Berbanding terbalik Nathan yang sedang duduk dibelakang pintu kamarnya. Nathan meremat baju yang dikenakannya tepat di bagian dadanya dengan kuat. Bukannya ia bermaksud untuk bersikap tak acuh pada Elka, orang yang sudah dianggap kakak perempuan baginya. Tapi percakapan yang dibahas oleh Elka lah yang tak ingin didengar olehnya.
Bila Elka terus membicarakan William, hatinya akan semakin ragu untuk pergi meninggalkan tempat tinggalnya esok hari.
***
Pada pagi harinya keadaan William masih sama seperti kemarin, William keluar dari kamarnya dengan wajah kusut. "Argh! Sial!" William mengacak rambutnya gusar lalu menendang pintu didepannya.
Elka menatap William dengan perihatin dari arah meja makan.
'Ting tong'
Elka bangun dari posisi duduknya saat mendapati bek rumahnya dibunyikan berkali-kali dengan tidak sabaran.
"William!" Seru Tania dari arah luar. Tania berjalan memasuki rumah William dengan terburu-buru diikuti oleh Elka dibelakangnya yang sedang menatap cemas kearah William.
"Terserah kamu mau percaya padaku atau tidak. Aku bakalan ngejelasin semuanya hari ini juga. Aku enggak mau lagi ngeliat ada yang disakiti karena keegoisan Feliciata." Ucap Elka dengan nada serius.
Elka dan William menatap Tania dengan raut wajah tidak mengerti dan penasaran. "Jelasin semua yang kamu ketahui." William berucap sambil menatap Tania dengan sedikit harapan. Harapan agar William dapat kembali dekat dengan Nathan dan memulai semuanya dari awal.
Harapan agar ia tidak dibohongi oleh kesalahpahaman ini.
Tania menarik nafasnya lalu menghembuskannya dengan berat. "Kau tahu selama ini Feli mempunyai riwayat keterbelakangan mental. Maka dari itu mengapa anak itu sangat terobsesi padamu William." Tania menunjuk William sebagai jeda dalam percakapannya.
Elka dan William terkejut saat mendengar penuturan Tania soal keterbelakangan mental Feliciata. William menatap Tania dengan tatapan mengintimidasi. "Tau dari mana Feli mempunyai keterbelakangan mental?" Tanya William sambil menatap tajam kearah Tania.
"Apakah kau pernah berkunjung ke rumah Feli?" Tanya Tania mengabaikan pertanyaan yang William ajukan padanya tadi.
William menerawang mengingat-ingat lalu ia menggelengkan kepalanya pelan. "Feli tidak pernah mengijinkan ku untuk berkunjung kerumahnya."
"Dikamar nya sangat banyak foto mu yang tertempel disekitar dinding kamarnya, oleh karena itu ia tidak pernah mengijinkan mu untuk bermain di rumahnya. Anak itu memang gila." Tania bergumam di akhir kalimat.
"Feli tidak akan segan melukai orang-orang yang kau sayangi Will... dan Nathan adalah korban dari obsesinya padamu karena Nathan sangat menyayangimu." Tania menarik nafasnya lalu menghembuskan nya dengan berat.
"Sudah cukup aku menyimpan kebohongan ini, aku sudah tidak peduli lagi dengan ancaman Feli. Aku sudah lelah melihat Nathan selalu disakiti Feli karena keegoisannya."
Elka dan William kembali terkejut saat mendengar penuturan Tania. Elka menutup mulutnya tidak percaya dengan penuturan yang baru saja dilontarkan Tania tadi.
"Kecurigaanku selama ini ternyata benar. Feli selalu berakting seolah-olah ia disakiti oleh Nathan namun kenyataan sebenarnya Nathan lah yang selalu disakiti Feli, karena itu lah aku sekali mengikuti Nathan untuk mengurangi rasa bersalahku meskipun selalu berakhir menjadi rasa bersalahku yang semakin banyak karena tidak dapat menolong Nathan." Tania bercerita sambil menahan isakannya.
William terdiam kaku ditempatnya, William memejamkan matanya untuk meredakan rasa pusing kepalanya karena baru saja menerima kenyataan yang menohok nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Wish [boyxboy]
RomanceWarn : gay, homo, yaoi Dirinya berubah sejak ia datang, ia mulai menghindariku, menjauhiku, dan akhirnya dia menjadi membenci diriku. Semua ini karena dia yang datang mengubah semuanya. Nathan dan William sudah berteman dekat sejak mereka kecil. Ta...