Chanyeol tak pernah berfikir jika kecerobohannya akan berdampak separah ini. Beribu kali ia merutuki dirinya sendiri akibat perbuatannya yang menyakiti hati Baekhyun entah untuk yang keberapa kalinya. Chanyeol bahkan enggan untuk berpergian, karena ada yang lebih penting dari hal itu. Biarlah urusan kantornya terbengkalai.
Karena ini menyangkut masa depannya. Baekhyun.
Lelaki mungil itu sudah dua hari belakangan ini berdiam diri di dalam kamar. Baekhyun juga tak mengerti kenapa ia harus berdiam seperti ini. Tetapi ia terlalu takut untuk melihat wajah Chanyeol, dan bayang-bayang buruk itu akan terlintas lagi di pikirannya. Ia takut air matanya jatuh kembali. Sudah cukup dua hari ini ia menangisi semuanya, dan ia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi.
Baekhyun sebenarnya tidak enak hati pada Chanyeol. Bagaimana pun juga ini tidak sepenuhnya salah Chanyeol. Lagipula jika Baekhyun berfikir kembali, ia bukan siapa-siapa bagi Chanyeol. Ia hanya teman kecil yang pernah diselamatkan oleh keluarga Chanyeol. Hanya itu, tidak lebih.
"Baek, makan dulu."
Entah sudah berapa kali bibir tipis milik Chanyeol bergumam memanggilkan nama lelaki mungil yang sangat ia khawatirkan itu. Entah sudah berapa kali juga ia berdiam diri di depan pintu menunggu sang empu untuk membukanya.
Chanyeol tahu ia salah, tetapi sekali lagi. Irene menjebaknya, perempuan picik itu ingin membuat Baekhyun pergi dari hidupnya. Bahkan semuanya ia tahu sendiri dari perempun itu setelah ia beradu argumen kemarin. Irene mengungkapkan semuanya dengan wajah penuh emosi dan dendam. Hingga akhirnya Chanyeol harus mengusir dengan kasar wanita itu.
"Baek, buka dulu pintunya. Kau belum makan sejak kemarin." pintanya dengan suara terdengar lemah. Ia sama kacaunya dengan Baekhyun. Perutnya bahkan masih kosong sejak pagi tadi, padahal mentari akan tenggelam beberapa saat lagi.
Sementara di dalam kamar sana, Baekhyun berusaha bangkit dari keterpurukannya. Tidak baik jika mengacuhkan Chanyeol selama ini. Chanyeol sudah terlalu baik untuknya, maka ia memutuskan untuk merelakan Chanyeol jika benar, lelaki tampan itu mencintai wanita yang ber- ah sudahlah.
Baekhyun berjalan gontai menuju kamar mandi, menatap refleksi tubuhnya pada cermin di hadapannya. Jemarinya perlahan mulai meraba pipinya sendiri, menelaah baik-baik dan memastikan apakah ini dirinya atau bukan. Sungguh, wajah Baekhyun terlihat benar-benar kacau. Baekhyun sendiri hingga bergedik ngeri dan memutuskan untuk berbilas sebentar.
Lima belas menit berlalu, dan Baekhyun masih mendengar ketukan pintu itu. Tampilannya sekarang jauh terlihat lebih baik, harum strawberry sudah tercium kembali. Dan sekali lagi, ia menarik nafas untuk memastikan jika ia benar-benar siap untuk menghadapi Chanyeol.
Ceklek
Chanyeol sontak terbangun dari duduk lemasnya. Ia bahkan lupa jika kepalanya terasa pening dan lambungnya terasa perih. Ia terlalu semangat dan bahagia. Pintu itu, akhirnya terbuka. Dan senyum lebar Chanyeol tak bisa di bendung lagi begitu melihat bayang nyata Baekhyun di hadapannya.
"M...ianhae_"
Bruk
Nyatanya, fisik Chanyeol tak se-semangat jiwanya. Tubuhnya ambruk begitu saja setelah merasakan pusing yang berlebihan. Tapi yang pasti, lelaki ini sangat bahagia, meski dalam keadaan seperti ini.
"Chanyeol! Hiks, maafkan aku! Chanyeol! Astaga badanmu panas!"
Dan dengan susah payah, Baekhyun dengan segala isak tangisnya, membopong tubuh Chanyeol menuju kamar lelaki itu. Chanyeol sakit, dan itu karena nya.
-
"Telfon tidak, telfon tidak, telfon... Ah tidak-tidak!"
Sehun, si pria berkulit albino, terlihat sibuk dengan jemarinya dan gumaman tidak jelas. Di tangannya sudah ada sebuah ponsel, dan lelaki itu berniat untuk menelfon Baekhyun. Tetapi sialnya, jantungnya selalu meloncat tidak karuan saat jemarinya ingin men-dial nomor ponsel Baekhyun. Maka ia memutuskan untuk
mari-kita-cap-cip-cup.
"Sehun ah, apa yang kau lakukan? Sedari tadi, kau terus berucap 'telfon tidak, telfon tidak, ah tidak tidak' selalu begitu."
Ujar Luhan, dengan intonasi nada mengikuti gaya bicara Sehun. Ia sejak tadi sudah merengek agar Sehun tidak sibuk sendiri, tapi nyatanya lelaki itu malah asik dengan mainan tidak jelasnya.
"Aishh, Lu.." kesal Sehun entah keberapa kalinya. Kemudian fokusnya kembali terarah pada jemarinya dan melanjutkan kembali 'permainan' nya.
"Sehun! Kau ini, aku perhatikan sejak tadi selalu menatap ponselmu dan bergumam tidak jelas! Memangnya siapa yang ingin kau telfon, hah!?" kesal Luhan benar-benar dipuncaknya.
Sehun menghentikan sejenak, menaruh ponselnya di saku dan menatap lelaki mungil yang mempunyai mata rusa itu dengan dalamnya. Helaan nafas kembali keluar begitu melihat wajah Luhan yang terlihat sebal.
"Tidak, Lu. Aku tidak menelfon siapapun." sangkalnya dengan senyuman hangat. Tapi tatapan itu sudah berubah, itulah yang Luhan rasakan.
"Bohong! Pasti ada seseorang yang ingin kau telfon, kan!?"
"Tidak Lu baby."
Luhan menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Baiklah, ia harus mengalah disini.
"Baiklah, semoga kau tidak lupa. Jika aku ini adalah calon tunanganmu, Hun."
Dan Luhan segera berlalu dengan mata berkaca. Memang menyakitkan jika mencintai seseorang namun hanya sepihak.
-
"Aku tau, pasti Chanyeol seperti ini karna dirimu!" bentak Jongin dengan mata yang berapi-api. "Jika saja kau tidak kekanakan dan berdiam diri di kamar, pasti Chanyeol tidak akan sakit! Kau lihat sendiri! Penyakit maagnya kambuh!" tambahnya mampu menohok hati Baekhyun.
Jongin yang kebetulan datang ke apartement Chanyeol, kemudian dikejutkan dengan kondisi Chanyeol yang pingsan. Tidak biasanya Chanyeol seperti ini, maka dengan sigap ia menelfon dokter pribadi dengan tatapan membunuh saat matanya bersiborok dengan Baekhyun.
Sekali lagi, air mata Baekhyun kembali mengalir. Mungkin benar, keberadaannya untuk Chanyeol hanyalah membawa sial. Tidak seharusnya ia berada di dekat Chanyeol. Oh Tuhan, apa yang harus ia lakukan?
"M..aaf, aku akan pergi, jika itu membuatmu dan Chanyeol senang." ujar Baekhyun dengan keputusan yang bulat. Dan langkahnya semakin cepat, meninggalkan apartement dengan sebuah ponsel yang memang sejak tadi berada dalam sakunya.
Air matanya kembali mengalir entah yang keberapa kalinya. Ingatannya kembali berputar dimana saat Chanyeol menyatakan cinta padanya. Dan hatinya kembali tertusuk jika mengingatnya.
Baekhyun menatap jalan lenggang di hadapannya dengan tatapan kosong. Halte Bus sudah sangat sepi, hanya ada dirinya. Ia tidak tahu harus menginap dimana malam ini. Setika ia teringat seseorang, dan mengeluarkan ponselnya dengan cepat untuk menelfonnya.
"Halo, Sehun ah. Boleh aku minta tolong?"
-
Tbc. Sorry php mulu, kayak si diA. Hhh:' /abaikan. Ohya, aku post cerita baru, gabaru sih. Soalnya udah aku post juga di ffn. Jadi mungkin bakal dilanjutnya disini. Oke bye. Jangan lupa favorite&coment~Gomawooo^^

YOU ARE READING
Help Me
Fanfiction[END]//Bonus Story END// Park Chanyeol, adalah seorang laki-laki kaya dan pemilik perusahaan Park. Chanyeol hidup seorang diri, karna orang tuanya sudah meninggalkan dirinya beberapa tahun lalu. Sampai tiba akhirnya, Chanyeol mencari seorang pekerj...