18. Penyesalan

9.2K 698 52
                                    

"Saya dari pihak kepolisian, ibu anda berada di rumah sakit pusat karena kecelakaan. Diharapkan agar segera kemari karena ibu anda sedang kritis."
Seketika telepon rumah digenggaman Nathan terlepas begitu saja, tungkai kakinya bergetar tidak mampu menopang berat badan tubuhnya. Matanya menatap kosong ke arah pintu didepannya. Nathan berdiri dan berjalan menuju depan dengan bantuan meja dan dinding sekelilingnya.

"Mama." Dan setitik air mata jatuh dari kedua matanya yang kosong.

***

William tidur telentang dikasurnya sambil menatap langit langit kamarnya. "Aku mencintaimu. Maafkan aku Liam sampai jumpa." William mengusap wajahnya dengan gusar lalu memegang dadanya yang berdegup dengan kencang.

"Arkhh... bodoh! Sungguh bodoh! Bagaimana aku bisa melewatkan hal sepenting ini." William menarik nafasnya lalu menghembusnya dengan berat. "Besok tidak akan kubiarkan lolos Nathan." Ucap William dengan pelan lalu memejamkan matanya menuju alam mimpinya. Tidak sabar untuk hari esok.

***

Esok harinya pada pukul 10 pagi William memutuskan untuk langsung ke rumah Nathan untuk meminta/menuntut penjelasan. William berkali-kali membunyikan bel dan mengetuk pintu rumah Nathan tapi tidak ada satu jawaban pun dari dalam sana. Seolah-olah rumah itu benar-benar tidak berpenghuni.

William mencoba meraih kenop pintu dan membukanya, pintu terbuka tanda tidak dikunci. William memasuki rumah Nathan, William menyeritkan alisnya bingung saat menemukan telepon rumah tergeletak dibawah.

Menepis semua pemikiran buruk, William berjalan menuju kamar Nathan untuk mengeceknya. Kosong, kamar Nathan benar-benar kosong saat William memasuki kamarnya. Kamar itu seperti tidak ditempati dari semalam.

William menghembuskan nafasnya dengan kecewa saat Nathan benar-benar tidak ada dirumahnya. William melangkah dengan gontai keluar rumah Nathan.

Lain ditempat lain tepatnya di rumah sakit, Nathan menggenggam tangan Sanny yang dingin lalu mengusapnya dengan pelan. Nathan memandang tubuh mamanya dengan sedih. Berbagai kabel dipasangkan si badan mamanya untuk menopang hidupnya sementara sampai mamanya sadar.

Nathan mengerjapkan matanya untuk menghilangkan air matanya, Nathan tidak boleh lemah dihadapan mamanya. Mamanya harus segera sadar dan menemani Nathan seperti biasanya.

Nathan menidurkan kepalanya disisi ranjang Sanny dan akhirnya lelaki itu jatuh tertidur.

***

Elka berlari memasuki rumahnya saat langit diatas sana sudah berwarna orange. Elka berlari membawa kakinya menuju kamar William.

Elka membuka pintu kamar William dengan kencang membuat sang empu yang mempunyai kamar terlonjak kaget terbangun dari tidurnya.

"Wi-will mamanya Nathan sekarang ada dirumah sakit. Kamu harus segera kesana sekarang." Ucap Elka dengan nada bergetar sambil menahan tangisnya.

William yang baru bangun dari tidurnya bertanya. "Ha?"

"Tante Sanny ada dirumah sakit, semalam dia kecelakaan. Nathan sekarang ada dirumah sakit."

Seakan ada petir yang menyambarnya, William bangkit dari posisinya langsung mencari jaket dan kunci motornya untuk segera menuju rumah sakit.

***

Nathan sontak terbangun saat tangan Sanny yang berada digenggamannya bergerak dengan pelan. "Ma! Mama dengar Nathan?" Ucap Nathan dengan nada penuh harapan yang tidak bisa disembuyikan.

Sanny membuka matanya dengan pelan lalu menatap Nathan dengan sayang. Nathan yang melihat Sanny terbangun semakin menggenggam tangan mamanya dengan erat. Seolah-olah tidak akan membiarkan mamanya lepas dari genggamannya.

Last Wish [boyxboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang