"Syukurlah Sasuke-kun, kau sudah sadar..."
Hinata memasuki ruangan milik sibungsu Uchiha, lalu menaruh setangkai bunga didalam vas dekat jendela.
"Hinata, kenapa kau membiarkan semua ini terjadi?" tanya Sasuke tiba-tiba. Hinata membalikkan tubuhnya dan melihat iris mata obsidian yang meminta jawaban.
"Apa maksudmu?" Hinata balik bertanya.
"Kenapa kau tak bilang pada semua orang bahwa yang kau cintai itu adalah kakakku?" Sasuke berucap lirih. Iris mata Hinata membulat sempurna.
"D-dari mana kau..."
"Aku tahu, Jelas aku tahu. Kau tak bilang pun, Matamu tak bisa berbohong. Kau mencintai Itachi-nii..." Sasuke memandangi langit-langit kamar ini, tak mengindahkan Hinata yang berusaha untuk tidak menangis.
"Ibumu..."
"Ibuku?"
"Ya, Ibumu sangat bahagia melihat kita bersama, kau tahu Sasuke-kun, aku sudah tak ingat seperti apa cinta seorang ibu, dan ... Aku menemukannya pada ibumu, aku ... Aku tak mau membuatnya kecewa dengan kenyataan ini..." Hinata kembali menghadap kearah jendela. Air matanya mengalir begitu saja.
Sasuke dibuat bungkam oleh pernyataan itu. "Tapi ... kau mengorbankan perasaanmu sendiri..." ucapnya.
Hinata tersenyum lirih, "Daijoubu, lagi pula sensei juga beranggapan sama dengan ibumu, kau sendiri ... ?"
Sasuke tersenyum, "Aku tak keberatan, karena sesungguhnya aku menyukaimu, tapi ... Aku tak ingin memaksakan perasaanku padamu."
"Daijoubu ... Aku akan belajar untuk menerima... "
.
.
Malam itu Hinata masih ada dirumah sakit, Ia melihat dari balik jendela, Itachi tertidur didalam sana. Kembali menangis gadis itu, Ia ingin sekali berada disamping Itachi dan merawatnya dengan segenap cinta dan kasih sayang yang Ia miliki.
"Gomen..." gumamnya lirih.
"Gomen aku tak dapat mengutarakan perasaanku yang sesungguhnya ... Gomen aku tidak berguna..." Hinata terus bergumam pelan dihadapan jendela kaca itu. Dingin yang membelai kulitnya terasa perih. Hampa.
"Sedang apa kau disini?" seseorang menepuk pundak Hinata. Ternyata dia adalah gadis berambut soft pink yang juga teman satu sekolahnya.
"S-sakura-san? kenapa ada disini?"
Gadis gulali itu tertawa, "Kau malah balik bertanya? aku mengunjungi saudaraku yang sedang sakit," ucapnya.
"Sou ka, semoga saudaramu cepat sembuh," Hinata berucap tulus sambil tersenyum.
Sakura hanya mengangguk seraya melanjutkan langkahnya, meninggalkan Hinata kembali sendirian.
.
.
Didalam penjara, Pria itu nampak tersenyum. Didalam otaknya terdapat banyak sekali rencana-rencana yang telah tersusun rapi. "Aku akan menuntaskan pekerjaanku bagaimanapun caranya... sebentar lagi aku akan keluar dari kandang sialan ini..."
"Hey berisik!" teman satu selnya menegur.
Dengan satu tarikan, pria itu berhasil mencekik orang itu hingga tak bisa bernapas.
"L-lepaskan! uhuk A-aku bisa mati!!"
"Matilah kau..." dengan sebuah seringai yang nampak diwajahnya, Ia mencekik orang itu hingga tewas.
"Ini menyenangkan..." gumamnya kembali duduk dilantai penjara sambil tersenyum, mengabaikan jasad tak bernyawa teman satu selnya.
"Aku harus mencari mainan lagi..." Ia kembali bergumam.
YOU ARE READING
Psychopath
FanfictionItaHina, AU Dalam dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin. Benarkan Hinata?