12. Liburan 1

6K 540 30
                                    

"Kenapa? Kamu bukannya udah janji sama dia? Kamu harus ngajak dia sampai dia mau ikut, itu hukuman buat kamu karena udah ngecewain Nathan. Nathan anak yang baik-baik kok tidak mungkin dia berbuat berlebihan. Mama udah kenal dia dari dulu." Ceramah mamanya panjang lebar.

Merasa tidak bisa mengelak lagi, William menganggukan kepalanya dengan terpaksa.

"Sifat apa yang akan kutunjukkan padanya?" Batin William bingung

***

William memencet bel rumah Nathan 2 kali, merasa tidak ada yang ingin membukakan pintu. William kembali memencet bel rumah Nathan.

Didalam sana Nathan dengan enggan melangkahkan kakinya untuk membuka pintu, badannya benar-benar lemas namun dengan paksaannya Nathan berjalan untuk membukakan pintu.

Nathan membuka pintu sedikit untuk melihat siapa kah yang datang bertamu, Nathan terkejut saat melihat William berdiri depan pintu rumah nya dengan mata memandang kearahnya.

Nathan sungguh sangat senang saat melihat William berkunjung ke rumah nya pertama kali semenjak beberapa bulan yang lalu William membenci nya tanpa sebab. Namun ketika ia melihat William rasa kecewanya ikut mendominasi rasa senang nya.

Nathan memandang kearah William yang sedang tersenyum dengan canggung kearah nya cukup lama, lalu dengan cepat ia menutup pintunya tidak berminat untuk berbicara dengan William.

Sebelum menutup pintu nya dengan rapat, William menyadari Nathan tak ingin menerima nya. Dengan cepat ia mendorong pintu didepannya agar tak tertutup rapat dan terkunci.

"Nat! Buka pintunya." William mengerahkan tenaganya untuk menahan pintu didepannya yang terdorong semakin kencang.

Didalam sana Nathan berusaha agar menutup pintunya agar William tak bisa masuk kedalam rumah nya, namun tenaga Nathan kalah jauh dari tenaga William. William mendorong pintu didepannya dengan sekuat tenaga nya, membuat Nathan terantuk ganggang pintu dengan keras dan jatuh tersungkur.

"Nathan! Jangan seperti anak kecil!" William masuk berjalan ke hadapan Nathan dengan murka.

Nathan menatap William dengan nanar saat William membentaknya, tidak dipedulikannya dahinya berdenyut sakit. "Li-Liam jahat! Aku benci Liam!" Teriak Nathan dengan bergetar, lalu berlari menuju kamarnya dan mengunci dirinya didalam.

Hati William mencelos saat Nathan menatap kearah nya dengan mata berkaca-kaca dan meneriakinya dengan nada bergetar. William bisa melihat sendiri Nathan mengepalkan kedua tangannya dengan erat untuk menahan tangisnya agar tidak pecah.

Dengan perasaan menyesal, William melangkahkan kakinya menuju depan kamar Nathan. William mengetuk pintu kamar Nathan dengan pelan.

"Nathan?" William memanggil Nathan dengan pelan.

Nathan masih diam berdiri bersandar pada pintu di depannya, Nathan memejamkan matanya dengan erat saat William memanggil nya.

"Aku tau aku salah, maafin aku ya?" William berucap dengan nada menyesal.

Didalam sana Nathan yang sedari tadi menahan tangisnya pun seketika pecah. Nathan jatuh merosot duduk bersandar pada pintu kamarnya lalu terisak dengan keras.

William mengepalkan tangannya dengan erat saat ia mendengar suara samar isakan dari kamar Nathan. "Aku enggak bakal lama disini." William menarik nafasnya lalu menghembuskannya dengan perlahan.

"Mama suruh aku bujuk kamu buat pergi ke villa, aku harap kamu mau ikut. Maaf udah ganggu kamu." Ucap William, merasa Nathan tidak akan mengucapkan apa-apa lagi William melangkahkan kakinya untuk kembali kerumahnya.

***

William melangkahkan kakinya dengan lesu memasuki rumahnya, sebagian dari hatinya tidak menerima karena Nathan menolaknya untuk yang pertama kali. Namun sebagiannya menerima karena dapat membuat tekad William kuat.

William berjalan menuju kamarnya, melewati ruang keluarga dan mamanya yang menatapnya heran.

"Loh kayaknya lesu banget, kamu berhasil ngebujuk Nathan untuk ikut?" Tanya mamanya dengan penuh harap.

William menatap mamanya dengan lekat lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Dia nolak buat ketemu sama aku."

Mamanya menatap William dengan jengkel. "Kamu pasti lagi bertengkar dengannya kan? Mengalah lah buat Nathan jangan egois."

William menatap mamanya dengan datar. "Egois? Mama bilang aku egois? Justru aku yang selalu mengalah buat dia!" Ucap William dengan nada sakarastik, lalu melangkahkan kaki nya menunju kamar nya tidak mempedulikan mamanya yang terus memanggil namanya.

***

Nathan berjalan keluar rumahnya sambil menggendong tas ransel berukuran sedang diikuti oleh Sanny yang membawa tas beriisi pakaian Nathan didalamnya.

"Semua nya sudah kamu bawa Nathan?" Tanya Sanny dan dijawab anggukan oleh Nathan.

"Hati-hati kalau naik gunung, kalau dingin pakai jaket yang mama udah sediain, tidurnya jangan malam-malam, mama percaya sama kamu?" Ucap Sanny panjang lebar lalu memeluk Nathan erat.

"Pagi Tante! Pagi Nathan! Kamu udah siap Nathan?"

"Udah kak." Ucap Nathan laku mengangguk singkat pada Elka yang baru saja keluar dari rumah nya.

"Ayo Nat! Kita pergi, nanti keburu jalanan nya macet." Ucap mamanya William yang sudah duduk didalam mobil.

Nathan mengangguk singkat lalu memutar badannya untuk mencari Sanny. "Aku pergi dulu ya ma, jaga diri baik-baik ma." Ucap Nathan lalu mencium pipi mamanya.

Sanny mengangguk singkat lalu mencium pipi Nathan dan memeluknya dengan erat.

William melihat interaksi ini dan anaknya didalam mobilnya, ia tahu Nathan pasti ikut karena paksaan mamanya yang kemarin sore main kerumahnya dan memaksa Nathan untuk ikut dengan alasan bahwa bila tidak ada Nathan tidak akan seru.

"Sayang, kamu enggak bilang kalau Nathan juga bakalan ikut?" Tanya Feli yang duduk disebelah kursi kemudi.
William mengendikkan bahunya tanda ia tidak tahu.

Feli menatap Nathan yang sedang berjalan menuju mobil mamanya William dengan tidak suka. William menyeritkan alisnya saat Feli menatap Nathan seperti itu.

"Kenapa? Kamu enggak suka kalau Nathan ikut?"

"A-ah bukan." Ucap Feli gelagapan saat William memergokinya menatap Nathan tidak suka. "Aku cuma takut aja, ya aku cuma takut doang."

William yang melihat Feli gelagapan hanya mengendikkan bahunya, mungkin Feli masih takut pada Nathan karena insiden yang dulu. Pikir William.

Mama William menyuruh Nathan untuk duduk di mobil nya William dengan alasan mobil William masih kosong karena tidak terisi begitu banyak barang. Nathan menundukkan kepalanya saat ia melewati depan mobil William untuk menghindari tatapan tajam dari Feli yang diarahkan kearahnya.

Nathan masuk kedalam mobil William, ia membuka tasnya untuk mencari earphone untuk menghindari tatapan yang William arahkan kepadanya.

William menghela nafasnya dengan berat lalu menjalankan mobilnya untuk segera berangkat.

-Tbc-

A/n : Hai balik lagi sama Kyuu~
Next chap si Nathan bakalan dapat bencana nih.
Penasaran gak?

Please Vote and Comment buat kelanjutannya yaa~

Sankyuu~

Next : T.L.S.O.M

Jakarta, 3 Agustus 2016

Last Wish [boyxboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang