XIV: Davin Sakit

10.7K 826 19
                                    

Zula's POV:

Aku mengetukkan pulpenku di meja kelas dan itu membuat Vira menoleh karena aktivitasku membuat dia jadi mengulang hafalannya berkali-kali. Vira menatapku garang. "Zula ngapain, sih? Berisik, tau!" tukasnya kesal.

Aku nyengir kuda dan memberhentikan aktivitasku. "Vir," panggilku kepada Vira. Vira menatapku. "Mau nanya." Kataku sambil membalikkan posisi badan yang semula menghadap ke meja jadi menghadap ke Vira.

"Apa?" Vira menutup Al-Qur'annya.

Aku bergumam sebentar. "Kamu kalau lagi iseng biasanya ngapain?" tanyaku penasaran. Jujur saja, perkataan Davin soal gue-ngelakuin-ini-karena-iseng bercokol di benakku dari kemarin.

"Kamu serius mau nanya itu?" tanyaku Vira sambil menautkan kedua alisnya.

"Iya. Jawab aja, sih."

"Aku kalau iseng, suka nyoret-nyoret buku tulis di halaman belakang."

Aku mengangguk. "Kalau..." aku terdiam sejenak, "kalau kamu anter jemput orang, nyiapin makanan, dan ngebantuin ngerjain tugas seseorang. Itu artinya kamu lagi iseng, bukan?"

Vira tertawa kecil. "Ya ampun, Zu. Serius kamu nanya itu artinya apa?"

Aku mengangguk. "Anak TK juga tau kalau itu mah artinya perhatian, bentuk sayang kita sama seseorang, itu artinya kita khawatir dan peduli sama orang itu." Kata Vira menjelaskan.

"Jadi bukan iseng?" tanyaku lagi.

Vira menyobek buku tulisnya dan melipatnya menjadi beberapa bagian kemudian dia lakukan berulang kali. "Yang ini baru namanya iseng."

Aku membisu. "Emang kenapa, sih?" tanya Vira bingung. Aku hanya diam dan mengedikkan bahu. Kemudian tatapanku langsung tertuju pada meja Davin yang masih kosong. Tidak lama kemudian, Reza masuk kelas dan beberapa detik setelahnya, bel tanda masuk berdering.

Aku menatap kursi Davin lagi dan masih belum ada laki-laki itu di sana. Kamu kemana, Vin?

***

Bel tanda pulang sekolah berdering. Vira sudah siap dengan tas di punggungnya. "Mau pulang bareng?" tawarnya kepadaku.

Aku berpikir sejenak. "Duluan aja, Vir. Aku... les." Jawabku singkat.

Vira mengernyit. "Ini kan hari Jumat, bukannya kamu les senin sama rabu?"

"Aku... konsul!" Aku segera bangkit dari kursi. "Aku konsul fisika, Vir."

Vira ber-oh-ria dan mengangguk. "Yaudah. Aku duluan, ya!" katanya kemudian pergi keluar kelas.

Setelah Vira keluar, aku segera bangkit dan menghampiri Reza yang baru saja ingin keluar dari kelas. "Reza!" panggilku kepada Reza. Reza memberhentikan langkahnya dan menoleh ke arahku. "Apa?"

"Itu... anu-hmm, Da-anu-hmm... gimana, ya? Itu... anu..."

"Apaan sih? Anu lo anu?"

Aku memijat pelipisku dan menggeram kesal. "Gak jadi deh!" kemudian aku segera keluar dari kelas. Bertanya soal dimana Davin ke Reza bukan keputusan yang tepat. Apalagi dia cowok dengan tingkat keemberan mulut yang sangat tinggi.

Tentang Davin: Jarak [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang