Epilog

902 56 27
                                    

Angin musim dingin sudah berhembus dengan kencangnya. Di sekitar jalan dan pertokoan, sudah banyak pohon-pohon cemara yang dihias dan siap untuk dijual atau dipamerkan mengingat natal akan tiba. Suara nyanyian paduan suara yang sedang latihan untuk merayakan natal pun sudah terdengar dari dalam gereja.

Akane sangat menyukai suasana seperti ini. Dia bisa mendengar suara nyanyian natal dari luar gereja, membuat dirinya tenang di tengah cuaca yang dingin seperti ini.

Di depan sebuah makam, Akane memanjatkan doa untuk orang yang sudah berada di atas sana. Orang yang dulu pernah merebut segala sesuatu yang berharga bagi Akane, namun orang itu pula yang memberikan kebahagiaan pada Akane. Terpampang foto seorang wanita cantik dengan senyumnya yang cerah dan terlihat tegas.

Batu nisan di atasnya tertulis nama Yoshikawa Ichigo. Akane mendoakan kebahagiaan bagi Ichigo di surga. Dia tidak pernah membenci Ichigo. Yang bisa dia katakan padanya hanyalah ucapan terima kasih karena sudah membawa Arata kesisinya. Dan hal itu merupakan harta berharga Akane yang tidak ternilai dengan apapun.

"Lama sekali berdoanya. Kau tidak kedinginan?" Arata membenarkan syal Akane yang sedikit longgar.

Akane membuka kedua matanya dan memandang wajah Ichigo sekali lagi.

"Kakakmu... Cantik ya... Pantas kau dan Kaito... menyukainya. Mungkin kalau aku laki-laki, aku akan menyukainya." Ucap Akane membayangkan.

"Hah?! Kau hanya tidak mengenalnya. Meskipun dia berwajah seperti itu, dia itu satu-satunya cewek yang sanggup menghancurkan seisi sekolah kalau sedang mengamuk." Ucap Arata mengingat kembali sosok kakak yang pernah dicintainya.

"Haah? Benarkah? Hebat! Pantas kau menyukainya." Goda Akane.

"Hei! Berhenti mengatakan hal itu."

"Hehee... Tapii.. memang benarkan.. Kalau dipikir-pikir membandingkan diriku dengan Ichigo, aku jauh sekali dari tipemu Arata."

"Hmmm... Yaah kalau dipikir-pikir... Kau benar juga." Balas Arata.
"Kau itu jauh dari cewek idamanku. Terlebih lagi, kau itu bawel, hmmm... terlalu susah untuk dijaga. Bikin capek!”

"Heee apa maksudmu?

"Iyakan?! Kau tahu seberapa capeknya aku menahan emosiku pada semua cowok yang berada di dekatmu? Bahkan sekarang aku harus menjagamu dari adikku. Kau tahu apa yang Asou katakan akhir-akhir ini? Dia ingin menikahimu. Bagaimana hal itu tidak membuatku emosi?" Gerutu Arata yang membuat Akane tertawa geli.

"Hahahaaa... Hoo... Jadi aku hanya membuatmu capek. Mungkin aku akan lebih baik menjadi istri Asou saja..." Goda Akane lagi yang membuat Arata menggenggam tangan Akane dengan erat.

"Coba saja kalau berani menerima lamaran konyol Asou itu, aku akan benar-benar menculikmu."

"Kalau begitu kenapa kau tidak menculikku sekarang saja?"

"Kau ini!! Benar-benar deh!! Selalu saja menantang." Ucap Arata sambil mencubit pipi Akane dengan pelan sampai akhirnya Akane bisa melepaskan cubitan itu.

"Sakit!" Gerutu Akane sambil memegangi pipinya. Sambil tersenyum, Arata memegang tangan Akane dan mencium kedua pipinya yang memerah.

"Masih sakit?" Tanya Arata lembut.

"Hmm... masih..." Jawab Akane dengan wajah memerah dan malu-malu. Sambil tertawa Arata mencium bibir Akane dengan lembut.

Akane langsung memeluk Arata yang sangat disayanginya itu. Mereka bermesraan cukup lama sampai mereka sadar kalau mereka masih di depan makam Ichigo. Sambil tertawa, mereka berdua langsung pergi meninggalkan tempat itu.

Mereka berdua berjalan pelan sambil menikmati pemandangan di sekitar mereka. Meskipun cuaca dingin, tapi mereka tetap merasa hangat karena berada di samping satu sama lain.

"Nee... Aku berjanji aku tidak akan meninggalkanmu lagi, aku akan membahagiakanmu. Aku tidak akan membiarkanmu merasa sendiri seperti dulu. Jadi, kumohon kau jangan melihat siapapun lagi selain diriku. Karena aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku tidak akan melepaskanmu lagi Akane. Tidak akan. Karena aku sudah menggenggam tangan ini."
Ucapan Arata itu membuat hati Akane semakin berdebar-debar.

"Aku janji... aku hanya melihatmu saja. Tidak akan melihat siapapun lagi." Ucap Akane sambil tersenyum dan semakin mempererat genggamannya pada tangan Arata seolah dia juga tidak ingin melepaskan tangan itu.

"Aku sepertinya tidak akan pernah bisa lari darimu." Tambah Akane  merasa senang.

Akane menikmati kebersamaan dirinya bersama Arata. Dia juga bersyukur dirinya dipertemukan dengan Arata. Dia bersyukur dia bisa mencintai orang seperti Arata. Dan Akane tidak akan lagi melepaskan kebahagiaan itu. Apapun rintangan yang akan mereka hadapi nanti, Akane tidak akan pernah lagi melepaskan tangan orang yang dicintainya itu.

Baginya, ini merupakan kesempatannya yang kedua untuk mencintai, kesempatannya yang terakhir. Dan dia tidak akan melepas kesempatan itu. Sama halnya seperti Arata yang tidak akan melepaskan Akane. Bagi mereka, kebahagiaan terbesar mereka adalah saat mereka bersama-sama seperti ini. Sebagai sepasang partner dan kekasih yang tidak terpisahkan.

Tamat

Akhirnyaaa ceritanya beneran tamat.. >_<

Terima kasih banyak ya temen-temen wattpad yg udah mau mampir dan baca ceritaku yang mungkin masih banyak kekurangan. X3

Makasih juga buat yang udah vote. Ga nyangka banyak juga yg vote.

Makasih banyak @dewi_tara , @afitry , @soniapardede4 , @nadyatya19 , @denyschi , @oryzativa_putri ,
(Maaf kalau ada yg belum kesebut ya)

Kalau bukan karena kalian yang sering comment ngejar-ngejar ceritanya, mungkin aku bakal lama nyelesainnya.. hhheee
Support kalian berarti banget buat aku yang baru berani posting tulisan di sini..

Tambahan spesial buat bch_90 yang berkat masukannya bikin aku ngerubah plot ceritanya.. ditunggu kritikannya loh.. x3

Setelah liburan ini aku niat posting cerita baru lagi.. semoga responnya juga sebagus yang ini.. :3

Sekali lagi terima kasih banyak ya.. dan selamat libur panjang... x3

((Please vote & Comment))

I Only See YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang