XVII: Kecelakaan

10.9K 757 5
                                    

Davin's POV:

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit. Kursi Zula masih kosong. Dia kemana, ya? Hari ini gue memang gak jemput Zula karena dia bilang setelah pulang sekolah dia mau ke rumah Vira dan mau bawa motor juga. Dia gak bisa ajak Vira bareng sama gue karena Vira memang belum tahu kalau kita berdua jadian.

Gue coba telpon Zula berkali-kali, gak diangkat. Akhirnya gue bangkit dari kursi dan menghampiri Vira yang lagi sibuk menyalin catatan biologi. Gue mengetuk meja tiga kali, "Vir, Zula kok belum dateng? Kenapa?"

Vira mendongakkan kepalanya, menghentikan aktivitas menulisnya dan menggeleng sambil mangangkat bahu, "Nggak tau, Vin. Di telpon juga gak aktif."

Wajah Vira menyiratkan kebingungan. "Bentar," katanya sambil memperhatikan wajah gue, "Akhir-akhir ini kok kamu jadi care banget sama Zula? Aku juga sering liat kamu ngobrol berdua sama dia. Kamu gak ada apa-apa sama Zula, kan?!" Katanya antusias mengintrogasi gue.

"Gue sama Zula itu..." ucapan gue terhenti tatkala ponsel di saku berdering.

Andrew calling...

Andrew? Ngapain?

"Hallo. Anda keluarganya pemilik handphone ini bukan?" Tanya seseorang di seberang sana. Suaranya berat. Jelas ini laki-laki. Tapi... kok handphone Andrew bisa dipegang orang lain?

Dirampok?

"Hmm, saya bukan keluarganya sih. Tapi temen deketnya. Sahabatnya, gitu. Udah kaya keluarga sendiri sih. Ada apa, ya?" Gue jawab gini karena orangtua Andrew lagi keluar kota, mereka berdua orang-orang workholic yang sibuk sama dunia pekerjaan. Jadi... kalau ada apa-apa, biasanya gue berperan jadi keluarganya.

"Oh. Sahabat anda kecelakaan di Jalan Cendrawasih dan kondisinya cukup parah, sekarang sudah dibawa ke rumah sakit pelita bersama satu rekannya."

Apa? Kecelakaan? Sama satu rekan? Siapa? Ah, siapapun itu gak penting! Tapi kenapa? Kok bisa Andrew kecelakaan?!

Wajah gue menegang dan gue segera berlari keluar kelas, melewati guru piket yang terus-terusan manggil dan ngejar-ngejar gue. Setelah menaiki mobil, gue segera menancap gas, menuju rumah sakit.

***

Dengan napas yang masih memburu, gue berlari menuju meja administrasi rumah sakit.

"Mbak, Andrew dimana?!" Tanya gue kepada perawat rumah sakit. Perawat itu segera mengecek data dan berkas-berkas yang ada di mejanya dengan wajah bingung.

"Hmm, And-"

"Korban kecelakaan Jalan Cendrawasih yang baru masuk rumah sakit ini beberapa menit yang lalu!" Kata gue terburu-buru.

Sang perawat mengangguk dua kali. "Oh. Yang laki-laki atau yang perempuan?"

Gue meremas rambut gue kasar, kesal. "Menurut mbak kalo namanya Andrew itu laki-laki atau perempuan? Hah?! Yang laki-laki, mba! Yang perempuan mah bodoamat. Yang laki-laki dimana?!" Cecar gue kepada perawat itu.

"Pasien laki-lakinya sudah dipindahkan dari UGD ke ruangan nomor 19 karena lukanya cukup parah. Kalau yang perem-" sebelum si perawat menuntaskan kalimatnya, gue buru-buru pergi menuju ruang nomor 19.

Tentang Davin: Jarak [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang