sepuluh.

68 5 0
                                    

(Author pov)

"Karna..." baru saja Dafa ingin melanjutkan ucapannya tiba-tiba suara guntur mengagetkan mereka berdua.

"Hmn Dev kayaknga bentar lagi ujan deh, kita harus balik sekarang" ucap Dafa sambil melihat ke luar jendela.

"Ahh iyaa bener langitnya udah gelap banget" jawab Deva sembari melihat langit yang sudag gelap.

"Yaudah yuk"ucap Dafa sembari berdiri dan mengulurkan tangannya ke Deva. "Yuk" jawab Deva sambil menerima uluran tangan Dafa.

Sesampainya di luar kedai, mereka langsung menghampiti motor mereka di parkiran dan langsung menaikinya.

"Daf nanti kalo ujan jangan ngebut ya terus jangan di paksain nerobos, ok?"ucap Deva dengan khawatir.

"Iyaa pasti"jawab Dafa sambil tersenyum dan mengajak puncak kepala Deva.

"Kenapa? Kok mukanya di tekuk gitu?" Tanya Dafa yang bingung melihat wajah Deva yang kusut.

"Gue tuh ga suka ujan karna ujan udah bikin separo ingatan gue ilang" ucapnya dengan lesu.

"Maaf ya udah bikin lu inget kejadian buruk itu" ucap Dafa sembari mengelus pipi Deva.

"Iya gapapa yaudah yuk kita balik nanti ke buru ujan" ucap Deva sembari memakai helmnya.
"Eh bentar Dev" ucap Dafa sambil melepas jaketnya. "Udara nya ga bagus nanti lu sakit nih pake" lanjutnya sambil memberi jaketnya kepada Deva.

"Makasih" ucap Deva sambil mengambil jaket dari tangan Dafa dan memakainya.

Setelah menggunakan helm dan menstater motor mereka, Dafa dan Deva mulai melajukan motor mereka.

Deva berjalan lebih dahulu, Dafa mengikuti dari belakang. Belum jauh mereka berjalan. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.

Dafa langsung mengklakson dan mensejajarkan motor mereka. "Dev neduh dulu yuk ujannya deres banget" ucap Dafa. "Iya tuh disitu ada halte" jawab Deva.

Setelah menyalakan sein Dafa dan Deva menepikan motor mereka di depan halte yang lumayan sepi. Dan langsung berlari ke halter tersebut.

"Untung sepi" ucap Deva sembari merapihkan rambutnya yang agak basah. Dafa hanya diam saja memperhatikan Deva yang merapihkan rambutnya.

Sekarang Dafa memperhatikan Deva yang lagi memeluk dirinya sendiri, mukanya pucat, bibirnya biru dan badannya mengigil.

"Dev lu kenapa?" Tanyanya khawatir. "Dingin Daf" jawabnya dengan suara bergetar. Tanpa menjawab lagi Dafa langsung memeluk tubuh mungil Deva. "Waduh ini sih namanya Deva demam" bayin Dafa dalam hati.

"Kalo kayak gini mah ga bisa balik ujannya makin deres" batin Dafa. "Hm Dev rumah gue lumayan deket dari sini kita ke rumah gue aja yuk?" Tanya Dafa. Deva hanya mengangguk lemah untuk menjawabnya.

"Sebentar gue telfon supir gue dulu buat nganterin mobil" ucap Dafa melepaskan pelukannya dan mengambil hape di dalam kantongnya.

"Halo mang"
"..........."
"bisa ke sini ga jemput saya?"
"Yaudah buru ya mang, oh iya ajak Pak Noto juga ya buat bawa motor saya. assalamualaikum"

Setelah selesai menelfon Dafa langsung memeluk Deva lagi. "Tunggu bentar ya?" Ucap Dafa. "Terus motor kita gimana Daf?" Tanya Deva. "Tenang serahin sama gue" jawabya.

Tak lama kemudian, ada mobil camry hitam yang menepi di halte tempat mereka meneduh. Ya itu mobil Dafa.

"Mang bisa ngendarin motor kan? Bawa motor Deva kerumah ya, Pak Noto yang bawa motor saya" ucap Dafa ke Mang Amin dan Pak Noto saat mereka sudah keluar mobil.

Someone In My PastWhere stories live. Discover now