Awal Permainan

2.1K 192 22
                                    

Dua minggu kemudian seperti biasa, ketika istirahat Hinata menghabiskan waktunya di perpustakaan, dimana dia akan mendapatkan ketenangan dan konsenterasi. Ya, Hinata selalu sendirian, dia tak pernah mempunyai teman dekat. Bahkan  untuk sekedar berjalan bersamanya menuju perpustakaan pun tidak pernah ada. 

Hinata lebih menyukai membaca buku-buku yang berkenaan dengan psikologi manusia dibandingkan roman atau novel yang sedang digandrungi remaja-remaja seangkatannya. Dan kali ini yang sedang ia baca adalah buku mengenai bahasa tubuh manusia.

"Hinata, kau pintar sekali ya! bacaanmu selalu yang seperti itu ?" ucap seorang gadis berambut soft pink dengan nada sedikit mengejek. Hinata tak mengindahkannya, ia masih fokus dengan bukunya. Merasa diabaikan gadis itu berkacak pinggang.

"Heh! kau tidak mendengarkanku ya?" ujar gadis itu dengan suara cukup keras. Spontan seisi ruangan menatapnya sebal. 

"Maaf nona, jangan berisik ini perpustakaan," Tegur  penjaga perpustakaan. Gadis itu berkacak pinggang lagi lalu berkata bahwa dirinya adalah anak dari pemilik saham di sekolah ini.

"Siapapun kau, peraturan tetaplah peraturan bukan?" Akhirnya Hinata bersuara, menimpali ucapan gadis itu tanpa melihat kearahnya.

"Kau berani padaku?" Gadis itu tidak terima.

Gadis itu adalah Haruno Sakura, anak tunggal pemilik saham terbesar di Konoha Gakuen, yang juga teman sekelas Hinata. 

"Kau tak biasanya ada disini," ucap Hinata.

"Aku memang benci tempat sunyi seperti ini, tapi sensei tampan ada disini, jadi aku harus terlihat rajin," jawab Sakura percaya diri.

"Sensei tampan?" gumam Hinata dalam hati.

Fikirannya langsung tertuju pada Itachi-sensei, Hinata memang menyukainya, namun ada sisi dari pria itu yang membuat Hinata seketika merinding, ketika bersama Itachi-sensei hawa disekitarnya hangat namun dapat berubah drastis dalam sekejap. Hinata beranjak dari kursinya, lalu dia berjalan menuju bagian peminjaman buku. Lebih baik ia membacanya dirumah karena dirasa akan terjadi lagi sesuatu yang aneh jika ia berada disini lebih lama.

"Permisi aku harus pergi," ucap Hinata melewati Sakura yang tampak sebal karena ditanggapi dingin oleh lawan bicaranya.

.

Hinata berjalan menuju kelas, sepanjang perjalanan ia mendengar berita sama. 
"Kudengar anak baru yang kemarin berkelahi tewas!" seru seorang anak laki-laki berambut cokelat pada temannya yang asyik memainkan ponselnya.

"Apa keduanya tewas?" jawab anak yang sedang memainkan ponselnya. 
"Iya keduanya tewas!" ucap  anak yang satunya.

Hinata tak habis pikir, perkelahian macam apa yang dapat menyebabkan kematian? apa separah itukah? lalu mengapa keduanya tewas?

Tak terasa ia sudah berada didepan kelasnnya. 

"Kenapa terlambat? bell sudah berbunyi 5 menit yang lalu Hinata," ujar seseorang dibelakangnya.

Hinata menoleh ketika mendapati bahwa Itachi-sensei lah yang menegurnya.

"M-maafkan aku sensei," ucap Hinata sambil membungkuk.

"Masuklah, aku ada pengumuman penting," ucapnya pada Hinata. Hinata menyadari sebuah perbedaan. 'Itachi-sensei'nya itu menggunakan 'aku dan kau' ketika berbicara dengannya, sedangkan biasanya dia menggunakan 'saya dan anda' untuk berkomunikasi.

Hinata pun memasuki ruang kelas, disusul oleh Itachi yang berjalan dibelakangnya.

"Baiklah anak-anak, saya mempunyai berita duka. Tadi malam dua siswa sekolah kita ditemukan tewas, saya menghimbau kepada kalian semua untuk lebih berhati-hati, mentaati  peraturan dan.. jangan mencari masalah," ucap Itachi  

PsychopathWhere stories live. Discover now