Chapter 14

703 32 0
                                    

Pagi hari yang seperti biasanya kembali menyambut Akane namun kali ini dia mengabaikan alarm wekernya yang terus berbunyi menyuruhnya untuk bangun. Dengan malas dia mematikan alarmnya dan kembali tidur. Moodnya sedang tidak bagus untuk masuk sekolah hari ini karena dia masih menenangkan dirinya dan tidak mau bertemu dengan teman-temannya di sekolah. Akane melanjutkan tidurnya sampai siang hari dan ketika terbangun dia hanya terus berada di atas tempat tidur.

"Kau tidak masuk sekolah?" Tanya Arata hati-hati namun hanya dijawab diam oleh Akane. "Kau... baik-baik sajakan?" Tanyanya lagi dan mendapat jawaban yang sama membuatnya kesal. "Haaa~~ kalau ada orang yang bertanya tuh dijawab." Celetuk Arata sia-sia.

"Segitu shoknya kah? Kau sendiri yang berdandan seperti itu, wajar saja dia melakukan hal itu padamu. Sebaiknya kau menjaga dirimu sendiri agar tidak terjadi hal seperti kemarin. Berhentilah menebar senyuman kalau tidak ingin tersenyum." Ucap Arata berusaha untuk menasihatinya.

"Itu bukan urusanmukan..!" Balas Akane dingin dan membuat cowok itu semakin kesal.

"Kauuu!! Benar-benar deh! Beruntung aku datang dan bisa memukul orang itu! Bukan terima kasih yang kudapat tapi kau malah bilang itu bukan urusanku? Begitukah caramu berterima kasih?" Omel Arata kesal. "Baiklah! Selanjutnya kau menghadapi hal seperti itu aku tidak akan menolongmu. Mungkin memang itu yang kau inginkan ya!"

Akane langsung duduk di atas tempat tidurnya dan menatap Arata dengan tatapan geram namun penuh ketakutan. Dengan kesal Akane kembali memalingkan wajahnya.

"Kau tahu apa tentangku! Berhenti mengatakan hal-hal seolah kau mengaturku. Aku tersenyum dengan siapapun itu urusanku, bukan urusanmu." Ucap Akane geram.

"Yaa itu memang bukan urusanku kok. Aku hanya risih saja melihatmu! Kenapa kau harus tersenyum kalau kau tidak ingin tersenyum? Kalau kau tidak suka sebaiknya tidak usah kau lakukan." Sahut Arata yang kembali menusuk Akane. Dia mengakui apa yang dikatakan oleh Arata itu benar, hanya saja dia tidak mau seseorang seperti Arata menyentuh ataupun mengatakan hal itu padanya.

"Kau tidak mengerti apa-apa." Ucap Akane pelan. "Orang seperti dirimu tidak akan mengerti apapun tentangku. Jadi lebih baik kau diam." Gerutu Akane dengan mata berkaca-kaca dan menantang.

Arata tidak bisa lagi mengatakan apa-apa. Dia memang tidak mengerti apa yang ada dipikiran cewek itu. Terus menerus menipu dirinya sendiri sampai-sampai membuat Arata risih melihatnya.

Lama mereka berdua terdiam, tiba-tiba dari bawah pelayan di rumah itu menyambut seseorang datang. Akane langsung sigap bangun dari tempat tidurnya dan merapihkan rambutnya buru-buru turun ke bawah. Perasaan depresinya tadi hilang ketika melihat orang yang datang adalah kedua orang tuanya.

"Ayah... Ibu? Kalian pulang hari ini." Sapa Akane tersenyum senang.

"Loh! Kau tidak sekolah Akane? Kenapa? Sakit?" Tanya ibunya yang langsung memegang dahi anaknya itu.

"Aah tidak aku tidak apa-apa. Hanya lelah saja." Ucap Akane.

"Benar kau tidak apa-apa? Apa perlu ayah panggilkan dokter?" Tanya ayahnya.

"Tidak apa kok yah... Istirahat sehari saja sudah tidak apa-apa."

"Kau sengaja bolos yaa?" Tanya ibunya penasaran.

"Tidak kok. Aku memang butuh istirahat saja. Oiya, bagaimana pekerjaan kalian? Jam segini sudah pulang." Tanya Akane sedikit mengalihkan pertanyaan yang ternyata malah membuatnya kembali terpuruk.

"Mumpung kau di rumah, bagaimana kalau kau ikut kami? Sebenarnya ayah dan ibu nanti ada pertemuan dengan direktur perusahaan Codomo. Kau mau ikut? Ayah ingin sekali memperkenalkanmu dengan anaknya." Ucap ayahnya yang membuat mood Akane buruk namun Akane hanya bisa tersenyum mendengar ucapan ayahnya itu.

I Only See YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang