"Ah sial, bentar lagi ujan nih kayaknya tapi parkiran masih jauh" umpat Deva saat ia melihat langit yang semakin gelap. Dengan tergesa-gesa ia berjalan. Deva melirik orang-orang yang tak jauh berbeda dengan yang ia lakukan.
Sesekali ia melirik jam yang bertengger di pergelangan tangannya, yang membuat ia memalingkah penglihatannya dari depan.
Bug!
"Aww" Deva meringis ketika bahunya beradu kencang dengan bahu seseorang. Ia mengangkat kepalanya agar bisa melihat wajah pemilik bahu tersebut.
"Maaf saya buru-buru permisi" ucapnya sopan sambil tersenyum dan langsung pergi meninggalkan seseorang yang ia tabrak tadi.
Sepeninggalan Deva tadi, Dafa melihatnya dengan tatapan tak percaya dengan apa yang ia lihat barusan. Apa benar itu Deva? Sahabat masa kecilnya?
Tak mau terlalu lama terlarut dengan pikirannya ia langsung mengejar Deva, namun sayang ia kehilangan jejaknya. "Shit!" Umpat Dafa.
Dan langsung kembali ke arah yang sebelumnya mau ia datangi, parkiran mobil.
Sesampainya di parkiran, Dafa langsung memasukan kunci kedalam lubang kunci dan mulai menancapkan gas.
Sepertinya dewi fortuna sedang tidak berpihak kepada Deva. Kenapa? Karna sekarang ia sudah basah kuyup karna kehujanan, dan mau tak mau ia harus berteduh dulu.
"Ah sial banget aku hari ini" dengusnya kesal sambil memeluk dirinya sendiri yang mengigil karena kedinginan.
Dafa melajukkan mobil dengan kecepatan rendah, ia melihat di sepanjanh jalan banyak orang-orang yang sedang berteduh. Dan penglihatannya jatuh kepada sesosok perempuan yang wajah dan penampilannya tak asing di matanya.
"Itukan cewek yang tadi, bener dia Deva. Sahabat masa kecilku" ucap Dafa sambil terus memperhatikkan Deva.
Ia melihat baju Deva yang basah kuyup. Sebentar, Dafa menyipitkan matanya untuk menjelaskan penglihatannya ke baju seragam yang Deva kenakan.
" Itukan baju seragam di sekolah baruku nanti, berarti aku dan Deva satu sekolah dong? Makasih ya Allah kau pertemukan lagi aku dengan Deva" ucapnya sambil mengusap mukanya dengan kedua tangan.
Deva tersenyum saat ia melihat hujan yang berangsur mereda. "Ah akhirnya reda juga kan kalo gini bisa balik" ucapnya sambil berjalan ke arah motornya.
Sesampainya di rumah Dafa, senyumnya tak surut-surut dan membuat kedua orang tuanya keheranan. "Daf kamu kenapa? Senyum-senyum sendiri mulu? Kesambet ya?" Tanya Fira -Mama Dafa-
"Ah apa sih Mama engga kok" Fira menatap anaknya dengan wajah senang. Ia dan keluarganya baru saja sampai di Ibu kota sekitar 3 hari yang lalu. Kapindahannya ini atas permintaan Dafa yang beralasan ia ingin mencari cinta pertamanya -Deva- dan sang kedua orangtua pun menyetujuinya.
Berbeda dengan Deva, ia kembali ke rumanya tubuh basah kuyup tak terkecuali tasnya. "Assalamualikum, Deva pulang" ucap Deva saat mendorong pintu utama rumahnya yang berwarna putih. "Wa'alaikumsallam loh kok Kak basah kuyup?" Tanya Aline -Bunda Deva-
"Iya Bun tadi kaka mampir dulu ke toko buku buat nyari novel, eh kelamaan jadi keujanan deh pulangnya" Jawabnya. "Yaudah sana masuk kamar ganti baju" langsung di anggukki oleh Deva dan bergegas kekamarnya.
Selesai mandi Deva langsung merebahkan tubuh lelahnya ke atas kasur. Tiba-tiba ia kepikira dengan kajian tadi di jalan dekat toko buku. iya, cowok yang menabrak tubuh Deva sekarang memenuhi otak dan pikiran Deva. "ih kok aku jadi kepikiran muka dia sih?" iya menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghalau semua pikiran tentang cowok tadi.
"tapi kok kayak pernah liat ya, tapi dimana?" Sialnya, bukannya hilang otaknya semakin keras untuk mengingat tentang cowok tadi. Hingga membuat kepalanya berdenyut. "ah kenapa lagi nih kepala kok tiba-tiba sakit" Ucapnya sambil memijit pelipisnya.
Semantara itu, Dafa di rumahnya masih saja senyum-senyum. Yang membuat kedua orang tuanya keheranan dengan skap anaknya sepulang dari toko alat tulis. "Daf kamu kenapi sih dari tadi senyum-senyum terus, wah pasti ada apa-apa nih pas tadi dijalan" ledek sang Mama. "Jangan-jangan dia lagi jatuh cinta kali ya Ma, salut deh sama anak Papa yang satu ini baru juga 3 hari di indonesia udah kepincut sama cewek. siapa sih Daf? kasih tau Papa Mama dong" saut Byan -Papa Dafa-
"ah apa deh Papa sama Mama tuh ga boleh kepo-kepo gitu ga baik, udah ah Dafa mau ke kamar. Besokkan hari pertama Dafa sekolah. Selamat malam Mama dan Papaku tersayang." ucapnya dan bergegas meninggalkan ruang makan.
Sesampainya di kamar ia langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur. "Dev, akhirnya aku ketemu kamu lagi. aku kangen sama kamu Dev kangen banget. Maafin aku yang tiba-tiba pergi tanpa kabar" gumamnya sambil menatap langit-langit kamarnya.
--------------------------------------------------
a/n:
maaf pas chapternya udah banyak tiba-tiba aku ganti prolognya, soalnya aku rasa prolog yang sebelumnya terlalu monoton. makasih ya yanng udah mau baca cerita aku. buat chapter selnajutnya kayaknya bakalan lama aku updatenya solanya aku revisi dulu dan bentar lagi aku uas.
jangan lupa di vomments ya!
thank you.
21/5/16 - 6.50
YOU ARE READING
Someone In My Past
Teen FictionSeseorang yang pernah menjadi salah satu orang terpenting di masa lalu dan kemudian hilang begitu saja tanpa kabar. Dan seseorang itu kemudian hadir lagi dan membuat pengaruh besar pada kesaharianku. Terimakasih telah kembali. Mohon jangan pergi lag...