Sepulang sekolah, Deva terus saja kepikiran tentang ingatannya tadi, Namun ia bisa apa, ia tak tahu harus berbuat apa. Jadinya ia memendam sendiri, hingga membuatnya sering terlihat melamun.
"Dev lu ngapa dah dari tadi gue liatin sering bet bengong" ucap Amel sambil menyenggol lengan Deva.
"hah? wakaka engga apa-apa. eh beli es krim yuk lagi bm nihh:(" jawab Deva mencairkan suasana.
"wih ayo banget gua mah" Ucap Amel semangat.
"eh tapi bentar Dafa mana ya? tadi katanya mau ke toilet dulu tapi kok ga balik-balik ya Mel" ucap Deva bingung, karena saat ini Amel dan Deva tengah menunggu Dafa di taman sekolah.
"telpon apa telpon jan kek orang susah, apa perlu gua pinjemin hape gua? apa sekalian gua beliin pulsa?" ucap Amel.
"iya bang banyak pulsa" jawab Deva, yang kemudian hanya di jawab dengan cengegesan Amel tak berdosa.
Deva langsung menghubungi nomor Dafa.
"iya halo Dev kenapa?"
"lu dimana Daf? gue sama Amel mau ke kedai es krim deket sini nih, lagi pengen bet eskrim. hehe"
"oh iya bentar lagi gue kesana tunggu yaa"
"okee"
Setelah sambungan telfon terputus, Deva langsung menaruh ponselnya di dalam tas.
"gimana kata Dafa?" Tanya Amel penasaran.
"iya bentar lagi dia kesini" jawab Deva.
Tiba-tiba terdengar suara, dering telfon yang berasala dari ponsel Deva. "eh bentar ada yang nelfon" ucapnya seraya mengambil ponselnya di dalam tas.
"iya halo"
"halo Dev, gue nanti nyusul kesana aja deh, lu sama Amel kan? kalian duluan aja"
"oh yaudah okok"
Baru saja sambungan telfon terputus, Amel langsung menyerang Deva dengan pertanyaan-pertanyaannya. "siapa? kenapa"
"Dafa, kata dia kita duluan aja nanti dia nyusul.yaudah yuk ah"
"oh gituuuuuu okedah. AYO GAIZZ" ucapnya Amel sambil mengayunkan tangannya layaknya orang yang ingin berenang gaya bebas (hehe).
"apaan si lu Mel, makin hari makin parah penyakitnya haha" ucap Deva yang di lanjutkan dengan tertawaan.
"yeuh sebel." dengus Amel sebal.
Baru saja mereka sampai di depan gerbang sekolah, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. "yah Dev ujan, ayo neduh" ucap Amel sambil berlari mencari tempat meneduh yang ada di sebrang jalan.
"eh Mel tunggu.." teriak Deva dan tiba-tiba Amel berteriak "DEVA AWASS"
*bruggg*
Dengan cepat mobil itu menabrak tubuh Deva. Tubuh Deva tumbang tak berdaya, darah segar mengalir dari pelipis dan lengannya. Amel langsung berlari ke arah tubuh Deva yang tergeletak di atas aspal.
Amel memeluk tubuh Deva yang kini bajunya sudah basah dan banyak bercak darah disana. Ia tak peduli kalau nanti bajunya juga akan kotor terkena noda darah. Yang terpenting saat ini adalah keadaan Deva.
"Dev bangun Dev" Dengan air matanya terus mengalir di pipinya, Amel terus memanggil-manggil nama Deva yang diikuti tepukan di pipinya.
"Daf lu dimana, Deva butuh lu" Batin Amel.
Sementara itu, Dafa. "aduh ujan, deva sama Amel udah sampai ke tempatnya apa belum ya. kok perasaan gue ga enak ya"
Dafa terus saja berjalan keparkiran, masuk kedalam mobil dan langsung melajukan mobilnya keluar dari pekarangan sekolah sambil terus memikirkan Deva dan perasaan tidak enaknya. Namun, baru saja ia sampai di depan sekolah. Ia melihat ada orang-orang yang sedang bergerombol mengerumuni sesuatu di tengah jalan.
YOU ARE READING
Someone In My Past
Teen FictionSeseorang yang pernah menjadi salah satu orang terpenting di masa lalu dan kemudian hilang begitu saja tanpa kabar. Dan seseorang itu kemudian hadir lagi dan membuat pengaruh besar pada kesaharianku. Terimakasih telah kembali. Mohon jangan pergi lag...