Zula's POV:
Namaku Zulaikha Azzahra. Kata Ayah, nama Zulaikha diambil dari kisah Nabi Yusuf. Ya... Dialah Zulaikha, seorang wanita terpandang, istri seorang raja besar mesir kala itu, Al-Aziz. Yang kisahnya diceritakan dalam Al-Qur'an. Dialah Zulaikha, yang karena cintanya kepada Yusuf, Allah menjauhkan Yusuf darinya-dan setelah cintanya beralih kepada Allah semata, Allah mendekatkan Yusuf kepadanya. Dialah Zulaikha, yang mensholehahkan dirinya, sebab mendambakan Yusuf yang sholeh pula. Dialah Zulaikha, yang kini namanya ada dalam namaku.
Sedangkan Azzahra adalah sepotong nama dari anak kesayangan Rasulullah. Ya... Dialah Fatimah Azzahra, wanita sholehah, lembut, pandai, serta bijaksana. Dialah Fatimah Azzahra, yang mampu menjaga cinta dalam diam-dalam doa disepanjang sujud malam. Dialah Fatimah Azzahra, yang mencintai seorang Ali dengan mengunci rapat mulut dan hatinya-agar semata-mata mulutnya tetap berdzikir kepada Allah, serta hatinya lebih mencintai Allah diatas mencintai hamba-Nya. Dialah Fatimah Azzahra, yang kisah cintanya sangat rahasia, bahkan syaitan pun luput dan tidak mengetahui serta mempunyai celah untuk menggoda Fatimah agar menodai kesucian cintanya kepada Ali. Dialah Fatimah Azzahra, yang kini sepotong namanya, ada dalam namaku.
Tiba-tiba saja aku mulai memikirkan nama itu. Zualikha Azzahra. Nama indah yang mempunyai banyak cerita dan juga doa. Tapi terlepas dari keindahan sebuah nama 'Zulaikha Azzahra', aku tidak merasa bahagia atau merasa bangga. Dan sejujurnya... aku malu. Aku malu kepada teman-teman, karena sering kali disebut Ustadzah atau Bu Haji karena namaku yang mereka bilang-terlalu islami. Kepada Ayah dan Bunda-khususnya kepada Ayah, yang menaruh harapan besar kepadaku; agar kelak aku bisa menjadi seperti Zulaikha atau Fatimah Azzahra. Dan aku malu kepada diriku sendiri, karena sampai saat ini pun aku belum siap belajar menjadi anak yang Ayah dambakan, menjadi wanita yang sholehah.
Ditengah lamunan itu, suara Ayah memecah keheningan. "Zu, mikirin apa? Sebentar lagi maghrib. Sehabis pulang dari masjid, Ayah tagih muraja'ah kamu, ya. Udah seminggu kamu gak setoran." Belum sempat aku jawab, Ayah sudah melangkah pergi, bersiap-siap menuju ke masjid.
***
Suasana rumah sepi seperti biasa. Bunda sedang menyiapkan makan malam, dan aku sudah duduk di ruang kecil yang terdapat di rumah, yang di dalamnya ada tumpukan mukena, beberapa buku, dan Al-Qur'an. Keluargaku menyebutnya-ruang sholat. Setelah selesai sholat maghrib, aku memainkan ponsel. Sekedar memainkan sosial media dan game yang sudah diinstal. Selang beberapa menit, Ayah datang dan memasuki ruangan.
"Kok kamu malah mainin HP? Ayo kita mulai sekarang." Kata Ayah sambil duduk di hadapanku. Ditengah-tengah kami ada meja kecil yang diatasnya ada Al-Qur'an.
"Surat apa?" Tanya Ayah kepadaku.
"Al-Mursalat dari ayat dua puluh." Jawabku singkat. Ya.. sejak aku mulai bisa membaca Al-Qur'an, Ayah mewajibkan aku untuk menghafalnya. Dan atas usaha Ayah dan lisannya yang tak pernah berhenti mengingatkanku untuk menghafal, aku sudah mampu menghafal beberapa surat pilihan seperti Yasin, Al-Waqiah, Ar-Rahman-dan beberapa juz seperti juz 1, juz 2, juz 3, juz 30, dan sekarang memasuki surat terakhir di juz 29; surat Al-Mursalat.
"Kok, masih disitu-situ aja?" Tanya Ayah sambil terus menatapku.
"Banyak PR, banyak tugas, dan aku banyak kegiatan. Kan, kerjaan aku bukan cuma harus hafalin Al-Qur'an aja, Yah. Aku juga harus hafalin materi, apalagi sekarang pekan ulangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Davin: Jarak [Completed]
Espiritual[BUKU PERTAMA DWILOGI TENTANG DAVIN] Karena sejatinya, akan ada masanya di mana setiap kisah cinta akan menemukan jarak dalam perjalanannya. Catatan: Ditulis ketika belum paham EBI dan teori kepenulisan. Banyak saltik dan ejaan yang belum benar.