(Author Pov)
Dengan gaya bridal style Dafa menggendong Deva dari kelas hingga gerbang sekolah. Sepertinya keberuntungan lagi berpihak kepada mereka. Karena tak lama Dafa sampai di depan gerbang, disana sudah ada taksi yang sedang mencari penumpang. Tanpa pikir panjang Dafa dan Amel langsung menghampiri taksi tersebut.
"Pak tolong anterin temen saya ya Pak, nanti dikasih tau kok alamatnya dimana, ayo Mel buruan masuk." Ucap Dafa sambil membawa Deva masuk ke dalam taksi.
"Eh iya iya" Jawab Amel sambil masuk ke dalam taksi dengan tas Deva yang ada ditangannya.
"Pak sebentar ya saya mau ngambil motor dulu, Bapak tunggu disini" Ucap Dafa kepada supir taks.
"Oke Mas" Jawab supir taksi.
Setelah mendapatkan persetujuan dari sang supir taksi, tanpa pikir panjang Dafa langsung berlari ke arah parkiran sekolah.Tak butuh waktu lama bagi Dafa untuk mengeluarkan motornya, karena saat ini hanya motornya saja yang masih terparkir di parkiran sekolah.
Amel yang sedari tadi terus menengok kebelakang, akhirnya meliat Dafa yang sudah ada dibelakang taksi yang ia naiki. Tanpa pikir panjang ia langsung memberitahukan sang supir taksi untuk segera jalan.
"Pak jalan Pak, temen saya udah ada di belakang" Ucap Amel kepada supir taksi sambil terus mengelus puncak kepala Deva yang ia taruh diatas pahanya.
Tak lama kemudian, taksi berwarna biru ini sudah sampai di depan rumah yang sederhana tetapi tak meninggalkan kesan elegantnya. Ya disini lah Dafa dan Amel, sudah berada di depan rumah Deva. Tanpa mikir panjang Dafa langsung memarkirkan motornya asal dan langsung berlari taksi.
"Berapa argonya pak?" tanya Dafa.
"80 ribu Mas" Jawab supir taksi.
"Nih Pak, ambil aja kembaliannya" Ucap Dafa sambil memberikan uang seratus ribuan.
"Makasih ya Mas" jawab Pak supir yang dijawab anggukan oleh Dafa.
Setelah membayar argo taksinya, Dafa langsung membuka pintu belakang taksi dan segera menggendong Deva ala bridal style. Amel pun segera turun dari taksi setelah Dafa menggendong Deva. Namun Amel bingung kenapa Dafa sebegitu khawatir dengan keadaan Deva, padahal baru kemarin ia masuk kesekolah mereka.
" kok Dafa khawatir banget ya sama Deva, Padahalkan baru juga kemarin masuk kelas" gummamnya dalam hati. Tak mau berlarut dalam pikirannya sendiri ia langsung menyusul Dafa yang sudah menunggu di depan pagar rumah Deva.
" Mel buruan bukain ini pagernya, gua gabisa kan gua gendong Deva." Ujar Dafa setengah berteriak.
"Ehh iya-iya" Jawab Amel kikuk.
Setelah pagar terbuka Dafa langsung bergegas memasuki pekarangan rumah Deva, baru saja setengan perjalanan Dafa langsung ingat ada dimana ia sekarang ini. Saat itu juga Dafa terdiam ditempatnya berdiri.
" Apa gue udah siap buat ketemu nyokapnya Deva lagi? setelah sekian lama gue pergi tanpa kabar?" gummamnya dalam hati.
Dafa terdiam dan melihat sekelilingnya, lain halnya dengan Amel ia masih terus memikirkan hal yang membuat pikirannya terganggu. Sampai ia tak sadar kalau ada Dafa yang tengah terdiam didepannya, dan akhirnya ia menabrak punggung kokoh Dafa.
"Aduh Daf kalo mau berhenti tuh bilang-bilang dong! gue jadi nambrakkan, aduh sakit bet lagi ini jidat gue" Dengus Amel kesal sambil mengusap-usap jidatnya.
Namun Dafa tetap diam tak bergeming, ia melihat sekelilingnya ternyata tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama seperti dulu saat ia meninggalkan kota Bandung. Semua memori saat ia kecil, mulai berputar didalam otaknya tanpa bisa ia cegah. Sampai ada tangan yang menepuk bahunya, yang membuat ia sadar dari lamunanya.
" Daf? lu kenapa si? buruan bawa Deva ke dalem kasian nanti dia kedinginan liat tuh langitnya udah mendung kayaknya bentar lagi bakalan ujan dah" Ucap Amel sambil menunjuk langit yang gelap.
"Ah?oh iya sorry sorry" Jawab Dafa kikuk.
"Yaudah ayo buruan jangan diem aja keless" Ujar Amel geram yang sekarang sudah jauh di depan Dafa.
Dafa tak menjawab, ia langsung saja melanjutkan perjalanannya yang tertunda. Ya benar saja, tak lama kemudian hujan turun dengan derasnya. Untung saja saat ini Dafa, Deva, dan Amel sudah ada di depan pintu rumah Deva.
Amel langsung memencet bel rumah Deva. Tak lama kemudian seorang wanita separuh baya yang mengenakan hijab berwarna biru dongker membukakan pintu buat mereka.
"Siapa?" Ucap wanita itu yang tidak lain adalah Bundanya Deva.
" Amel tante" jawab Amel dengan sopan.
"Eh Amel kena... Astagfirullah ini Deva kenapa Mel? kok bisa pingsan kayak gini? ayo ayo buruan bawa kekamarnya, Tante mau telfon dokter dulu" Ucap Bunda Deva dengan khawatir.
Setelah mendaptkan perintah dari Ibunya Bundanya Deva, Dafa langsung bergegas kekamar Deva. Seperti sudah hafal dengan seluk beluk rumah Deva, Dafa tanpa bertanya lagi ia sudah dapat mengetahui dimana kamar Deva. Kamar dengan pintu berwarna navy yang berada di kanan tangga.
Sedangkan Amel, ia mendudukan tubuhnya di kursi ruang tamu rumah Dave. ia berkesimpulan nanti aja lah nyamperin Deva kalo dokternya udah meriksa.
Sesampainya di depan kamar Deva ia langsung masuk kedalam kamar Deva yang bernuansa dan membaringkan Deva dengan lembut diatas kasur yang beralaskan kain berwarna biru lau. Tak lama kemudian, Bunda Deva datang denga dokter yang sudah ditelfon sebelumnya.
" Sebentar ya saya periksa dulu, Ibu sama Masnya boleh tolong keluar dulu?" Ucap sang dokter yang bernama Yuli.
Dengan setengah hati, akhirnya Dafa dan Aline meninggalkan dokter dan Dave yang belum sadarkan diri.
Saat menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan Deva, Aline Bunda Deva merasa tak asing dengan lelaki yang menggendong anaknya tadi. Tanpa mikir panjang ia langsung menyapa lelaki itu.
"Hmm, kok Tante ga asing ya sama kamu? kamu kayak pernah tante liat tapi dimana ya" ucap Aline sambil mengetuk-ngetukan jarinya di dagu.
"Tante, sebenernya saya ini..."
bersambung.....
><><><><><><><><><><><><><><
HEHEHE. KEPO YAA???? MAKANYAA TERUS BACA CERITA AKU INI YAHHH!!!
(oh iya"Twee" itu artinya 2 dalam bahasa belanda.)
terimakasih buat kalian yang udah mau ngeluangin waktunya buat ngebaca cerita ku yang super duper dramatis ini... jangan lupa votenya yahhhh!!!
kaloo kalian punya saran dan kritik jangan segan segan comment aja yaa!!!
baybayyy!!
YOU ARE READING
Someone In My Past
Teen FictionSeseorang yang pernah menjadi salah satu orang terpenting di masa lalu dan kemudian hilang begitu saja tanpa kabar. Dan seseorang itu kemudian hadir lagi dan membuat pengaruh besar pada kesaharianku. Terimakasih telah kembali. Mohon jangan pergi lag...