Quatre.

73 7 0
                                    

(Dafa Pov)

"Tante, sebenernya saya ini..." ucapku sambil menggaruk tengkukku yang tak gatal.

Belum aku menyelesaikan ucapanku tiba-tiba suara pintu terbuka yang membuat aku dan Tante Aline menengok kearah sumber suara, ternyata disana Dokter Yuli sudah selesai memeriksa Deva. Thanks God.

"Bu Aline, itu si Deva gapapa kok. Dia begitu karena otaknya sedang mencoba untuk mengingat ingatan yang sempat hilang." Ucap Dokter Yuli.

Sebentar apa katanya tadi? Ingatan yang sempet hilang? Jangan-jangan Deva amnesia?

"Oh syukurlah kalo begitu, tapi dok apa bakalan terus menerus?" Tanya Tante Aline lagi.

"Sepertinya sih begitu, sampai ia benar-benar ingat" jawab Doker Yuli.

"Bu Aline, ada yang saya ingin beritahukan kepada anda, tetapi saya ingin kita bicara 4 mata aja bisa Bu?" Lanjut Dokter Yuli.

"Bisa kok Dok, hmm Mas...?" Ujar Tante Aline, dengan raut muka mengatakan namanya siapa?.

"Oh nama saya Dafa Tante" jawabku.

"Yaudah nak Dafa Tante tinggal dulu ya kebawah, kamu bisa tolong jagain Deva dulu sebentar?" Tanya Tante Aline.

"Bisa kok Tan, tenang aja" jawabku tanpa mikir panjang.

"Yuk Dok, mari Nak Dafa" ujar Tante Aline.

"Mari Tante" Jawabku sambil tersenyum.

Setelah melihat Tante Aline sudah menuruni anak tangga, ku langsung menuju kamar Deva tanpa pikir panjang lagi. Kubuka pintu berwarna navy itu dengan perlahan, kulihat seorang perempuan nan cantik yang sedang damai dalam tidurnya, walaupun wajahnya terlihat sedikit memancarkan raut ketakutan.

Ku tak tahu apa yang sebenarnya ia mimpikan, tetapi sudah tercetak jelas di wajahnya kalau ia sedang bermimpi buruk. Perlahan ku arahkan kakiku mendekati ranjangnya. Ku ulurkan tanganku untuk mengelus dahinya yang dipenuhi peluh itu.

"Tenang Dev aku ada disini sekarang, aku ga bakalan pergi ninggalin kamu lagi." gumamku dalam hati.

Perlahan ku melihat raut muka Deva yang semakin menenang, sebenarnya apa yang sedang kau mimpikan sayang? Tiba-tiba ku melihat tubuhnya menggulat, membuatku perlahan menjauhkan tubuhku dari ranjangnya dan memilih untuk duduk di kursi meja belajarnya.

perlahan namun pasti ku melihat ia berusaha untuk membuka matanya, mengerejapkan matanya untuk membiasakan cahaya yang memaksa masuk. Dan ia berusahan untuk mebangkitkan tubuhnya namun gagal, sekarang ku lihat ia sedang memijat pelipisnya.

Dan untuk terakhir kalinya, sepertinya ia merasakan ada seseorang yang sedang mengamatinya. Ya, sekarang ia sudah bangkit dari tidurnya dan menatapku dengan tatapan dinginnya.

"Eh lu ngapain dikamar gue? wah lu pasti mau ngejahatin gue kan lu? awas aja lu kalo berani guabakalan teriak" ucapnya sambil menunjukku dengan telujuknya.

"Kalo mau teriak mah teriak aja gue juga ga mau ngapa-ngapainin lu idihh geer bener lu" Jawabku sambil mendelikan bahu. Walaupun aku tersiksa dalam posisi ini tapi mau gimana lagi.

"Lah terus lu ngapaindisini? terus Bunda gue mana? oh iya kok gue bisa ada di kamar gue? bukannya tadi gue tidur dikelas ya?" Tanyanya tanpa jeda.

" Hahhh... Nanya tuh satu-satu gimana gue bisa jawab kalo lu sekali ngasih pertanyaan langsung banyak, kan gue bingung jawab yang mana duluan" jawab gue sambil ngelipat tangan gue di depan dada, dan tersenyum miring.

" Halah banyak omonglu! Buruan jawab ga!" ujarku geram.

Dev kenapa lu jadi kasar gini si sama orang? lu kan seharusnya lembut kayak arti nama lu. huhh ku hembuskan nafas dengan kasar sambil melihat ke langit-langit kamarnya. Kulirik Deva yang terdiam menatapku menungguku membuka suara dan saat kuingin membuka suara ku tiba-tiba terdengan suara Amel dari luar pintu.

"DEV GUA MASUK YA? LUUDAH BANGUN BELON? DEV? WOYY! BODO GUA MASUK" teriak Amel yang diiringi dengan terbukanya pintu kamar Deva.

"AKHIRNYA DEV LUBANGUN JUGA, LU GAPAPA KAN? SUMPAH YA TADI GUA SAMA DAFA KHAWATIR BANGET SAMALU" lanjut Amel sambil mendudukan tubuhnya dikasur.

"Lah Dev lu ngapa diem aja?ada yang sakit?mau gua panggilin dokter?mumpung masih ada di bawah ngobrol sama nyokap lu" ucap Amel khawatir sambil memegang-megang beberapa bagian tubuh Deva. huhh setidaknya sahabat Deva saat ini perempuan bukan laki-laki.

"Gaa ga usah gua gapapah, oh iya emang tadi gua kenapa ya Mel perasaan tadi gua cuman tidur dikelas" tanya Deva bingung.

"Iya emang tidur terus kebablasan ampe pingsan" Ucap Amel sambil menjitak pelan jidat Deva. aku hanya bisa tersenyum tipis melihat mereka berdua, andai saja aku yang ada di posisi Amel.

"Terus juga tadi itubadan lu panas parah ga ngerti lagi gue malah lu ngigo ga jelas lagi mintatolong gitu emang lu mimpi apaan dah?" Lanjut Amel.

"Gua itu tadi mimpi..." Aku dan Amel mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh Deva tentang mimpinya, ku sempat terkejut mendengar ia memimpikan kecelakaan, pantas saja raut mukanya tadi saat tidur sangat ketakutan.

"Jadi gitu Mel mimpi gue, gue sendiri aja bingung. emangnya gue pernah kecelakaan ya?" tanya Deva polos. Kulihat Amel terdiam sebentar, tergambar jelas diwajahnya kalau ia sedang menutupi sesuatu.

"Hah? apa tadi lu bilang? kecelakaan? ga pernah ah ngaco aja lu Dep"jawab Amel terbata-bata, tuhkan bener dia jawabnya aja terbata-bata gitu.

"Yaudah ga penting juga lah eaa, oh iya yang gendong gue kesini siapa ya?" tanya Deva sambil menaikkan alisnya menatap Amel dan aku secara bergantian.

" Itu gua yang ngelakuin" Jawabku lantang.

"Oh lu, yaudah makasihya udah bawa gua pulang" Jawab Deva malas. huuhhh..

"Oh iya kayaknya udah sore deh lu ga mau balik Daf? Nanti lu dicariin nyokap lu lagi" lanjutnya sambil menatapku malas.

"Lu ga seneng ya gua disini? yaudah deh kalo gitu gue balik, cepet sembuh ya Dev. Mel gua duluan. Assalamaualaikum" lebih baik gue pulang cepet-cepet dari pada harus lebih sakit lagi.

Ku langkahkan kaki jenjangku ke arah pintu dengan cepat, ku buka pintu berwarna navy itu dan dengan cepat kulangsung menutupnya kembali saat ku sudah keluar dari kamar itu. Ku diam dulu sebentar di depan kamar itu, ya Allah sampai kapan ku harus bertahan di posisi ini.

Saat ku ingin melangkahkan kakiku kembali, ku mendengar Amel bersuara. "Wah parah lu Dep ngusiranak orang pake cara alus parah parah! lu mah cakep doang tapi sama orang barudikenal dingin mampus"

"Ah ini mah namanya lupura-pura sakit, ngejitak aja masih keras ah ga percaya gua lu sakit boongankan lu ya kan jujur deh" lanjut Amel yang diiringi dengan suara gelak tawa Deva. Entah apa yang mereka lakuin di kamar tapi kalo gue bisa berharap. Seandainya gue yang lagi bikin dia ketawa lepas kayak gitu.

Setelah kurasa cukup lama mendengar suara ketawa Deva yang sudah lama tak kudengar, ku mulai melangkahkan kakiku menuruni anak tangga. Saat kakiku sudah sampai dilantai bawah kulihat Tante Aline yang berada di dapur sedang mempersiapkan makan malam.

Ku langkahkan kakiku untuk berjalan mendekat, saat ku mau membuka suara ku. Tante Aline sudah terlebih dahulu membuka suaranya.

"Daf, Tante udah inget siapa kamu..." Ujar Tante Aline tanpa memalingkan wajahnya dari wajan yang berisi sayur capcay.

bersambung...

-----------------------------------------------

hohoho, gantung lagi maafin ya ngegantungin terus. tenang aku ga bakalan update lama lama kokk. maka dari itu terus baca cerita aku ya biar tau gimana kelanjutannya.

aku ga bakalan bosen bilang yang satu ini!

MAKASIH BANYAK UDAH MAU NGELUANGIN WAKTUNYA BUAT BACA CERITA AKUU, MAAF KALO BANYAK TYPO NAMANYA JUGA MANUSIA HEHE. OH IYA JANGAN LUPA DI VOTE YA! KALO ADA KRITIK DAN SARAN COMMENT AJA JANGAN SUNGKAN SUNGKAN!

(quatre = 4 dalam bahasa prancis)

BAYBAYYY

1171words.

Someone In My PastWhere stories live. Discover now