(Author pov)
Sudah sekitar 2 hari Deva di rawat di rumah sakit. Dan selama 2 hari itu juga Dafa menemaninya di rumah sakit. Dokter bilang besok ia sudah boleh pulang, karena keadaannya yang semakin membaik dan luka-lukanya juga sudah kering.
"Dev, lu kasih tau kan ke Amel kalo lu di rawat?" Sekarang Dafa sedang menemani Deva di rumah sakit. Dafa mengupas kulit jeruk yang di bawanya untuk Deva.
"oh iya gua lupa sama si alay satu itu, sebentar" Deva menepuk pelan keningnya lalu mengambil ponselnya yang ada di nakas. Dafa hanya bisa terkekeh saat melihat Deva.
Deva menghubungi nomor Amel. Terdengar nada sambung disana, dan saat nada sambung yang ketiga berbunyi saat itu juga Amel mengangkat telfonnya.
"hallo"
"Ya Allah Dep lu kemana aja kagak ada kabar kek kenangan masa lalu eh. wkwkwk"
"wkwkwk dasar alaay, eh Mel mau tau ga"
"mau tau apaan? oh gua tau pasti lu udah jadian sama Dafa ya? atau lu mau bilang ke gua kalo ada cowok yang mau kenalan sama gua? omegatt adek siap bang"
"astagfirullah punya temen gini amat ya Alla, ngenesnya kelewatan. sumpah tebakan lu salah semua"
"yah terus apaan dong? padahal gua udah seneng tadi. ck ah"
"Mel, ke rumah sakit deh gua dirawat "
"APAH? SERIUS? JANGAN BECANDA ADEEVA JANGAN BIKIN TEMEN LU JANTUNGAN"
Deva menjauhkan sedikit ponsel dari telinganya karena teriakan Amel. "ga usah teriak Mel, sakit kuping gua. iya serius gue dirawat kesini dong kangen nihh"
"OK GUA OTW SEKARANG CEPETAN SMSIN ALAMATNYA! GA PAKE LAMA"
"iya sayang yaudah ya gua tutup mwuahh"
"yoo dahh"
"hahahaha punya temen dah kalo udah panik kayak orang kebakran jenggot" Deva tertawa sambil mengirimkan alamat rumah sakit tempatnya dirawat.
"terus terus kata dia apa" Dafa berjalan mendekati Deva dengan buah jeruk yang sudah di kupas di tangannya.
"dia panik terus suruh gue ngirimin alamat rumah sakit ini dan dia langsung otw tau ga sii hahaha" Deva memegangi perutnya yang sakit karena tertawa.
"hahaha yaudah nih makan jeruknya" Dafa duduk di bangku sebelah brangkar dan memberikan jeruk yang tadi ia kupas.
"makasih ya" Deva mengambil jeruk yang di berikan Dafa dan langsung ia lahap. "uhh manis asem gitu enak seger"
"cobain bisa dong" Dafa menaik turunkan alisnya.
"ga boleh ambil aja sendiri tuh di meja, yang it's mine" Deva menggeleng-gelengkan kepalanya tanda ia tak setuju dan menujuk kearah meja dengan telunjuknya.
"huh dasar pelit" Dafa membuang muka sambil mendengus, ia berpura-pura marah.
"biarin wlee" Deva memeletkan lidahnya.
Dafa menatap kembali wajah Deva sambil tersenyum lalu tanganya ia ulurkan untuk bisa mencubit pipi Deva. "ihhh gemes, jelek muka lu kalo kayak gitu hahah"
"ah sebel ah" Deva memanyunkan bibirnya.
"uhh ngambek, om beliin eskrim deh" rujuk Dafa. Dafa melihat wajah Deva berbinar saat mendengar kata "eskrim" lalu ia meralatnya dengan cepat.
"eh lupa ga boleh makan eskrim lagi sakit!" tukas Dafa cepat. Terlihat raut kekecewaan dari wajah Deva.
"yah kok gitu sih Daf, ah ga asiik ah" Deva melipat tangannya di depan dada dan membuang mukanya.
YOU ARE READING
Someone In My Past
Teen FictionSeseorang yang pernah menjadi salah satu orang terpenting di masa lalu dan kemudian hilang begitu saja tanpa kabar. Dan seseorang itu kemudian hadir lagi dan membuat pengaruh besar pada kesaharianku. Terimakasih telah kembali. Mohon jangan pergi lag...