8. Kenangan

5.8K 490 10
                                    


Nathan benar-benar bingung dengan perubahan sikap William seminggu belakangan ini, terkadang ia masih memperhatikannya dan terkadang William memandangnya dengan benci dan selalu menyakitinya.

Apakah salahnya sehingga membuat Liam menjadi seperti itu?

"Kau benar-benar bipolar, maafkan aku yang tidak bisa tidak memikirkan dirimu. Sebenarnya siapakah aku bagi dirimu?" Nathan membatin dengan miris.

Pada saat bel pulang sekolah telah berbunyi Nathan memegang kotak makan nya tanpa berniat untuk memakannya, kotak makanannya terus menjadi objek yang dipandanginya sedari tadi.

'Cklek'

Pintu ruang UKS terbuka, Tania masuk sambil menenteng tas Nathan bersama dengannya.

"Lho masih belum dimakan? Makanlah nanti kau bisa sakit." Tania mendekat dan mencoba untuk membujuk Nathan.

Nathan tidak mengindahkan bujukan Tania, matanya masih menatap kotak makannya.

Keheningan pun tercipta keduanya terdiam, Tania yang kehabisan kata-kata bingung ingin berkata apa pada Nathan.

Nathan menuruni kasur yang didudukinya tadi, saat menatap dirinya sedikit terhuyung sehingga membuatnya jatuh terduduk pada kasur yang ditempatinya tadi.

Tania dengan cepat menghampiri Nathan yang masih diam tidak berkata apapun, dengan ragu ia mencoba untuk memegang pundak Nathan namun ditepisnya dengan kasar oleh Nathan.

"Jangan sentuh!" Ucap Nathan dengan ketus lalu ia mencoba untuk bangkit dari duduknya untuk membereskan barangnya. Setelah membereskan barang-barangnya Nathan melangkahkan kakinya dengan gontai keluar dari ruang UKS.

Tania melangkahkan kakinya mengikuti Nathan sampai mereka di depan gerbang sekolah, Nathan tersenyum sendu saat ia melihat pemandangan tidak mengenakan didepannya.

William dan Feli sedang berpandangan dengan senyum yang tidak pudar dari bibir keduanya, mereka berjalan bertautan tangan sampai keparkiran yang tidak jauh dari tempat Nathan berdiri.

Tania yang berada disebelah Nathan mengetahui bagaimana perasaan Nathan, Bagaimana tidak? Hanya orang bodoh saja yang tidak mengetahuinya. Pasalnya Nathan jelas-jelas menatap William dengan penuh kagum dan cinta(?) dan Tania akan mencatat William sebagai orang bodoh dan tidak peka yang pernah dikenalnya.

"Nat sudah ya, kita pulang saja." Tania menarik tangan Nathan pelan untuk mengalihkan pandangan Nathan pada pemandangan yang tidak mengenakan tak jauh dari nya berdiri.

William dan Feli sudah menaiki motor bersiap untuk pulang, William menjalankan mesin motornya melewati Nathan dan Tania.

Tapi sebelum William dan Feli melintas dihadapan Nathan dan Tania Nathan dengan kejam menghempaskan tangan Tania yang menariknya dan mendorongnya hingga Tania jatuh. "Lepas! Apa pedulimu! Tidak usah mengurusi diriku!" Teriak Nathan kepada Tania yang sudah berkaca-kaca dibawahnya.

Saat William dan Feli melintas tepat dihadapan Nathan, Nathan menatap William yang tidak bereaksi sama sekali tetap fokus pada jalanan didepannya, Feli dibelakangnya tersenyum miring kearah Nathan yang sedang memandang William dengan pandangan terluka.

"Bahkan untuk melihat diriku saja dirinya enggan." Batin Nathan tersenyum getir.

Banyak murid yang kebetulan belum pulang menatap dengan penuh tanda tanya saat Nathan berteriak dengan kencang tadi, Nathan tidak peduli apa yang akan mereka katakan besok. Ia hanya ingin pulang dan menenangkan hatinya yang sedang berdenyut sakit saat ini.

Nathan melangkahkan kakinya dengan gontai menuju halte terdekat.
Tania menatap punggung Nathan yang kian menjauh, dirinya menunduk meminta maaf.

Last Wish [boyxboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang