yang lain," ucap Ino berusaha menenangkan.

Hinata hanya mengangguk dan mengalihkan pandangannya kearah langit diluar  jendela besar disamping mejanya.

.

.

Tolong lepaskan aku... lirih Sasuke dalam hati.

Ia berusaha membuka ikatan yang ada ditangannya, ini sudah lama lekali, Ia kelaparan, kehausan dan sesak sekali. Tenaga yang tersisa benar-benar sudah hampir mencapai batasnya.

Ia tak ingin mati disini, tolong ... siapapun selamatkan dia.

"Sasuke, aku membawakan ini untukmu, makanlah sebelum mereka berdua kembali, Uchiha memang jahat, maaf aku tak bermaksud—"

"Tolong bawa aku pergi, tolong..." pinta Sasuke.

Lagi-lagi suara familiar yang Ia kenali terdengar lagi. 

"Tidak bisa sekarang, mereka akan membunuh kita jika aku membawamu pergi dari sini, percayalah... mereka tidak akan membunuhmu, kita hanya butuh menunggu waktu yang tepat," ujar suara Itu.

Sasuke hanya mengangguk. 

Pria itu membuka penutup dikepala dan mata Sasuke.

"Tenang, aku akan selalu mengunjungimu dan berusaha membantumu."

"Kau???"

"Iya, ini aku ... sebagai gurumu, aku berkewajiban melindungimu, dan juga aku—"


"Hey, ayo kita lihat keadaan bocah itu."

Tiba-tiba terdenga suara dari balik pintu. Pria yang bersama Sasuke langsung menutup mata dan kepala Sasuke kembali, namun ikatannya longgar agar Sasuke tidak merasa sakit.

PsychopathWhere stories live. Discover now