7. Arti diriku untukmu?

5.9K 529 12
                                    

"Wi-william ta-takut."

"Li-Liam to-tolong."

Nathan terus menggumamkan kalimat-kalimat itu dengan lirih, dan terus menatap sekelilingnya dengan panik.

Harapan terbesar Nathan adalah William bisa langsung menolongnya dan melindunginya.

***

Istirahat pertama sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, tak ada tanda-tanda Nathan kembali ke kelas nya.

William mengedarkan pandangannya keseliling ruang kelas untuk mencari tanda-tanda keberadaan Nathan.

Feli menyadari kejanggalan yang dirasakan oleh William, ia dengan cepat memerintah temannya untuk mengikutinya ke tempat Nathan berada.

"Kita harus cepat sebelum anak itu mengadu kepada William. Kita harus memikirkan cara agar anak itu bungkam." Feli melangkahkan kakinya dengan cepat menuju tempat Nathan berada.

'Cklik'

'Brak'

Pintu itu terbuka dengan kencang, tepat 3 meter dari arah pintu disana Nathan menunduk dengan kedua tangan terikat.

Feli melangkahkan kakinya dengan cepat menuju tempat Nathan berada, dengan cepat ia menepuk pipi Nathan dengan cukup keras.

"Hei! Bangun! Cepat!" Feli semakin gencar menepuk pipi Nathan.

Nathan tak kunjung bangun juga, Feli saat ini sudah benar-benar panik, teman-teman Feli pun juga ikut panik.
Bagaimana tidak? Muka Nathan sekarang ini sudah benar-benar pucat, nafasnya berhembus dengan lemah dan ditambah bibirnya sudah membiru walaupun samar.

"Bagaimana ini!" Feli menjambak rambut nya erat, ia berjalan mondar mandir dengan panik.

"Tenang, kita pikirkan dengan tenang." Salah satu teman memberikan usul.

Feli menarik nafasnya dan menghembusnya dengan pelan.

"Kalian benar-benar sudah keterlaluan! Nathan tidak bersalah apapun. Jangan pernah libatkan dia!" Jerit Tania saat gadis perempuan itu diam-diam mengikuti Feli dan komplotannya.

Tania dengan terburu-buru berjalan menuju kearah Nathan berada.

"Nat bertahan nat!" Tania berusaha membuka tali yang mengikat pergelangan tangan Nathan, tangan Nathan memar karena bekas ikatan tali yang kencang.

Feli sudah benar-benar panik dibelakang, otaknya memutar untuk mencari ancaman agar Tania bungkam. Satu ancaman pun melintas di otaknya, Feli pun menyeringai.

Tania bersiap untuk membawa Nathan menuju UKS tapi langkah nya terhenti saat Feli mencegatnya.

"Jangan pernah kau memberitahu kalau aku yang menyekapnya, kalau kau sampai memberitahunya nyawa ibumu akan terancam!" Ancam Feli dengan berbahaya.

Badan Tania menegang, wajah nya mengeras. Ia terdiam cukup lama, "Jangan main-main kau! Ibuku tidak ada sangkut pautnya dengan hal ini!" Geram Tania.

"Asalkan kau tidak melaporkan kejadian ini, aku tidak pernah main-main dengan ucapan ku!" Ucap Feli dengan penuh perhitungan.

Tania langsung pergi membawa Nathan dirangkulannya.

"Wah kau benar-benar hebat Feli, anak itu sampai tidak berkutik dihadapanm." Puji teman Feli kepadanya.

Dengan wajah angkuh Feli tersenyum sinis. "Janganlah macam-macam padaku atau kau akan dapat ganjarannya."

***

"Itu, itu William. Kau tau seperti nya hubungan Nathan dan William sudah mulai renggang."

"Ya sepertinya sudah seminggu yang lalu, berarti kita mempunyai kesempatan untuk dekat dengan William."

Last Wish [boyxboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang