"Terima kasih, terimakasih Liam. Aku sayang Liam."
"Apa aku masih memiliki kesempatan? Terima kasih, terima kasih Tuhan." Batin Nathan sambil tersenyum bahagia dalam pelukan William.
Feli yang sedari tadi mengintip mereka langsung mengepalkan tangannya dengan erat. "Tidak tidak, tidak akan kubiarkan kau mengambil William dari ku. Cukup ibuku saja."
***
Nathan dan William sedang terduduk dikamar Nathan, Nathan sedang duduk sambil memainkan tangannya sedangkan William sedang duduk menatap Nathan.
Mereka telah di tiba di rumah mereka semenjak kemarin, William memutuskan untuk menemani Nathan karena sekarang ini merupakan liburan sekolah. William memutuskan untuk menemani Nathan sekalian untuk mengurangi rasa bersalah nya.
Nathan dan William sedang duduk terdiam tanpa ada satu percakapan diantara mereka. Ponsel William bergetar dengan pelan tanda ada panggilan masuk.
William menatap layar ponselnya lalu mematikan ponselnya dengan cepat. Nathan yang memperhatikan William sedari tadi memiringkan kepalanya bingung.
Ponselnya bergetar kembali, William meletakkan ponselnya agak jauh darinya. "Teleponnya kenapa tidak diangkat?" Tanya Nathan.
William menganggukkan kepalanya dengan pelan lalu mengangkat panggilannya.
Setelah menutup panggilannya William langsung berdiri dari duduknya. Nathan yang mengetahui William akan pergi hanya dapat kecewa untuk kesekian kalinya.
William yang akan membuka mulutnya terputus saat Nathan memotong pembicaraannya. "Kamu pergi aja, tidak apa-apa kok. Dia pasti butuh kamu kan? Aku sudah tidak apa-apa lagi." Ucap Nathan dengan nada bergetar.
William menatap Nathan dengan pandangan bersalah. "Nanti pas aku pulang kamu mau apa? Aku yang traktir deh." Ucap William memberi tawaran yang sangat amat disukai Nathan.
Nathan menggelengkan kepalanya dengan lemah lalu memberikan insyarat agar segera pergi.
"Nanti aku pulang, aku bawain eskrim kesukaan kamu ok?" Ucap William lalu pergi untuk menuju rumah Feli. Meninggalkan Nathan yang tersenyum dengan terpaksa kearah pintu kamarnya yang tertutup.
***
Hari sudah semakin sore, matahari sudah mulai terbenam semua. William memarkir sembarangan motor nya di depan rumah, ia mengambil kantong plastik putih yang tergantung di motornya lalu berjalan dengan tergesa menuju rumah Nathan.
William memencet bel rumah Nathan beberapa kali dengan tidak sabaran, lama menunggu tapi tak ada tanda-tanda Nathan akan membuka pintu untuknya. William memegang kenop pintu dihadapannya lalu membuka nya dengan pelan.
Pintu terbuka tanda tidak di kunci, William terkejut saat pintu terbuka. Mungkinkah sejak tadi ia pergi Nathan tidak mengunci pintu rumahnya? Atau Tania sudah pulang? Tapi tidak mungkin Tania akan pulang secepat itu, tadi pagi saja wanita itu memohon padanya untuk menemani Nathan.
Pikiran William terus berkecamuk, Bagaimana bisa Nathan membiarkan pintu depan tidak terkunci? Mengabaikan rasa khawatir dan penasarannya, William melangkahkan kakinya menuju kamar Nathan.
William membuka pintu kamar Nathan tanpa mengetuknya terlebih dahulu, William terkejut saat melihat Nathan sedang tertidur dengan bersandaran dengan meja belajarnya. Seingatnya itu adalah posisi yang sama sebelum dia pergi.
Apakah Nathan terus menungguinya? Atau Nathan memang tertidur disana semenjak ia pergi? Tidak mungkin orang akan tertidur dengan posisi tidak nyaman selama 8 jam? Berarti Nathan memang sedang menunggu dirinya, namun kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Wish [boyxboy]
RomanceWarn : gay, homo, yaoi Dirinya berubah sejak ia datang, ia mulai menghindariku, menjauhiku, dan akhirnya dia menjadi membenci diriku. Semua ini karena dia yang datang mengubah semuanya. Nathan dan William sudah berteman dekat sejak mereka kecil. Ta...