Hinata melihat dua sosok lelaki yang terpejam dengan keadaan yang menyedihkan dari jendela kaca. "Nak, aku tak menyangka selama ini Sasuke mempunyai kekasih yang sangat manis dan baik hati sepertimu," ucap Mikoto seraya mengusap puncak kepala Hinata penuh kasih sayang. Hinata hanya bisa tersenyum tanpa sempat mengucapkan apapun, karena tak ada seorangpun yang tahu bahwa sejatinya Ia mencintai kakak dari Sasuke.
"Semoga Sasuke-kun cepat sadarkan diri ya, semoga..." Hinata melihat kearah Itachi. "Sensei juga cepat sadar..."
"Oh, Itachi itu senseimu?" tanya Mikoto.
Hinata mengangguk lalu tersenyum, " Dia sensei terbaik yang pernah kumiliki," jawabnya.
Mikoto tersenyum lalu mengikuti arah pandang Hinata yang melihat kearah Itachi. "Dia memang putraku yang pintar, seharusnya aku tak meninggalkannya dulu.."
"Kalau boleh tahu, kenapa ba-chan meninggalkan sensei dan hanya membawa Sasuke-kun?" tanya Hinata.
Mikoto menarik napas panjang.
.
.
"Kau tidak boleh membawa Itachi!" bentak Fugaku saat itu. Mikoto menatap nanar suaminya yang telihat seperti orang gila karena mabuk berat.
"Aku tak percaya padamu, aku akan membawa kedua anak kita!" jawab Mikoto.
"Tidak bisa! Itachi harus bersamaku!" Fugaku mendaratkan sebuah tamparan yang membuat pipi putih sang istri memanas dan menjadi kemerahan.
"Kau..!?"
"Keluar kau!!!" Fugaku berteriak dengan mendorong tubuh Mikoto hingga jatuh terpental.
.
.
"Ya, dari situlah aku meninggalkan Itachi dengan ayahnya, tak kusangka akan seburuk ini..." sesal Mikoto. Hinata hanya bisa tersenyum saja, karena tidak tahu apa yang harus dikatakannya saat ini.
"Neji-nii bolehkah aku menjaga mereka malam ini? besok pagi aku akan pulang, lagipula sekolah diliburkan hingga kasus ini selesai," ucap Hinata. Neji mengangguk, "Jika kau membutuhkan apapun, telepon saja aku," ucap Neji.
"Sebaiknya ba-chan juga pulang dan beristirahat saja, biar Neji-nii mengantar, iya kan nii-san?" Hinata melihat kearah Neji dan disambut oleh anggukan pria itu.
"Baiklah, Terimakasih telah bersedia menjaga anak-anakku, kalau begitu aku permisi."
"Hinata nii-san pulang ya."
Hinata mengangguk lalu kembali duduk dikursi tunggu.
.
Beberapa jam berlalu, setelah mendapat izin dokter akhirnya Hinata bisa memasuki ruangan Itachi dan Sasuke. Baru satu langkah kakinya memasuki ruangan steril itu, Hinata menjatuhkan air matanya, melihat Itachi yang tak sadarkan diri dalam keadaan lemah.
"Sensei..." lirih Hinata, Ia mendekati ranjang pasien milik Itachi lalu menangis tersedu-sedu disana.
"Sensei kenapa kita harus bertemu lagi dengan keadaanmu yang seperti ini... kenapa sensei," ucap Hinata pilu.
Sia-sia saja Hinata, Itachi takkan bisa menjawab ucapanmu.
"Sensei kau harus tahu, aku mencintaimu..."
Hinata benar-benar melepas semua emosi yang terpendam dalam jiwanya pada tangisan ini. Semua rasa resah yang selalu dirasakannya, cemas, sedih, segalanya.
"Sensei, cepatlah sadar dan kembali mengajar disekolah, aku merindukanmu..." ucap Hinata sebelum akhirnya Ia menutup pintu dan kembali menunggu diluar.
YOU ARE READING
Psychopath
FanfictionItaHina, AU Dalam dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin. Benarkan Hinata?