"Hari ini sekolah libur lagi Hinata?" tanya Neji yang sedang mencuci piring didapur, sedangkan Hinata sedang merapikan meja makan. "Iya nii-san, disekolah banyak sekali masalah, dan membuat kegiatan belajar terganggu."
Neji terlihat berfikir sejenak, "Kudengar banyak pembunuhan terjadi disekolahmu, apa itu benar?" tanya Neji. Hinata mengangguk, "Ya, akhir-akhir ini bahkan kejadian yang tak masuk akal juga terjadi," jawab Hinata apa adanya.
"Lebih baik kau pindah sekolah saja, aku khawatir sesuatu terjadi padamu," ucap Neji. Hinata tampak terkejut, Ia tak mau pindah sekolah, Ia merasa terikat dengan semua yang tengah terjadi disana, dan lagi walaupun Itachi menghilang entah kemana, Ia tak ingin berpisah dan meninggalkan Itachi yang sedang terbelit masalah.
"Tidak nii-san, aku akan baik-baik saja, aku tak mau pindah seolah." Hinata berjalan kearah pria itu, menaruh lap yang dipakainya tadi dan menaruhnya disamping rak untuk menyimpan piring.
"Aku khawatir padamu, dan Tou-san pasti setuju saat dia pulang dinas nanti." Neji bersikeras untuk memindahkan Hinata kesekolah lain, meskipun sekolah Hinata sekarang bisa dibilang yang terbaik, namun terlalu besar resikonya jika banyak hal-hal buruk yang terjadi.
"Kumohon nii-san, aku tak mau pindah sekolah, kumohon," ucap Hinata sambil menunjukkan wajah yang benar-benar memelas. Ah, Neji tidak akan pernah bisa menang melawan yang satu ini.
"Baiklah, baiklah. Tapi kau harus jaga dirimu baik-baik, hindari jika sesuatu yang dirasa buruk sedang terjadi disana," nasehat Neji kepada adik perempuan satu-satunya ini.
Hinata mengangguk setuju. Walaupun, Ia tidak bisa berjanji untuk hal tentang 'menghindar' itu.
"Neji-nii, aku akan pergi berbelanja untuk makan malam, kudengar ada diskon besar hari ini," ucap Hinata memberi saran. Neji mengangguk setuju, "Baiklah, ambil saja uangnya di tempat biasa, jangan pulang terlalu sore ya." Neji kembali pada kegiatannya mencuci piring.
.
.
"Hari ini panas juga ya..."
Hinata bermonolog, karena Ia tidak bisa mengemudikan mobil dan lagi ban sepedanya meledak minggu lalu, terpaksa Ia harus berjalan dan naik bus untuk sampai disana.
Hinata berjalan ditrotoar, keadaan kota selalu ramai seperti biasa, Ia melihat mobil yang berlalu-lalang, suasana kota metropolitan memang selalu seperti ini.
Akhirnya ia sampai dihalte, dan keberuntungan sedang menyertainya, bus yang akan ditumpanginya datang bersamaan. Tak buang waktu ia memasuki bus itu dan mengambil tempat duduk dijajaran kedua.
Sepertinya seseorang mengawasiku. Hinata merasa tak enak hati, berulang-ulang kali ia menengok kebelakang.
Mungkin hanya perasaanku saja. Ia mencoba untuk berpikir positif. Setelah 30 menit akhirnya Ia sampai di Konoha Supermarket. Ia tersenyum cukup lebar melihat deretan papan bertuliskan diskon.
Semua perempuan mencintai diskon. Benarkan Hinata?
"Yang ini diskon berapa persen ?" tanya Hinata kepada petugas bagian olahan susu. Wanita itu tersenyum kearah Hinata yang terlihat sangat polos. "yang ini, semua 30 persen, dan yang sebelah sini 15 persen," jawab wanita itu. Hinata tersenyum, "Baiklah, aku pesan 2 yang ini dan 2 yang itu ya?"
Wanita penjaga stand itu langsung menyiapkan pesanan Hinata, tak butuh waktu lama pesanan itu datang, "ini dia nona," ucapnya. Hinata tersenyum lalu menerima bungkusan itu untuk dibayar di kasir.
"Semua sudah lengkap," ucap Hinata melihat keranjang belanjaannya, setelahnya Ia berjalan menuju kasir untuk membayar. Namun sepertinya membutuhkan waktu lama, karena antreannya sangat panjang.
YOU ARE READING
Psychopath
FanfictionItaHina, AU Dalam dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin. Benarkan Hinata?