"Hidup? tak ada gunanya," ucap seorang pemuda beriris gelap yang hanya memandangi bayangan dirinya dalam sebuah cemin dengan tatapan kosong.
Siapa aku?
Dilihatnya sebuah figura disudut meja. Figura yang berisikan sebuah foto keluarga dimana mereka terlihat bahagia dan harmonis.
Itachi meraihnya dan menatapinya cukup lama."Kaa-san kenapa kau meninggalkanku," ucapnya lirih sembari menatap foto itu dengan sebuah senyuman dan iris mata yang melebar.
"Kenapa kaa-san?" ucapnya lagi.
"JAWAB AKU KAA-SAN!" kini Ia berteriak dengan iris mata yang membulat sempurna.
"Kau merebut ibuku..." Itachi kini menunjuk seorang anak lelaki yang sedang tersenyum lebar didalam foto itu.
"ARGH!!" pemuda Uchiha itu melempar figura yang dipegangnya kesudut ruangan hingga benda itu hancur menjadi beberapa kepingan.
"Tou-san... Itu..."
Itachi menunduk sambil memegangi kepalanya yang pening bukan main. Semakin hari, hidupnya semakin menyedihkan. Menjadi pelayan untuk setiap wanita yang dibawa sang ayah kerumah, menyediakan minuman, menyimpan topi atau coat mereka ketika mereka sampai, dan tak jarang memijat kaki mereka. Tapi sang ayah tak pernah bahkan sekalipun tersenyum padanya semenjak hari perceraian itu.
Hidup macam apa yang tengah dijalaninya saat ini?
"Kaa-san..." ucapnya pilu dengan mata berair.
"Kaa-san aku mau mati saja," lanjutnya.
Itachi sudah tak tahan hidup seperti ini. Ingin rasanya keluar dan bebas. Ia tak butuh semua harta melimpah ini, Ia tak butuh semua kemewahan yang menyelimutinya. Yang diinginkannya hanyalah sebuah ketenangan batin.
Tak ada seorangpun yang dapat dijadikannya sebagai sandaran. Tak ada seorangpun yang mengerti. Mereka semua hanya melihat seorang Uchiha Itachi yang angkuh dan bahagia dengan hartanya. Tidak, pada nyatanya semua itu jauh berbeda.
"Tidak, aku harus bertahan. Sebentar lagi Itachi. Setelah ini ayo kita tinggalkan pria tua tak berguna itu," ujarnya pada diri sendiri.
.
.
Satu tahun berlalu, Itachi sudah resmi menjadi seorang mahasiswa di Universitas Konoha. Dia juga sudah berhasil keluar dan bebas dari sangkar emasnya dan tinggal di sebuah rumah yang memang terbilang kecil karena Ia menyewa rumah itu dengan sisa uangnya.
Untuk bertahan hidup, membayar kuliah dan sewa rumahnya, Itachi bekerja paruh waktu menjadi apa saja yang Ia bisa. Pernah Ia menjadi seorang bartender disebuah Café, sebagai seorang pelayan disebuah restaurant cepat saji, dan karena wajah tampannya, ia juga pernah menjadi seorang figuran atau model catwalk disebuah acara Fashion Show kecil-kecilan dikota. Itachi tak peduli dengan apapun yang dikerjakannya. Meskipun itu menjadi buah bibir masyarakat, yang penting dia mendapatkan uang untuk bertahan hidup. Toh ayahnya pun tak peduli?
Namun semua itu tak ada yang berjalan mulus, selalu terjadi perselisihan diantara Itachi dengan seseorang dilingkungan pekerjaannya. Semua itu terjadi akibat rasa curiga Itachi yang berlebihan dan karena dirinya tak dapat berfikir positif lagi.
.
.
.
"Itachi, kau Itachi kan?" tanya seorang gadis beriris gelap yang menepuk bahu Itachi.
"Ya, kau siapa?" tanya Itachi.
"Aku Izumi, dan ini Neji. Kami adalah teman satu kelompokmu untuk survey besok," ucap Izumi sambil tersenyum.
YOU ARE READING
Psychopath
FanfictionItaHina, AU Dalam dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin. Benarkan Hinata?