Ch10

12.8K 1.2K 57
                                    

Baekhyun terdiam, pandangannya tak terlepas pada mata Chanyeol. Menatap lelaki itu dalam, seperti mencari sesuatu. Ia berpikir jika lelaki itu tengah membual atau sebagainya. Namun yang di dapatinya, hanya sebuah ketulusan dan kejujuran. Chanyeol tulus mencintainya.

Baekhyun tahu hatinya juga merasakan hal yang sama dengan Chanyeol. Mencintai lelaki itu.. entah sejak kapan. Debaran jantungnya, tingkah gugupnya, dan segala hal yang Chanyeol lakukan padanya seperti berbeda dari biasanya. Respon tubuhnya terlalu berbeda, hingga ia yakin jika ia mencintai Chanyeol.

Meski Baekhyun sendiri, tidak tahu apa itu cinta.

Chanyeol memejamkan matanya sebentar kemudian menatap dalam Baekhyun. Ia menghela nafas pelan kemudian tersenyum tulus.

"Tidak perlu di jawab, aku akan menunggunya." ujar Chanyeol jujur. Ia tidak mau jika Baekhyun mencintainya hanya karena paksaan.

Baekhyun tertunduk, ia ingin mengatakan semuanya dengan jujur. Tapi, mulutnya seakan terkuci rapat, lidahnya kelu, dan suaranya mendadak hilang. Dan ia hanya bisa menganggukan kepalanya. Toh, Chanyeol tidak akan kemana kan?

"Baiklah, um, begini Baek. Aku berencana ingin kau bersekolah lagi, ya seperti melanjutkan kuliah." ujar Chanyeol.

Baekhyun menggigit bibir bawahnya, "Ta..pi, aku bahkan tidak punya ijasah saat S_"

"Jongin akan mengurusinya. Kau hanya perlu berkata ya, atau tidak." potong Chanyeol.

Baekhyun tersenyum hingga matanya berbentuk garis lurus. "Tentu! Aku mau Chanyeol!" serunya menggebu-gebu.

Hati Chanyeol lagi-lagi menghangat. Senyuman lelaki manis di hadapannya ini sangat menghangatkan hatinya. "Baiklah, aku akan bicara dengan Jongin nanti."

Grep

Baekhyun sengaja memeluk Chanyeol. Ya, ia bergumam terimakasih berulang kali pada lelaki tinggi itu. Semua ini hanya kedok belaka, Baekhyun berharap Chanyeol dapat merasakannya juga. Rasa cintanya terhadap lelaki ini.

"B..aek?"

Chanyeol bersumpah jika surai rambut Baekhyun sangatlah wangi. Aroma strawberry khas anak kecil menyeruak sekali ke indra penciumannya. Ia menarik napas dalam-dalam berulang kali untuk menormalkan kembali detak jantungnya. Ia tidak mau Baekhyun mendengarnya.

"Um, maaf. Aku hanya refleks." cicit Baekhyun melepaskan pelukan tersebut. Rona merah di wajahnya tak bisa lagi ia sembunyikan. Ia mendengar jelas, bagaimana detak jantung Chanyeol yang berdegup sangat kencang.

Sama sepertinya.

"Baiklah aku rasa ini sudah malam. Ayo bocah kita harus tidur." ujar Chanyeol dengan kekehan.

Baekhyun terkekeh, "Baik, daddy." serunya kemudian melompat menuju kamarnya. Meninggalkan Chanyeol yang tengah terpaku dengan seluruh darah yang berdesir.

'Tadi katanya apa? Daddy?'

Chanyeol melirik celananya yang sudah menggembung. Sial! Ia kembali on hanya karena Baekhyun memanggilnya Daddy?

"Um, Chanyeol.. apa kau mau menemaniku tidur lagi? Aku takut..." cicit Baekhyun dengan kepala yang ia munculkan dari balik pintu.

Chanyeol berdehem, 'Lebih dari hanya tidurpun, aku mau.' batinnya.

"Ya, kau masuklah. Aku harus ke toilet dulu." ujarnya.

Begitu Baekhyun kembali menutup pintu kamarnya, Chanyeol menghela nafas kasar. Hatinya mengumpat secara menerus. Ini-bukan-waktu-yang-tepat. Tetapi, ia harus menyelesaikan. solois, eh?

