Chapter 46

613 45 10
                                    

Keesokan harinya Akane pergi ke sekolah seperti biasa. Kemarin sore dia memutuskan untuk pulang ke rumah setelah Kaito terus menerus membujuknya untuk pulang.

Meninggalkan Kaito di rumah sakit sendirian sedikit membuat Akane tidak tenang. Bagaimanapun juga Arata tahu keberadaan Kaito di rumah sakit dan hal itulah yang dicemaskan Akane dari kemarin. Dia takut kalau Arata akan datang ke rumah sakit dan benar-benar membunuh Kaito. Akane tidak menunjukkan rasa khawatirnya di sekolah karena dia tidak ingin teman-temannya mencemaskannya. Akane berusaha sebisa mungkin untuk bersikap biasa saja sampai pulang sekolah. Akane juga terpaksa menolak ajakan Yuko untuk bermain setelah pulang sekolah dan juga menolak Matsuda yang ingin mengantarnya pulang.

Akane langsung beranjak pergi ke rumah sakit untuk memastikan kekhawatirannya tidak terbukti. Dalam perjalanannya menuju rumah sakit, Akane tidak menyadari kehadiran seseorang yang sudah mencegatnya. Lagi-lagi Akane merasa malas meladeni orang yang mencegatnya itu yang ternyata adalah Arata.

"Mau kemana kau?" Tanya Arata dingin.
"Kau mau ke rumah sakit?" Entah kenapa Akane merasa tidak enak.
Apa Arata sudah menemui Kaito di rumah sakit? Pemikiran tentang keselamatan Kaito sedikit
membuatnya panik.

"Kau... Kau tidak menyentuhnya kan?" Tanya Akane berusaha untuk menyingkirkan pemikiran buruknya itu. "Kenapa kau mencegatku disini?"

"Bagaimana kalau kukatakan aku sudah membunuhnya?" Akane langsung merasa lemas mendengarnya. Tangannya gemetar karena takut mempercayai apa yang dikatakan Arata.

"Kau...."

"Segitu takutnya aku membunuh pacarmu. Sayang sekali aku belum membunuhnya. Kau lega?" Kenyataan kalau Arata mempermainkannya membuat Akane kesal. Arata perlahan mendekati Akane sampai berdiri tepat didekatnya.
"Kusarankan sebaiknya kau tidak pergi menemuinya. Aku masih berbaik hati padamu. Sebaiknya turuti saranku."

"Kenapa? Kenapa aku harus menuruti saranmu itu?" Tantang Akane tidak mengerti kenapa Arata terus menerus mengganggunya. Kenapa dia melarang Akane untuk menemui Kaito.

"Kenapa kau terus-menerus menentangku? Jangan kau pikir aku mengampunimu ya!! Kau dengan seenaknya menyuruhku mati? Aku bicara padamu kali ini karena aku masih mentolerirmu!" Sikap arogan yang selalu di benci oleh Akane kembali muncul.
"Turuti perkataanku! Berhenti menemuinya!"

"Kau tidak berhak melarangku! Kenapa aku harus berhenti menemuinya?" Akane sengaja membantah Arata. Dia juga berusaha berpikir rasional karena terbesit dalam pikirannya kalau Arata cemburu. Jelas hal itu tidak mungkin terjadi.

"Kau! Beraninya melawanku!"

"Aku tidak takut pada ancaman mu! Kalau kau benar-benar ingin melukaiku, silahkan saja. Bukankah aku sudah bilang padamu. Selama kau masih ingin membunuh Kaito, aku yang akan menggantikannya."

Akane menatap Arata tanpa merasa takut ataupun goyah karena menatap matanya. Akane sudah menyiapkan diri dengan semua hal buruk yang menimpa dirinya. Dia sudah tidak peduli dengan sikap kasar Arata padanya.

"Kenapa kau begitu rela mati hanya karena cowok tidak berguna seperti itu?! Kau melakukan hal itupun, dia tetap akan kubunuh."

"Kematianku ataupun Kaito... tidak akan membuat Ichigo hidup kembali. Setelah kau membunuh kami berdua, apa kau benar-benar bisa tenang dan melupakan kematiannya?"

Mendengar ucapan Akane membuat Arata mulai mengendurkan emosinya. Dan tidak lagi mendesak Akane. Dia hanya tertunduk seolah-olah memikirkan sesuatu.

"Aku ingin membunuhnya bukan karena ingin mengembalikan Ichigo!" Gerutu Arata pelan.

Entah kenapa Akane kembali teringat sosok hantu Arata yang terpuruk karena hal yang sama dan hal itu membuatnya mengingat perasaannya pada Arata. Rasanya Akane ingin sekali menyentuh wajah murung Arata bermaksud untuk menghapus kesedihan diwajahnya itu.

I Only See YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang