Chapter 12

717 34 0
                                    

Ohisashiburi desu ne...

Uwaaah 2 minggu lamanya ga ngepost lanjutan ceritanya.. Merasa berdosa hehe..

Langsung aja back to the story daripada nulis rambling kaya begini.. x3
---------------------

Hujan yang kembali turun diawal musim dingin ini membuat udara disekitar menjadi terasa lebih dingin. Akane juga sedikit terselamatkan karena turunnya hujan hari itu membuatnya tidak jadi pergi bersama teman-temannya. Sambil berusaha mengalihkan perhatiannya dari hujan, Akane mulai asik bermain dengan laptopnya.

Jujur saja meskipun Akane senang tidak harus pergi bersama teman-temannya, dia juga tidak suka suasana hujan. Akane terus menjauhi jendela dan menutup telinganya dengan headphone berusaha untuk tidak mendengarkan suara air yang jatuh dengan deras.

Tanpa memerdulikan adanya Arata di rumah itu juga, Akane tetap memasang headphonenya membuat Arata bosan dan berkeliaran kesana kemari. Melihat hal itu, Akane merasa terganggu namun dia hanya bisa diam berusaha mengabaikannya.

Sebersit pemikiran tiba-tiba muncul ketika Akane merasa terganggu dengan kelakuan Arata dan pemikiran itu tertuju kepada Asou adiknya. 'Seandainya dia tidak bisa kembali ketubuhnya, bagaimana perasaan adiknya itu?' Pikir Akane sedikit memikirkan untuk mengambil keputusan apakah dia mau membantu hantu itu. Entah kenapa Akan sedikit merasa bersalah jika dia bersikap cuek dan tidak membantunya.

Terjadi konflik besar dalam diri Akane saat ini. Memang benar kalau kedatangan hantu itu sangat membawa ketidaktenangan untuknya. Namun dengan cepat Akane kembali menepis pikiran untuk membantunya.
'Bukan urusankukan!' Gerutunya dalam hati yang kembali membuatnya teringat dengan Asou yang mengharapkan kakaknya sadar. Akane jadi kesal sendiri memikirkan hal yang membuatnya pusing itu. Belum pernah dia merasa seperti ini!

"Hei!" Panggil Akane berusaha bersikap tenang. Arata langsung menoleh kearah gadis yang memanggilnya itu. "Apa... yang masih mengganjal dalam pikiranmu?" Tanya Akane yang kembali canggung.

"Apa?" Tanya Arata yang dibuat heran oleh pertanyaan Akane itu.
Akane berusaha menarik nafasnya dan mengatur kalimatnya yang terasa sedikit aneh jika diucapkan oleh seorang Akane.

"Iyaa... Kau menjadi arwah seperti ini sedangkan tubuhmu itu masih bernapas. Sedikitpun kau tidak bisa kembali ketubuhmu Apa ada sesuatu yang mengganjal dipikiranmu sampai kau tidak bisa kembali ke tubuhmu?" Ucap Akane yang membuatnya langsung mengutuk dirinya sendiri karena melihat wajah Arata yang keget mendengarnya.

"Kauu. Entah kenapa aku merinding mendengarmu mengatakan hal itu." Ucap Arata masih kaget. " Memangnya kau mau membantuku??"

"Aku hanya bertanya!" Bantah Akane yang wajahnya mulai memerah karena malu. Arata mulai tersenyum melihatnya.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?" Tanya Arata sedikit iseng dan kembali membuat gadis itu salah tingkah.

"Ja.... Jangan salah sangka! Aku memikirkan itu karena adikmu, bukan karena dirimu!" Sangkal Akane yang makin membuat Arata menahan tawanya. "Aku hanya pernah melihat acara tv kalau seseorang yang menjadi arwah itu karena masih ada yang mengganggu pikirannya Aku hanya ber..pikir seperti itu." Lanjut Akane canggung.

"Hmmm... Entahlah Aku tidak berpikir ada yang mengganggu pikiranku." Arata kembali menanggapi sambil memikirkan perkataan Akane. "Aku tidak tahu, tapi aku merasa ada sesuatu yang kulupakan."

Suara petir tiba-tiba membuat Akane tersadar kalau cuaca di luar masih hujan deras. Akane yang sedang mendengarkan ucapan Arata jadi terdiam dan perasaannya kembali tidak enak. Apalagi melihat Arata yang menatap ke arah jendela yang tertutup membuatnya kembali teringat hal buruk 1 tahun lalu. Ditengah hujan seperti ini, Akane bertemu dengan orang ini.

"Hoi! Kau kenapa?" Tanya Arata yang melihat keadaan Akane yang berkeringat dingin. Akane langsung mengalihkan perhatiannya dari Arata dan kembali mengendalikan dirinya.

"Tidak apa-apa." Jawab Akane dingin dan kembali memerhatikan laptopnya dengan tidak fokus. Arata kembali diam karena melihat Akane yang sepertinya tidak ingin membuka topik pembicaraan lagi.

Handphone Akane berbunyi memecahkan kesunyian diantara mereka. Dengan malas Akane melihat nama yang tertera dihandphonenya itu dan mengangkatnya. Yang meneleponnya itu adalah salah satu teman ceweknya. Akane langsung bersikap sewajarnya sebagai seorang teman yang baik. Temannya itu ingin mengajak Akane ikut goukon yang mau tidak mau disetujui oleh Akane. Setelah itu Akane langsung menutup teleponnya dan memasang wajah cemberut.

"Seharusnya kalau kau tidak suka ya tidak usah diterimakan!" Ucap Arata yang merasa risih dengan sikap Akane itu. Akane hanya kembali memasang wajah tidak suka terhadap Arata. "Aku heran kenapa kau terus menerus melakukan hal itu. Pura-pura bersikap baik Apa kau tidak lelah?"

"Apa maksudmu?"

"Yaahh Kau bersikap seolah ingin dekat dengan mereka tapi pada kenyataannya kau tidak suka dengan mereka. Bukankah itu munafik namanya? Kenapa kau harus berteman dengan orang yang tidak kau suka? Kenapa kau harus bersikap baik didepan mereka?" Lanjut Arata yang kembali membuat Akane kesal.

Itu sebabnya Akane risih melihat kelakuan dari hantu itu. Setiap perkataannya selalu membuatnya terpojok. Akane tidak suka ada seseorang yang menyentuh hal yang sensitif bagi dirinya itu. Dia tidak ingin keseimbangan hati yang dia jaga itu terganggu.

"Kau!!" Ucap Akane geram. "Pernahkah kau belajar untuk tidak ikut campur urusan orang?" Lanjutnya sambil tersenyum sinis.

"Aku hanya mengatakan apa yang ada dalam pikiranku. Itu saja. Kenapa kau harus merasa terganggu?" Jawab Arata asal. Akane hanya terus menatap hantu itu dengan kesal.

"Lebih baik kau tidak mengatakan sepatah katapun padaku. Dan Jangan pernah campuri urusanku! Aku melakukan apapun pada mereka itu terserah padaku. Mereka juga bukan teman-temanmukan? Jadi untuk apa kau memperdulikan hal seperti itu!" Omel Akane yang membuat Arata malas meladeni.

"Terserah kau saja! Aku hanya ingin mengatakan itu kok! Akan lebih baik kalau kau bisa bersikap apa adanya, kau tidak perlu tersenyum kalau memang tidak ingin tersenyum." Ucap Arata yang langsung keluar dari kamar Akane.

Akane kembali mengamuk ketika cowok itu keluar kamarnya. 'Dia! Benar-benar hantu yang menyebalkan!' Gerutunya dalam hati. Akane berusaha mengendalikan air matanya yang ingin keluar. 'Tahu apa dia! Hanya asal bicara saja!' Gerutunya kesal. Ingin sekali rasanya dia mengusir hantu itu.

**

(Please vote and comment)

Lanjut next chapter karena uda ga update selama 2 minggu jadi aku langsung bikin 2 chapter..

<3:3<3

I Only See YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang