Davin's POV:
Di depan gue ada Zula yang tengah sibuk memakan indomie barbecue with double ham. Matanya yang berbentuk childish eyes bikin gue senyum-senyum sendiri. Zula punya mata yang bikin gemas siapapun yang liat. Dia tidak terlihat seperti anak kelas satu SMA. Dia kayak anak kelas enam SD yang minta dimanja dan dijaga. Ditambah alisnya yang tebal dan hidungnya yang mancung bikin Zula... gak bosen dilihat. Kalau cantik, relatif kan? Bibir tipisnya yang mungil menghisap habis mie yang ada di mangkuk. Gue tertawa kecil.
Mendengar gue tertawa, Zula mendongakkan wajahnya dan menatap tepat di manik mata gue. "Kenapa ketawa?" Tanyanya sambil melahap sisa mie yang masih menggantung sebagian.
Gue mengaduk lemon tea sambil melayangkan pandangan kearah gelas, "Enggak. Lucu aja liat kamu makan mie gitu. Heboh banget." Tutur gue pelan.
Kemudian Zula ikut menyesap ice tea yang ada di hadapannya. "Abisnya kalo di rumah gak pernah dibolehin makan ini." Katanya sambil kembali memakan mie dengan tergesa-gesa, menyisakan kuah mie yang tersebar di sekitar mulutnya.
Melihat itu, spontan gue tertawa lagi sambil mengambil tissue yang ada di tengah meja kemudian mengamati wajah Zula sebentar, setelahnya gue melayangkan tangan gue untuk membersihkan kuah mie yang tercecer disekitaran mulut Zula.
Zula yang mendapat perlakuan seperti itu, melebarkan pandangannya dan membuat childish eyesnya semakin membulat. Rona-rona kemerahan muncul dari balik pipinya. Gue tersenyum kecil sebelum Zula sempat membuka mulut. "Tangan aku gak akan kena pipi kamu, kok. Diam dulu sepuluh detik aja."
Kemudian gue membersihkan kuah mie di sekitaran mulut Zula tanpa menatap matanya. "Udah selesai." Tukas gue pelan dan kembali menarik tangan.
Zula masih mematung dan wajahnya masih memerah, "Hei." Ujar gue sambil melambaikan tangan ke depan wajah Zula.
"Eh, iya." Katanya pelan kemudian menundukkan arah pandangannya ke mangkuk mie dan menyesap sisa ice tea hingga habis.
"Kamu kenapa suka tiba-tiba salting gitu, sih?""Salting apaan, sih?! Enggak tuh biasa aja."
"Lah itu muka kamu merah gitu." Kata gue singkat sambil memperhatikan wajah Zula. Dia langsung menutup muka dengan kedua telapak tangannya. "Tuh. Itu kamu salting sampe tutup muka segala."
Zula melepaskan kedua telapak tangannya dan menatap tajam kearah mata gue. "Iya! Aku salting. Abis kamu sih, Vin. Suka tiba-tiba gitu."
"Gitu gimana?" Tanya gue sambil menopang dagu dengan kedua tangan dan mendekatkan jarak pandang ke wajah Zula.
"Ya kaya gini, nih. Bikin orang bingung harus ngapain."
"Yaudah gak usah ngapa-ngapain. Liatin aku aja, nih." Kata gue sambil tersenyum tipis dan mengedipkan sebelah mata.
"Ah, Davin!" Tukas Zula kesal. Dia membenamkan wajahnya ke meja. Namum sebelum itu, gue sempat melihat seutas senyum di wajahnya.
"Zu..." Panggil gue pelan. Sontak, Zula mengangkat wajahnya. "Ya?"
"Makasih, ya."
Zula mengerutkan keningnya. "Untuk?"
"Traktiran mienya." Jawab gue pelan. Karena hari ini Zula yang traktir makan mie di cafe. Kata dia sih, gantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Davin: Jarak [Completed]
Spiritual[BUKU PERTAMA DWILOGI TENTANG DAVIN] Karena sejatinya, akan ada masanya di mana setiap kisah cinta akan menemukan jarak dalam perjalanannya. Catatan: Ditulis ketika belum paham EBI dan teori kepenulisan. Banyak saltik dan ejaan yang belum benar.