"Hinata, bagaimana, apa hari ini ada waktu?" tanya Sasuke yang akhirnya bertemu dengan Hinata setelah sedari tadi mencari-cari gadis itu.
"Sasuke-san, iya tentu saja. Aku selalu menunda-nunda janji denganmu, hari ini aku ada wakt-"
"Hinata, bisa bantu aku?" Tiba-tiba Itachi datang menyusul mereka.
"S-Sensei, tapi... Aku sudah janji dengan Sasuke-san," tolak Hinata sehalus mungkin.
"T-tapi Hinata-"
"Maaf Sensei, untuk kali ini saja, lain waktu aku pasti membantu, aku berjanji," ucap Hinata.
Hinata benar-benar merasa tak enak pada Sasuke karena selalu, setiap kali dirinya akan pergi dengan Sasuke, Itachi pasti datang dan menggagalkannya.
"Ya sudah." Itachi hanya berkata dengan nada dingin seraya melempar pandangannya kearah lain.
"Arigatou sensei, kalau begitu kami permisi," ucap Hinata dengan senyuman manisnya lalu melanjutkan perjalanannya bersama Sasuke menuju perpustakaan.
"Sasuke..."
.
.
10 Tahun yang lalu
"Ayo Sasuke, kau pergi bersama Kaa-san sekarang," ucap seorang wanita cantik yang terlihat tegesa-gesa, menarik kopernya dan menuntun seorang bocah berusia tujuh tahun keluar dari rumah besarnya.
"Kaa-san! Kaa-san mau kemana!?" Seru Itachi yang pada saat itu baru saja genap berusia lima belas tahun.
"Kau bersama Tou-san Itachi, mulai sekarang kau tinggal bersamanya," ucap wanita itu.
"Tapi... Kaa-san!" Itachi berteriak, namun wanita itu tak mengindahkannya, dia hanya terus menjauh dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir.
.
Dua tahun berlalu, kini Itachi telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan baik. Dia memiliki hampir segala yang tak dimiliki pemuda seusianya, fisik yang ideal? jangan tanya, harta? apa lagi, dia adalah putera seorang pemilik perusahaan yang merajai ekonomi di jepang. Tidak, ada satuhal yang tak Itachi miliki. Kebahagiaan.
Sejak perpisahan kedua orang tuanya, Itachi tak pernah merasakan kebahagiaan. Ah, bagaimana Itachi bisa bahagia?
Jangankan menyayanginya, Fugaku sang ayah tak pernah sedkitpun bahkan sekedar memperhatikannya. Setiap hari pria itu membawa wanita yang berbeda kedalam rumah dan selalu menjadikan Itachi pelayan.
Namun pada dasarnya Itachi adalah anak yang baik. Sang ibu selalu mendidiknya untuk patuh kepada orang tua. Jadi... Itachi hanya bisa pasrah dan menerima perlakuan tidak adil sang ayah terhadap dirinya.
Kalian masih ingat bahwa Itachi membenci satu hal bernama Rokok? beginilah kisahnya...
Saat itu Itachi baru saja pulang dari sekolahnya. Ia tersenyum dan sangat bersemangat, menggenggam selembar kertas bertuliskan angka seratus dengan tinta hitam. Itachi berlari kesana-kemari, mencari sang ayah yang tak juga ia temukan.
Itachi baru ingat bahwa sang ayah masih bekerja dikantornya, karena menurutnya hari ini sangat special, maka Itachi memutuskan untuk menyusul sang ayah kekantornya.
Itachi mengetuk pintu tak lama setelah ia sampai di gedung pencakar langit itu. Namun tak ada jawaban dari dalam.
"Tou-san?" Itachi memutuskan untuk langsung membuka pintu itu karena pikirnya, ini adalah kantor ayahnya sendiri, jadi mungkin tidak apa-apa.
YOU ARE READING
Psychopath
FanfictionItaHina, AU Dalam dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin. Benarkan Hinata?