***

Pagi tiba, tampak Baekhyun menggeliat dalam tidurnya. Tubuhnya makin meringkuk dan kepalanya ia dekatkan lagi pada tubuh Chanyeol. Entah kenapa, tubuh Chanyeol terasa begitu hangat dan membuatnya ketagihan. Ya semua rasa takut itu tidak ada, ia hanya ingin ketika ia terbangun yang ada di hadapannya adalah wajah Chanyeol.

Baekhyun menjauhkan tubuhnya sedikit, ia mendongak menatap wajah Chanyeol yang tengah tertidur. Sangat damai. Tanpa sadar, jemari lentiknya terangkat untuk mengelus wajah itu. Wajah yang selalu terlihat sempurna. Mata, hidung, dan berakhir di bibir. Mendadak bayang - bayang ketika Chanyeol menciumnya kembali teringat.

"Aku tahu, aku tampan." gumam Chanyeol dengan mata tertutup. Tetapi, senyuman kecil terbentuk di kedua sudut bibirnya.

Nyatanya, Chanyeol memang sudah terbangun sejak Baekhyun meringkuk dalam pelukannya.

Buru-buru, Baekhyun menjauhkan tubuhnya dari lelaki itu. Wajahnya sudah sepenuhnya memerah dengan debaran jantung yang tak biasanya.

Chanyeol terkekeh begitu kelopak matanya terbuka, ekspresi Baekhyun sangat menggemaskan dan membuatnya ingin memakannya. eh?

"Morning, Baek~" sapa Chanyeol dengan suara parau, khas orang yang baru saja terbangun.

"M-morning, Yeol" cicit Baekhyun.

Chanyeol mengecup bibir Baekhyun singkat kemudian berlari menuju kamar mandi, tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Sementara Baekhyun? Ia terpaku dengan bahu yang lagi-lagi menegang. Mulutnya sedikit terbuka karena ke-terkejutannya.

Chanyeol... menciumnya..... lagi?

***

"Kau tidak ke kantor?" tanya Baekhyun yang tengah mencuci piring. Mereka baru saja menyelesaikan sarapan. Sementara Chanyeol tengah terduduk meminum coffee menatap punggung Baekhyun.

"Tidak," singkat Chanyeol.

Baekhyun berbalik badan, pekerjaannya sudah selesai dan kini ia melangkah mendekat ke arah Chanyeol. "Kenapa?"

"Karena hari ini adalah hari minggu." ujar Chanyeol menatap Baekhyun. Ia menahan gelak tawanya begitu melihat pipi Baekhyun yang memerah.

"Ish!" gerutu Baekhyun, ia mencebikan bibirnya kedepan.

"Ohya, Jongin bilang dia sudah mengurus perkuliahanmu. Testnya satu minggu lagi," ujar Chanyeol ketika teringat pesan Jongin tadi saat di telfon.

"Tapi Chan.. Aku tidak yakin, aku akan di terima. Kau tahu kan, aku sudah lama tidak bersekolah dan lagi se-"

"Aku akan menjadi gurumu." potong Chanyeol

"Ne?" ulang Baekhyun setengah melongo

"Selama satu minggu kedepan, aku akan mengajarimu semua mata pelajaran. Jangan remehkan aku, gini-gini aku pernah juara pertama seantero sekolah." ujar Chanyeol sedikit membanggakan dirinya.

"Jinja? Wahh.. terimakasih Chanyeol ah." ujar Baekhyun dengan wajah berseri. Ia tak tahu lagi bagaimana mengungkapkan kebahagiaannya. Ia sangat bersyukur bertemu Chanyeol. Chanyeol yang selalu menolongnya, menolong hidupnya yang sudah pasti sangat berbeda dari dulu.

Baekhyun tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika tak ada Chanyeol. Hanya Chanyeol yang ia punya. Chanyeol si penyelamat hidupnya.








End? Or... Tbc?
All up to you, readers-nim. :))

Terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk votes, dan coment! Ff pertama di wattpad dan alhamdulillah responnya sangat baik. Once again, thank you so much guys. Sorry, aku gapernah jawab coment:' bcs ngetik ini di setiap waktu kosong. Dan doain semoga nilai uas aku bagus&&ujian praktek aku lancar! Hehe, iya aku kelas 9 :'3

Byee guys.. utk next chap terserah kalian hehe. Gomawo.

Help MeWhere stories live. Discover now