6. Tolong Aku

6K 542 33
                                    

Pada malam harinya Nathan duduk termenung didepan jendela kamarnya, pikirannya terus mengingat William menjadi berubah saat ia jadian dengan Feli.

Dia tidak mengenal William sekarang ini, William yang dulu sudah tidak ada lagi.

William sekarang ini berani membentak, menghindari, dan berkata tajam kepadanya. Tidak seperti William dulu yang selalu memperhatikannya, selalu menemaninya walaupun ia keras kepala, dan selalu menghiburnya disaat sedang sedih.

Nathan menggigit bibir bawahnya dengan keras, tidak dipedulikan giginya bisa saja mengoyak bibirnya.

Air mata itu dibiarkan mengalir begitu saja tanpa ada niatan ia menghapusnya.

Nathan memejamkan matanya dengan erat merasakan hatinya seperti ditusuk oleh ribuan jarum berkali-kali.

Ia bangkit dari tempatnya, ia melangkahkan kakinya menuju lemari tak jauh dari nya.

Nathan mengangkat beberapa tumpuk buku, lalu mengambil charter yang tertimpa oleh buku itu.

Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi di kamarnya sambil membawa serta charter  yang diambilnya tadi.

Tak lupa mengunci pintu, ia duduk dibelakang pintu kamar mandi lalu mulai menggores-gores tangannya dengan menggunakan charter yang dibawanya tadi.

Sambil menggigit bibir bawahnya keras ia terus menggores dalam pergelangan tangannya.

"Hiks ja-jangan benci Nathan, Na-nathan minta ma-maaf Liam." Nathan semakin gencar menggoreskan tangannya.

"Arghh benci benci." Teriak Nathan melempar charter  yang ia pegang ke sembarang arah, lalu menjabak rambutnya dengan keras. Tidak dipedulikan darah yang disekitar tangannya dapat mengotori baju yang dipakainya.

"Liam liam liam." Ia terus menggumamkan nama William seolah-olah itu adalah mantra penenang baginya.

***

Pada pagi harinya Nathan keluar dari kamarnya berwajah pucat.

Pergelangan tangannya yang ia goreskan semalam ditutupi dengan jam tangan yang sangat jarang ia gunakan.

Sanny menatap keganjilan pada anaknya, pasalnya Nathan sangat tidak ingin menggunakan jam tangan.  Karena tidak ingin mengambil pusing ia pun mengabaikannya.

"Kamu masih mau pergi sekolah? Mendingan istirahat saja dirumah. Muka kamu masih pucat loh, apa ada yang sakit?" Tanya Sanny pada Nathan.

Nathan menatap kearah Sanny lalu tersenyum lemah. "Enggak mah aku mau sekolah aja. Aku pergi ya." Pamit Nathan melewati Sanny dengan langkah gontai.

"Loh sarapan nya dimakan dulu." Teriak Sanny.

Nathan tidak menjawab lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.

Nathan melirik disampingnya, disana ada William yang sedang menstarter motornya, matanya masih tetap fokus pada motornya.

'Melihat diriku saja dirinya tidak mau, seburuk itu kah diriku.'  Batin Nathan sambil tersenyum miris.

Nathan menatap kearah depan sambil termenung, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya cukup keras.

'Apa itu Liam?' Batin Nathan sambil tersenyum kecil. Dirinya sangat kecewa saat ia menengok orang yang memeluknya tadi, Elka orang yang menyapanya menatap Nathan dengan heran.

'Pasti mereka bertengkar' Batin Elka.

"Kamu kenapa? Ayo berangkat bareng sama kakak aja." Tawar Elka.

Last Wish [boyxboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang